Lala memandangi langit gelap malam ini, pikirannya terus melayang pada laki-laki bernama Calvin. Laki-laki yang selalu membuat jantungnya berdebar hanya karena mendengar namanya.
"Udah, tenang aja. Haniza pasti gak akan biarin kita masuk penjara!" kata Ella pada Lala. Gadis itu asik memakan cemilan yang sempat ia beli sebelum menuju hotel bintang 5 ini.
Reya yang mendengar ucapan Ella sontak menghentikan aktifitas mengoles serum ke wajahnya, dirinya menatap ke arah Lala. "Lo kenapa?" tanyanya. "Masih mikirin kejadian tadi?"
Lala mengembuskan napas kasarnya. "Dia, gak papa, kan?"
Mendengar pertanyaan Lala membuat Ella merotasikan kedua bola matanya, sedikit malas. "Gak papa kali, cuma luka kecil," ujarnya, sangat santai.
Lala menatap Ella. "Luka kecil lo bilang?" tanyanya, memastikan.
Ella menganggukan kepalanya, mengiyakan ucapan Lala. "Iya."
"Itu kecelakaan, mata lo perlu diperiksa kalo bilang cuma luka kecil!" ujar Lala, tak suka.
"Ya lo juga harus diperiksa karena suka sama kakaknya Ana!" sahut Reya.
Hening. Ketiga gadis itu sama-sama terdiam karena ucapan Reya.
Ella berdehem, berniat memecahkan suasana canggung yang tiba-tiba menyelimuti. "Mending kita santai-santai dulu di sini, sekalian mikirin cara gimana kita bisa keluar secepatnya dari sini!" katanya, diangguki oleh Reya dengan semangat.
Lala menghempaskan dirinya di kasur empuk miliknya. "Setidaknya kita di hotel, bukan di penjara!" katanya, dengan mata yang terpejam. Mencoba menghilangkan nama Calvin dari dalam ingatannya.
****
Ana berjalan mondar-mandir di depan pintu masuk rumah sakit, menunggu kehadiran Sassy sesuai ucapan gadis itu. Namun, sampai saat ini gadis itu belum juga menunjukan batang hidungnya.
Ana menatap layar ponsel miliknya, melihat jam di sana. 05.10, sudah 1 jam lebih Sassy tak menepati janjinya, membuat rasa khawatir Ana semakin menjadi-jadi.
Ting
Sebuah pesan dengan nama Minten terpampang jelas di sana.
Minten
Leon udah sadar, dia nyariin kamu!Sudut bibir Ana terangkat, segera membawa langkah kakinya menuju ruangan Leon. Ingin menemui laki-laki itu dengan segera.
Di depan ruangan Leon sudah ada Minten dan Arga yang menunggu kedatangan Ana. Dua manusia itu langsung menoleh saat mendengar suara langkah kaki Ana.
"Kalian ngapain di sini?" tanya Ana, menatap Arga dan Minten secara bergantian.
"Nih bocah maksa!" kata Minten, melirik ke arah Arga.
Ana menatap Arga. "Kamu gak papa?" tanyanya, ingin memastikan keadaan Arga.
Arga tersenyum lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gue cuma mau tanya keberadaan Sassy, perasaan gue gak enak dari tadi!" ujarnya.
Ana terdiam, seketika rasa bahagianya sedikit memudar kala mendengar nama Sassy. Bicara tentang gadis itu, sampai sekarang Sassy belum juga membalas pesan yang sempat Ana kirim, dan jujur saja, dirinya juga memiliki perasaan tak enak sama seperti Arga.
"An, kenapa?" tanya Minten, sedikit bingung melihat keterdiaman Ana.
Ana sontak menatap Minten, lalu tersenyum tipis. "Gak papa!"
"Sini!"
Suara Leon terdenger, membuat Ana bergerak mendekati laki-laki itu. "Pusing gak?" tanya Ana, lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Sassy (Tahap Revisi)
AksiCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** Gadis SMA yang menjadi korban bully di sekolahnya tiba-tiba kembali ke sekolah setelah 3 bulan berada di rumah sakit, dia datang dengan penampilan ser...