Hari ini Adit akan kembali dari Flores. Semalam saat kami video call dia memberitahukanku bahwa dia akan sampai jam setengah enam di jakarta. Tapi saat transit di Labuan Bajo tadi dia bilang kalau pesawatnya mengalami penundaan dan mungkin baru sampai pukul tujuh di Jakarta.
Entah mengapa aku jadi ingin sekali memberinya kejutan dengan menjemputnya di bandara. Dan sekarang disinilah aku di dalam kereta bandara. Aku benar-benar berjudi melakukan ini. Aku khawatir Adit gak suka kujemput.
Aku sudah gila sepertinya. Tapi setelah video call intens kami akhir-akhir ini aku merasa perasaanku padanya semakin menggelembung membesar. Aku gak tahu kapan perasaan itu akan meledak. Dan akankah meledak penuh sukacita seperti kembang api di tahun baru ataukah meledak seperti balon hijau yang membuat kacau.
Sekarang mengecek kedatangan pesawat sangat mudah. Aku cukup tahu penerbangannya saja dan google. Semua informasi bisa diakses di sana. Kini aku menunggunya di terminal 3 Bandara Seokarno-Hatta. Aku sudah tahu dia akan keluar di pintu mana lewat papan informasi. Dan aku menunggunya dengan cemas. Cemas menanti reaksinya.
Saat papan informasi memberitahukan bahwa pesawat Adit sudah tiba, hatiku makin deg-degan gak karuan. Aku sengaja berdiri tidak persis di depan pintu keluar penumpang, agak sedikit jauh. Mungkin supaya aku bisa kabur dengan cepat kalau aku berubah pikiran.
Dan akhirnya aku bisa melihatnya berjalan ke arah pintu keluar. Wajahnya terlihat lelah dan agak pucat meskipun dia bilang sakitnya sudah hampir sembuh sempurna. Di sampingnya ada Faisal dan Dinda yang berjalan bersamanya.
Entah bagaimana caranya mata kami bertemu padahal jarak kami cukup jauh. Aku bisa melihat ekspresi kaget di matanya sesaat yang langsung berganti binar bahagia karena senyumnya pun ikut terbit. Dia mempercepat langkahnya menuju ke arahku. Bukan hal yang mudah karena dia membawa koper bersamanya.
Saat tiba di depanku dia langsung merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya. "Aku kangen banget sama kamu!" ucapnya sambil dia eratkan pelukannya.
Mataku membesar terkejut karena perlakuannya. Aku sama sekali tidak menyangka Adit akan memelukku. Ini yang pertama. Di depan umum pula. Aku bisa merasakan pipiku memanas karena malu.
Tapi aku tetap membalas pelukannya. Aku juga merindukannya. Aku mengangguk di dalam pelukannya, memberitahunya bahwa aku juga merasakan yang sama.
Setelah beberapa saat dia melepaskan pelukannya. "Wow, what a surprise! Kamu bikin aku kaget aja!" ucapnya dengan suara yang masih agak serak.
Andai dia tahu kalau dia yang lebih bikin aku kaget.
"Suara kamu masih begitu." Aku mengerucutkan bibir.
"Gak papa, nanti juga balik lagi. Kan udah ketemu kamu," katanya sambil mengusap pipiku. "Kenapa pipinya merah?"
"Kamu udah buka puasa?" tanyaku mengalihkan percakapan karena malu. "Aku punya roti." Aku mengeluarkan roti dari tasku.
"Udah makan roti juga di pesawat tadi." Tapi dia tetap mengambil roti yang kubawa. "Kamu buka sama roti aja?"
Aku mengangguk.
"Kita makan dulu sama Faisal dan Dinda sebelum pulang, ya," ajak Adit.
"Gak papa aku ikut?" tanyaku tidak enak.
"Ya gak papa lah. Emangnya kamu mau kemana kalau gak ikut aku? Kita pulang sama-sama kan?"
"Ya udah." Aku tersenyum kepadanya.
"Yuk!" Adit mengulurkan tangannya kepadaku untuk digandeng.
Aku menggeleng. "Nanti kamu sulit sambil bawa kopernya." Sebenarnya aku malu dengan rekan kerjanya. Bagaimanapun mereka kan baru pulang bertugas.
![](https://img.wattpad.com/cover/276853685-288-k754982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)
ChickLit"Vin, Vini!" panggil seorang anak cowok dari kelas sebelah saat kami sedang istirahat. "Apa sih?!" sahutku jengkel. "Adit bilang, dia suka sama lo, Vin!" lanjut anak cowok tersebut sambil tertawa. "Cie.....!" sorak anak-anak lain yang mendengar per...