"Lo beneran gak papa, kan?" tanya Ella pada Haniza untuk kesekian kalinya.
"Gak usah bawel!" celetuk Haniza, sedikit sebal.
"Itu mobilnya?" tanya Reya, dengan pandangan tertuju mobil hitam mewah yang baru berhenti di hadapan mereka.
Haniza menganggukkan kepalanya, mengiyakan saat mengenal mobil itu. "Ayo masuk," ajaknya.
Reya, Ella langsung menuntun Haniza untuk masuk, begitu juga dengan Lala yang sedari tadi hanya diam.
Mobil mewah yang membawa keempat gadis itu membelai jalan raya, melewati berbagai kendaraan dengan lihainya.
"Pak?" Haniza menatap sang supir. "Gak bisa pelan-pelan?" tanyanya, sedikit menahan amarah.
Sang supir tak menjawab, memilih fokus pada jalanan malam yang lumayan ramai.
"Pak, Bapak mau saya pecat?" tanya Haniza, memberi ancaman pada sang supir.
"Supir lo kenapa sih, Han?" Reya menatap Haniza. "Dia gak ada niatan mau bunuh kita, kan?" tanyanya, lagi. Pasalnya sedikit takut dengan kecepatan mobil yang tengah mereka naiki.
Ella berdecak kesel. "Tau nih, bikin perut gue mual aja!"
Haniza ikut berdecak sebal, ia lantas memajukan dirinya untuk melihat sang supir. "Bapak gak de ...." Haniza memaku, tak melanjutkan ucapannya setelah melihat bahwa yang membawa mobilnya bukanlah sang supir, melainkan tunangannya.
Haniza tersenyum. "Leon?" tanyanya, memastikan.
"Duduk diem!" kata Leon, datar tanpa menatap Haniza.
"Kenapa gak bilang kalo mau jemput?" tanya Haniza, masih dengan senyum serta kebahagiaan yang menyelimuti.
Leon melirik sekilas ke arah Haniza. "Penting?"
Haniza merengut kesal. "Penting, Leon!" ujarnya, dengan rengekan manja buatannya.
Leon yang mendengar sungguh sangat ingin menurunkannya dari mobil, kalau bukan karena rencana demi keadilan, dia juga tidak mau bertemu dengan Haniza lagi.
"Lo bisa duduk yang bener?" tanga Leon, risih kalau Haniza terus menerus memperhatikan dirinya.
"Aku pindah duduk ke depan, ya!" kata Haniza, sangat bersemangat.
"Gak usah!" tolak Leon.
Haniza memasang wajah masamnya. "Kenapa?"
"Kaki lo masih sakit!"
"Ta ...."
Reya menarik Haniza untuk duduk dengan benar. "Leon bener, kaki lo masih sakit," katanya.
Ella mengangguk setuju. "Dari pada tambah parah, mending duduk diem aja!"
Haniza mengembuskan napas kasarnya, memilih untuk menuruti ucapan kedua sahabatnya.
"Kita lewat jalan mana?" tanya Lala, tiba-tiba. Haniza, Ella, serta Reya sontak menatap ke arahnya.
Lala yang ditatap ketiga gadis itu pun lantas mengeluarkan kembali suaranya. "Ini jalan ke arah rumah lo?" tanya Lala, membuat Haniza menatap keluar jendela.
Haniza mengerutkan dahinya, ini bukan jalan menuju rumahnya atau pun jalan pintas yang sering dia lewati. "Kita mau ke mana?" tanya Haniza, sambil menatap Leon yang masih fokus dengan jalanan di depannya.
"Leon," panggil Haniza, saat tak ada respons apa pun dari Leon.
Reya, Lala, dan Ella saling pandang, lalu menatap Haniza. "Hari ini lo sama Leon ada acara penting?" tanya Ella, sambil berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Sassy (Tahap Revisi)
AçãoCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** Gadis SMA yang menjadi korban bully di sekolahnya tiba-tiba kembali ke sekolah setelah 3 bulan berada di rumah sakit, dia datang dengan penampilan ser...