Tiga

36K 2.9K 45
                                    

Ponselku bergetar saat aku turun di lift untuk pulang. Aku mendapati nama Mas Randi sebagai penelepon.

"Halo, Dok."

"Vin, kamu dimana?" tanyanya.

"Ini udah di lift. Tunggu sebentar," jawabku.

"Oke, aku sudah di mobil, ya." Dia langsung menutup telepon.

Keluar dari lift aku pun langsung menuju ke tempat parkir. Sebagai salah satu Top Manajemen disini dia punya tempat parkir khusus.

"Vin, kita makan dulu ya sebelum pulang. Mau ngajak kamu makan steak. Aku dapet rekomendasi dari dokter Adam," ucapnya setelah aku memang safety belt di mobilnya..

"Oh, oke. Dimana?"

"Dekat rumah kamu kok, Vin. Dokter Adam bilang belum lama buka. Nama restonya Warm and Cozy. Tau gak kamu?"

"Oh, iya aku tau. Pernah lewat sih tapi belum pernah makan disana." Mas Randi pun menjalankan kendaraannya menuju restoran yang dia maksud.

Aku dan Mas Randi memang hampir selalu pulang bersama karena rumahku searah dengan jalan pulangnya. Dia tinggal di apartemen kawasan Casablanca. Berkat tol Becakayu perjalanannya menuju rumah menjadi lebih singkat.

Tidak lama kami pun sampai di restoran yang dimaksud Mas Randi. Mas Randi menggandeng tanganku saat kami berjalan masuk ke dalam restoran.

Restoran tersebut didominasi dengan earthy colour sehingga sangat sesuai dengan namanya, Warm and Cozy. Area makan restoran terdiri dari area Indoor dan Outdoor. Bagian Outdoor-nya terletak seperti di dalam sebuah taman yang dilengkapi dengan kursi dan meja yang terbuat dari kayu. Tadi kami sampai sini menjelang matahari terbenam. Jadi lampu-lampu di area Outdoor sudah dinyalakan membuat suasana terasa romantis.

Aku dan Mas Randi memilih duduk di area Outdoor yang cantik. Sebenarnya area Indoor-nya yang didominasi juga dengan perabot kayu juga terlihat sangat cantik, tapi area outdoor lebih menarik hati kami. Tidak lama setelah kami duduk, seorang pelayan datang membawakan kami buku menu.

"Menurut dokter Adam, Tenderloin sama Salmon Steak-nya enak," Mas Randi memberitahuku.

"Ya udah kita pesan itu aja gimana? Atau Mas mau yang lain?" tawarku.

"Ya udah aku Tenderloin, kamu mau Salmon?"

"Oke, boleh." Dia pun segera memanggil pelayan untuk mencatat pesanan kami.

Dan benar sekali, Salmon Steaknya enak banget. Entah kenapa aku memang lebih suka makan ikan daripada daging. Tadi Mas Randi juga sempat memberiku steaknya untuk icip-icip. Dan itu juga enak banget. Dagingnya juicy dan gravynya gurih banget.

"Vin, ada yang mau aku omongin sama kamu," ucap Mas Randi saat kami sudah selesai makan.

"Ngomong aja sih, Mas. Gak ada juga kok yang ngelarang kamu ngomong," jawabku sambil becanda.

"Aku mau ngomong serius sama kamu, Vin. Jangan becanda!" pintanya serius.

" Oh, oke. Maaf!"

"Vin, setahun yang lalu kita sudah memutuskan untuk membawa hubungan kita ke tingkat selanjutnya, kan?! Kamu pasti tahu kalau aku serius sama hubungan kita."

Setahun terakhir kami memang sudah memutuskan untuk membawa hubungan kami ke jenjang yang lebih serius. Kami saling memperkenalkan diri kepada orang tua masing-masing. Beberapa kali Mas Randi sudah kuajak ke acara keluargaku. Sejauh ini orang tuaku menerimanya dengan baik.

"Hmm..."

"Dari setahun kemarin, aku berusaha terus bicara sama orang tuaku mengenai hubungan kita. Papaku gak ada masalah dengan hubungan kita. Tapi sepertinya aku masih harus meyakinkan Mamaku lagi," jelasnya.

Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang