Extra Part 1

36.1K 2.6K 80
                                    

Warning!

Konten dewasa.

Kalau tidak berkenan silahkan dilewati.


Selamat Membaca!

***

Siang Pertama atau Malam Pertama ?


"Duh, masnya udah gak sabar, ya, Mbak?" goda periasku saat mengaplikasikan entah apa di leherku.

Astaga, aku malu banget sumpah. Meskipun aku juga sudah menutupinya sendiri dengan concealer  tapi masih terlihat. Dan akhirnya periasku yang membantuku mengatasinya.

Memang hanya ada tiga bekas perbuatan Mas Adit di leherku tapi ada satu yang bekasnya terlalu kentara. Mana aku harus disanggul lagi untuk memakai Suntiang. Kebayaku meskipun tidak berpotongan leher rendah tapi kan gak menutupi leher juga.

Harusnya tadi aku ingatkan Mas Adit kalau kami masih akan mengadakan resepsi. Tapi dengan hasrat yang sudah di ubun-ubun mana ingat kalau apa yang dia lakukan bisa meninggalkan bekas seperti ini.

"Udah gol dong, Mbak?" tanya periasku menggoda lagi.

Ah, tahu lah!

Wajahku pasti sudah memerah seperti tomat busuk kalau belum tertutupi make up seperti sekarang. Dan tersangka yang membuat leherku belang-belang saat ini sedang dirias di kamar Vidi. Jadi dia gak ikut merasakan digodain seperti ini.

Sekarang kembali ke pertanyaan si ibu perias, udah gol atau belum?

Jawabannya belum. Percobaan pertama kami tadi gagal.

Baiklah, aku akan menceritakan kenapa percobaan pertama kami gagal.

Kembali lagi ke saat Mas Adit menanyakan izinnya padaku yang tidak kujawab tapi dia anggap sebagai izin untuk melanjutkan. Dia kembali menciumku. Dimulai dari kening lalu turun kedua mata, hidungku, pipiku juga kebagian ciumannya dan berakhir di bibirku. Ciumannya makin dalam setelah berhasil membuka mulutku lalu kembali turun ke leherku.

Bukan hanya ciumannya saja yang membuatku lupa segala-galanya. Sentuhan lembutnya di lenganku, dipinggangku dan tangannya juga sudah mulai meraba dadaku.

"Ini bukanya gimana?" tanyanya ketika merasakan usahanya menyetuh dadaku terhalang kebaya dan bustier.

Dia membantuku berdiri kembali di pinggir tempat tidur saat menyadari sulit membuka pakaianku sambil tiduran. Dan setelahnya aku dengan sukarela membantunya membuka kencing-kancing kebayaku dan memberitahunya letak resleting bustier yang ada di samping kiri tubuhku.

Setelah melepaskan bustier itu dia menciumku sebelum melepaskan kain yang melilit di pinggangku. Dia sempat meminta bantuanku saat akan melepas bra karena bingung dengan kaitannya.

Aku bisa melihat dia gugup saat melihatku. "Cantik." Mas Adit seperti bingung mau ngomong apa.

Lalu dia merebahkanku lagi di atas tempat tidur. Kini giliran dia membuka kimono mandinya. Aku sempat tercekat saat melihat apa yang dia lakukan tapi lega setelah aku melihat dia masih memakai bokser dibalik kimono mandi itu. Siap atau tidak aku pasti akan segera melihat bagian paling intim darinya.

Dan dia kembali mengungkungku dari atas dan mulai menciumku lagi. Tangannya kini sudah berhasil mendapatkan apa yang dia mau.

Tapi belum lama dia menikmatinya, pintu kamarku di ketuk. Lalu suara Mama terdengar dari luar. "Kakak? Mas Adit? Dipanggil Ibu. Dibawah ada tamu yang mau ketemu."

Gubrak!

Aku dan Mas Adit serta merta menghentikan aktivitas yang kami lakukan. Mas Adit langsung bangun dan tergesa memakai kimono mandinya lagi. Lalu dia menarik selimut untuk menutupi tubuhku.

Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang