Marketing di rumah sakit itu sedikit berbeda dengan marketing perusahaan pada umumnya meskipun secara garis besar masih sama. Kalau marketing perusahaan sah-sah saja sedikit hiperbola saat mereka mempromosikan produknya. Seperti contohnya promosi sebuah iklan wafer yang memiliki tagline lapisannya yang ratusan padahal yang sebenarnya hanya terdiri dari beberapa lapis saja. Mau sebesar apa itu wafer kalo lapisannya sampai ratusan.
Sedangkan marketing di rumah sakit harus memberikan informasi sesuai fakta ketika dia akan mempromosikan fasilitas di rumah sakit. Tidak bisa kita bilang, rumah sakit kami menyediakan fasilitas tempat tidur elektrik untuk setiap kelas rawat padahal hanya kelas 1 keatas yang memiliki fasilitas tersebut. Kalau kita melakukan itu yang ada kredibiltas rumah sakit akan turun dan tidak akan dipercayai lagi oleh masyarakat. Setelahnya sudah pasti masyarakat akan enggan datang ke rumah sakit kita.
Promosi yang dijalankan rumah sakit kebanyakan mempromosikan fasilitas rumah sakit, dokter-dokter yang berpraktek di sana beserta jadwal prakteknya, menjalin kerjasama dengan asuransi dan perusahaan, serta turut serta dalam promosi kesehatan kepada masyarakat umum.
Promosi kepada masyarakat termasuk penyuluhan di perusahaan-perusahaan yang asuransinya bekerja sama dengan rumah sakit kami, kepada warga masyarakat sekitar rumah sakit, kadang-kadang ke sekolah-sekolah maupun mengadakan bakti sosial kepada masyarakat. Dengan begitu masyarakat akan mengenal rumah sakit kita beserta fasilitas-fasilitas yang tersedia.
***
"Lho, Adit?" Aku terkejut melihat siapa yang menjadi tamuku hari ini.
Hari ini Adit memakai kemeja kotak-kotak lengan pendek berwarna gradasi abu-abu yang dimasukkan rapih ke dalam celana bahan model slim fit berwarna hitam yang dipakainya. Jujur ini pertama kalinya aku melihat dia dalam pakaian formal. Ternyata he's quite handsome. Eh, apa sih Vini!
"Vini?!" Dia terkejut melihatku. "Kamu marketing di sini?"
"He-eh. Bukannya kamu tahu aku kerja di sini?!" Kemarin dia sempat menyinggung pekerjaanku, kan, ya?!
"Aku gak tahu kalau kamu kerja sebagai marketing di sini, Vin. Aku pikir di bagian lain," jawabnya.
"Sarjana Kesehatan Masyarakat bisa juga kok kerja jadi marketing RS," jelasku. Dulu saat kuliah aku mengambil peminatan promosi kesehatan sehingga sebenarnya pekerjaanku masih cukup berkaitan dengan pendidikanku.
"Oia, Vin kenalin ini Mas Fajar rekan kerjaku." Aku pun menjabat tangan Mas Fajar.
"Fajar," ucapnya. Mas Fajar ini berperawakan lebih pendek dari Adit. Wajahnya terlihat ramah. Dia sepertinya beberapa tahun lebih tua dari Adit.
"Vini. Oh iya, perkenalkan ini rekan saya, Metha." Kuperkenalkan Metha yang dari tadi memandang ingin tahu kepadaku dan Adit. Mereka pun saling berjabat tangan.
"Ada yang bisa saya bantu Mas Adit dan Mas Fajar?" tanyaku kepada Adit dan rekannya.
Jujur agak sedikit aneh lidahku saat menambahkan 'mas' di depan nama Adit. Tapi karena kami bertemu di sini bukan sebagai teman aku langsung menambahkannya untuk kesopanan.
"Jadi begini Mbak Vini, kami mau menawarkan kerja sama dengan rumah sakit ini. Ini proposalnya," jawab Adit kemudian sambil menyerahkan sebuah proposal kepadaku. Eh, dia ternyata juga memberi tambahan 'Mbak' pada namaku.
"Baik, saya terima proposalnya ya, Mas." aku pun mengambil proposal dari tangan Adit. Aku melihat-lihat sekilas proposal yang diserahkan Adit. "Gimana kalau Mas Adit dan Mas Fajar ikut saya ke tempat yang lebih enak untuk ngobrolin proposal ini?"
"Baik, kalau begitu," jawab Adit.
"Mari ikut saya," aku mempersilahkan mereka mengikutiku.
Aku mengajak mereka ke Lobby perkantoran kami di lantai 5 tempat kami biasa menerima tamu dari luar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)
Chick-Lit"Vin, Vini!" panggil seorang anak cowok dari kelas sebelah saat kami sedang istirahat. "Apa sih?!" sahutku jengkel. "Adit bilang, dia suka sama lo, Vin!" lanjut anak cowok tersebut sambil tertawa. "Cie.....!" sorak anak-anak lain yang mendengar per...