Kejadian memalukan yang menimpa Leon kemarin akhirnya berakhir dengan kabar bahagia dari Ana. Gadis cantik itu mengabarkan bahwa ia akan melakukan operasi setelah ujian selesai, dan dia juga berjanji akan berjuang melawan penyakit sialan itu.
Kini ujian sekolah kian mendekat, dan hanya tersisa dua hari lagi untuk belajar di dalam kelas. Hari ini, semua murid SMA SABANG mulai melakukan aktivitas yang selalu mereka lakukan sebelum melaksanakan ujian, yaitu membersihkan kelas serta halaman sekolah. Semuanya bekerja di bawah pengawasan para guru, mulai dari menyapu, mengepel, hingga menyusun meja.
Sassy menelusuri koridor sekolah untuk menuju loker miliknya, berniat mengambil sepatunya dari dalam loker. Sesampainya di sana Sassy langsung membuka pintu lokernya, dan emosinya mulai memuncak saat tidak menemukan sepatunya di sana, hanya ada tumpukan sampah yang hampir memenuhi loker miliknya.
Sassy mengembuskan napasnya secara kasar, ia sudah sangat yakin kalau ini adalah ulah Haniza. Kalau bukan gadis itu! Siapa lagi?
Dengan napas yang memburu serta amarah yang kian memuncak, Sassy berjalan menuju kelasnya.
Brak
Bunyi nyaring dari pintu kelas yang berhasil Sassy buka mampu membuatnya menjadi pusat perhatian, semua murid di dalam kelas itu menatap ke arahnya dengan pandangan bingung.
"Di mana Haniza?" tanya Sassy, dengan nada bicara yang sangat dingin.
"D-dia di rooftop!"
****
"Perlu berapa kali, sih? Gue ngingetin lo?" tanya Haniza, pada Ana yang tengah duduk di lantai dengan kepala tertunduk.
Haniza berdecak sebal, lalu menginjak kaki Ana menggunkan kakinya yang masih berbalut sepatu. "Leon itu, TUNANGAN GUE!" tegasnya, dan semakin menguatkan tinjakkannya pada kaki Ana hingga gadis itu meringis kesakitan
Cklek
Haniza menolehkan kepalanya ke arah pintu rooftop, begitu juga dengan Ana. Kedua gadis itu tampak sedikit bingung akan kehadiran Sassy.
Sassy berjalan mendekati Haniza usai menatap Ana. "Mana sepatu gue?"
Haniza menaikkan sebelah alisnya. "Itu sepatu lo, ngapain lo tanya sama gue?"
Sassy mendengus geli. "KARENA LO, yang ngambil sepatu gue!"
Haniza terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati Sassy. "Lo nuduh gue?"
Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Sassy merotasikan kedua bola matanya. "Siapa sih yang bakal ngambil sepatu gue selain lo?"
Haniza tertawa. "Sebagus apa sepatu lo sampai nuduh gue yang ambil?" tanyanya. "Cewek miskin kayak lo, gak ada hak buat nuduh gue!" katanya, sambil mendorong-dorong kepala Sassy menggunakan jari telunjuknya.
Sassy mendengus tak percaya, lalu menatap tajam ke arah Haniza.
Plak
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kiri Haniza. "Gue gak suka cara main lo!" kata Sassy. "Terlalu kotor!"
"LO BERANI SAMA GUE! HAH?" teriak Haniza, murka. Kedua tangannya terkepal kuat dengan napas yang mulai memburu.
Sassy tertawa kecil. "Gue kan udah nanya baik-baik, lo yang mulai duluan!"
Haniza terdiam sejenak sebelum mengangguk-anggukkan kepalanya dengan ide licik di otak kecilnya. Ia baru ingat, pasti Ella, Lala, serta Reya yang menyimpan sepatu milik Sassy.
Haniza menatap Sassy dengan emosi yang dia sembunyikan. "Gue tau sepatu lo di mana!" katanya. "Ikut gue!" Haniza berjalan lebih dulu untuk memimpin jalan, tak lupa memberi tabrakkan ringan di bahu Sassy.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Sassy (Tahap Revisi)
AçãoCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** Gadis SMA yang menjadi korban bully di sekolahnya tiba-tiba kembali ke sekolah setelah 3 bulan berada di rumah sakit, dia datang dengan penampilan ser...