Haniza mendongakan kepalanya, menikmati tetesan air hujan yang hampir menghilang. Ia mengusap wajahnya, lalu menatap beberapa petugas kepolisan yang sudah mengelilingi dirinya.
Haniza menolehkan kepalanya ke arah Sassy. "Belum berakhir!" katanya.
Sassy tersenyum, sangat manis. Sebelum menjatuhkan dirinya ke lantai, menutup matanya dengan akting yang sangat luar biasa.
Haniza terkekeh geli. "Bangsat."
"Sassy." Arga yang baru tiba di atas rooftop bersama yang lainnya segera menghampiri Sassy yang tergeletak di lantai.
Haniza menatap Arga, Ana, Minten, Azahra, Calvin dan Leon dengan pandangan tak percaya.
"Pak, kita gak bersalah!" Ella memberontak dalam pegangan polisi perempuan, begitu juga dengan Reya. Namun, berbeda dengan Lala yang malah terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata. Ia mematung dengan pandangan tertuju pada Calvin.
Harun, salah satu petugas kepolisian yang berada di sana. Ia menghampiri Haniza. "Mohon kerja samanya!" ujarnya.
Haniza menatap Harun dengan wajah datarnya, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Dengan senang hati!"
****
Malam sudah begitu larut. Arga mengemudi mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi, mengikuti laju ambulans yang membawa Sassy menuju rumah sakit.
"Kenapa gak ke ambulans aja tadi?" tanya Minten.
"Emangnya kenapa?" tanya balik Arga, tanpa mengalihkan fokusnya.
"Mending di sana dari pada ngajak mati orang!" celetuk Minten. Sebal karena laju mobil yang hampir membuatnya serangan jantung.
"Lagian jalanan sepi, aman-aman aja!" Arga berkata dengan santainya.
Minten mendengus tak percaya, lalu menghempaskan dirinya di sandaran mobil.
"Lo suka sama Sassy?" tanya Leon, tiba-tiba.
Arga melirik sekilas Leon yang duduk di sampingnya. "Dia Adek gue!"
Satu alis Leon terangkat. "Tau dari mana?"
Arga terdiam. Dia juga belum memastikan tentang hal itu, dia belum mempunyai bukti kuat akan hal itu. Namun, bukankah keributan di rumahnya kemarin dikarenakan Sassy?
"Sassy, beneran gak papa, kan?" tanya Azahra, yang sedari tadi terdiam.
Calvin yang berada di samping gadis itu sontak menoleh. "Ana belum kasih kabar!" katanya, mengingat bahwa hanya Ana yang berada di mobil ambulans bersama Sassy.
"Kalian yakin rencana ini bakal berhasil?"
Kini keraguan Minten terdengar, semua mata nyaris tertuju padanya. "Maksud aku, Haniza bukan orang biasa, kan?" Minten menatap Leon, Azahra, Calvin, serta Arga yang masih fokus pada jalanan.
"Pihak sekolah tahu kasus bully yang terjadi di sekolah, tapi mereka nutup mata!" Minten mengembuskan napas kasarnya, kembali menghempaskan dirinya di sandaran kursi mobil.
"Lo ngeraguin rencana Sassy?" Arga bertanya dengan pandangan yang masih fokus pada jalanan.
"Kamu gak kenal Haniza?" tanya balik Minten. "Orang tua Haniza, Lala, Ella, dan Reya. Bukan dari kalangan biasa, mereka ada di atas. Jauh, dari kita semua!"
"Kebenaran tetap kebenaran!" kata Calvin.
"Bohong tetap bohong!" Kini Azahra yang mengeluarkan suaranya. "Kalian yakin kebohongan kita akan dibenarkan?"
Leon mengembuskan napas kasarnya. "Kalo kalian semua tutup mulut, gak akan ada yang tau!" katanya, diangguki oleh Arga. "Lupain semuanya, anggap rencana kita malam ini gak pernah berjalan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Sassy (Tahap Revisi)
AksiCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** Gadis SMA yang menjadi korban bully di sekolahnya tiba-tiba kembali ke sekolah setelah 3 bulan berada di rumah sakit, dia datang dengan penampilan ser...