Warning!
Ada konten dewasa tipis-tipis di akhir bab ini. Kalau kamu belum cukup umur atau tidak nyaman membaca konten seperti itu. Mohon dilewati saja. Baca bab ini sampai kamu menemukan dua love di bawah. Terima Kasih.
Selamat membaca!
***
Hari ini perjalanan cintaku akan berakhir di satu nama. Nama yang sebelumnya kupikir hanya akan menjadi penghias cinta masa remajaku yang bertepuk sebelah tangan. Tidak menyangka sebelumnya kalau cinta itu kini akan bertransformasi menjadi cinta yang lebih kuat yang diikat dengan ikatan suci pernikahan. Bahkan di awal tahun ini aku masih merencanakan pernikahan dengan orang yang berbeda.
Kalau boleh aku jujur, saat kemarin bertemu dengan dokter Lila dan mendengar semua yang dia bilang, aku bisa merasakan ada rasa tak nyaman di hatiku yang tidak bisa aku deskripsikan dengan jelas. Entah itu sisa rasa yang masih tertinggal atau bisa juga sekelumit penyesalan akan hubunganku dulu dengan dokter Randi. Aku hanya manusia biasa jadi mohon dimaklumi.
Tapi tentu saja aku tidak merasa goyah sedikitpun. Tidak, aku tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengulang kembali kisah dengannya setelah mendengar apa yang dia lakukan tanpa kuketahui. Aku mencintai Adit dan hatiku semakin penuh oleh dia.
Semalam dokter Randi mengirim sebuah pesan kepadaku. Pesannya berisikan permintaan maaf dan terima kasih, dia juga tidak lupa mendoakan kebahagianku. Yang kujawab singkat dengan ucapan terima kasih.
Aku bersyukur sampai saat terakhir dokter Randi masih menjadi orang baik yang menjagaku. Dan yang aku bisa lakukan hanyalah mendoakan kebahagiannya.
Semalam aku, Mama dan Vici tidur bersama di kamarku. Ceritanya mau girl's time terakhir kali sebelum aku menikah. Tapi sebenarnya ini juga terjadi karena situasi rumah yang seluruh kamarnya penuh terisi. Kedua kakek-nenekku tinggal sementara di rumah kami selama acara pernikahanku. Mereka menggunakan kamar orang tuaku dan kamar Vici sehingga Papa dan Vidi tidur bersama di kamar Vidi.
Pagi ini Mama membangunkanku sebelum pukul empat pagi dan memintaku untuk solat malam dulu sebelum mandi dan solat subuh karena setelah subuh aku akan mulai dirias. Aku gak ada kesulitan tidur sama sekali semalam tapi entah kenapa sewaktu bangun tidur, jantungku berdebar tidak seperti biasanya. Aku sampai khawatir kalau jantungku tiba-tiba mengalami kelainan. Ya Allah, jatungku tidak pernah berdebar sekeras ini.
"Mbaknya gugup banget, ya? Sampai tangannya gemetar begitu," ucap perias yang saat ini sedang merias wajahku.
Aku tersenyum canggung. "Keliatan banget, ya, Bu?"
"Banyak istighfar dan berzikir aja, Mbak, supaya ditenangkan hatinya sama Gusti Allah." Saran Ibu perias yang sebenarnya juga sudah kulakukan. Tapi setelah mendengarnya aku semakin memperbanyak zikirku.
Sekitar pukul tujuh Mama datang ke kamarku membawa sarapan berupa bubur ayam dan teh hangat. Mama semalam memang sudah berencana membuatkanku bubur ayam supaya aku mudah memakannya. Bisa-bisanya Mama masih mikir untuk masak di saat seperti ini. Sepertinya Mama sudah memprediksi kalau aku akan gugup dan tegang.
Aku jadi kepikiran, Adit gimana, ya? Apa dia sama gugupnya denganku?
Saat akad dia yang akan banyak berperan sedangkan aku hanya menunggunya saja melaksanakan ijab kabul dengan Papa.
Ingat ijab kabul, aku makin deg-degan. Adit bisa gak ya melakukannya dalam satu kali percobaan. Kalau gagal malu gak, ya?
Makin banyak hal yang muncul di kepala untuk dipikirkan, makin cepat debar jantungku.
"Kak, istighfar!" Mama mengingatkanku sambil menyuapiku bubur.
"Iya, Ma!"
Mama menggenggam tanganku di saat tidak sedang menyuapiku dan itu sangat membantuku untuk tenang.
![](https://img.wattpad.com/cover/276853685-288-k754982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)
ספרות לנערות"Vin, Vini!" panggil seorang anak cowok dari kelas sebelah saat kami sedang istirahat. "Apa sih?!" sahutku jengkel. "Adit bilang, dia suka sama lo, Vin!" lanjut anak cowok tersebut sambil tertawa. "Cie.....!" sorak anak-anak lain yang mendengar per...