Hari ini aku langsung pergi ke lokasi penyuluhan setelah mengambil peralatan di rumah sakit. Penyuluhan akan dilaksanakan pukul sembilan pagi. Saat di perjalanan menuju lokasi penyuluhan aku mendapati ponselku bordering. Ternyata Bu Desi yang meneleponku. Aku berpikir mungkin Bu Desi ingin mengecek lagi persiapan acara.
Metha yang ada di sampingku bertanya, "Siapa yang telepon, Mbak?"
"Bu Desi," jawabku.
Aku mengangkat telepon tersebut. "Hallo, Vini," ucapnya di seberang sana.
"Iya, Bu Desi. Ada apa, Bu?" Hari ini Bu Desi jadwal libur. Di kantorku karyawan back office bergantian masuk setiap sabtu dua minggu sekali dan yang masuk hanya masuk setengah hari sampai jam sebelas.
"Vin, ini saya di telepon sama Bu Linda HRD. Kata bu Linda ada pasien komplain. Pasiennya bilang diperlakukan tidak baik di FO. Kamu semalam lembur di FO kan, Vin?"
"Iya, Bu. Betul saya lembur di FO kemarin. Tapi saya gak mengerti maksud ibu. Pasien yang mana, ya? Soalnya waktu saya dinas gak ada pasien yang komplain dan juga tidak ada sama sekali pasien yang diperlakukan dengan tidak baik."
"Pasien Fisioterapi, namanya Nyonya Rita Fauziah. Pasien itu temannya Bu Linda HRD dan telepon langsung Bu Linda untuk komplain. Petugas Fisioterapi yang kemarin jaga bilang kalau kamu yang menerima telepon dari mereka untuk menolak pasien itu kalau datang kemalaman."
"Memang betul saya yang menerima telepon dari petugas Fisioterapi, Bu Desi. Tapi saya tidak menerima pasien yang dimaksud. Kemarin waktu kami operan juga gak ada pasien yang komplain, Bu," jelasku. "Bu Desi udah kroscek ke Ratih dan Indah yang semalem dinas bareng saya?"
"Belum, Vin. Ini Sarah juga lagi berusaha hubungi mereka di rumah sakit."
"Oke deh, bu. Ini saya sedang dalam perjalanan ke RW 10."
"Semua persiapan sudah disiapkan dengan baik, kan, Vin?" Bu Desi memastikan lagi.
"Insyaallah udah semua, Bu."
"Semoga lancar acaranya ya, Vin."
"Aamiin. Makasih, Ibu." Akhirnya aku menutup telepon dari bu Desi.
Metha yang duduk disebelahku otomatis langsung penasaran setelah mendengar percakapanku dengan Bu Desi di telepon, "Ada pasien komplain, Mbak?"
"Iya, Meth. Pasien Fisio. Katanya diperlakukan kurang baik di FO. Pasiennya ternyata temannya Bu Linda," jelasku.
"Terus?"
"Terus dikira gue pelakunya karena gue yang terima operan dari Fisio kalau itu pasien datang kemaleman minta diarahin besok saja."
"Wow, langsung main tuduh aja ya tanpa peduli asas praduga tak bersalah." Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengar omongan Metha. "Yang sabar ya, Mbak."
Aku hanya menghela nafas mendengar Metha yang memintaku untuk sabar. Kadang aku bertanya-tanya apa benar sabar itu tidak berbatas tapi kenapa sulit sekali untuk tetap bersabar disaat seperti ini. Rasanya sakit saat kamu diperlakukan tidak adil begini.
***
Aku pikir kejadian jum'at lalu sudah terselesaikan. Sabtu lalu akhirnya aku mengetahui kalau Ratih yang menerima pasien tersebut. Tapi Ratih mengaku kalau dia tidak memperlakukan pasien tersebut dengan tidak baik. Dia tetap bicara baik-baik meskipun pasien itu terus mengeyel dan marah-marah kepadanya.
Pagi ini saat aku sampai ke ruangan marketing Metha langsung memberitahuku, "Mbak Vini, elo dipanggil sama HRD."
"Ada apa?" tanyaku tapi Metha hanya menjawab dengan mengendikkan bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)
Chick-Lit"Vin, Vini!" panggil seorang anak cowok dari kelas sebelah saat kami sedang istirahat. "Apa sih?!" sahutku jengkel. "Adit bilang, dia suka sama lo, Vin!" lanjut anak cowok tersebut sambil tertawa. "Cie.....!" sorak anak-anak lain yang mendengar per...