Part 52

3.3K 110 2
                                    

Flashback on

Suara tepuk tangan menggema di aula sekolah, seorang gadis mungil keluar dari barisan para murid. Maju ke depan usai namanya disebut.

"Ara Claudisa!"

Nama itu terus disebut setiap kali ia memenangkan perlombaan, setiap kali dirinya berhasil membanggakan nama sekolah. Ara Claudisa, nama yang sangat ia benci.

Pak Fadly menepuk bahu sang murid. "Terima kasih!" ucapnya, tersenyum penuh bangga ke arah muridnya.

"Sampai kapan saya harus menggunakan nama itu?" Anatasia, menatap Pak Fadly tepat di matanya.

Pak Fadly tersenyum. "Ini yang terakhir!"

"Ara butuh keadilan!"

Pak Fadly mendekat, membisikkan sesuatu di telinga Ana. "Jangan sampai kasus ini terdengar oleh media di luar sana, kartu hitam kamu masih dipegang oleh sekolah!" Pak Fadly kembali menepuk pundak Ana, kembali tersenyum menatap gadis itu.

Tangan Ana terkepal. Lagi-lagi dirinya terancam, dan lagi-lagi pula dia tidak punya keberanian untuk mengatakan kalau dirinya tak bersalah.

Malam itu, Ana hanya berniat menolong Ara. Ana tak berniat untuk menjadi pembunuh. Ia tak seberani itu untuk mempunyai niat seburuk itu.

Ara Claudisa, gadis malang yang ingin Ana tolong. Namun, siapa sangka kalau dirinya malah terjebak di dalam situasi seperti ini.

60 hari yang lalu, tepat di malam sebelum kegiatan camping dilaksanakan. Malam itu hujan mengguyur kota Jakarta dengan begitu deras, air hujan berjatuhan menghantam bumi yang mulai kering kerontang.

Ana dengan susah payah membawa Ara keluar dari dalam klub yang sangat ramai malam ini, dari arah belakang terdengar suara yang terus meneriaki nama mereka.

"ARA, LO GAK BISA PERGI GITU AJA DARI GUE, HANIZA KALAH, LO HARUS TEMENIN GUE MALAM INI!"

Ana melirik ke arah Ara, melihat wajah memelas gadis itu. "Dasar bodoh," umpatnya, sebal.

"Papa ...."

"Kamu bisa diem?!" Ana melirik tajam ke arah Ara. "Aku yang bakal disalahin, bukan kamu!"

"Maaf."

"ARA!"

Ana mengembuskan napas kasarnya, laki-laki itu masih saja mengejar mereka. Cukup menyebalkan.

Athan, nama laki-laki yang sedari tadi berteriak bak orang kesetanan. Terus berjalan dengan kondisi tubuh yang dipengaruhi alkohol.

"Athan!"

Panggilan itu menghentikan langkah kakinya, ia menoleh ke belakang, menatap gadis dengan payung pink di tangan kanannya. Dia, Haniza.

"Masuk!" suruhnya.

Athan tertawa. "Lo pikir gue bakal biarin Ara pergi gitu aja?" Athan berjalan mendekati Haniza, mendorong-dorong kepala gadis itu. "Mikir pakek otak, dia sama orang lain, kalo dia ke kantor polisi, lo mau tanggung jawab?"

Alis Haniza terangkat. "Orang lain?"

Athan mendengus sebal, memberi kode melalui tangannya agar Haniza mendekat.

Haniza merotasikan kedua bola matanya, kalau bukan karena statusnya yang berpacaran dengan Adik kandung Athan, mungkin Haniza sudah menendang laki-laki ini sedari tadi. Haniza mendekatkan telinganya ke arah Athan.

I'm Not Sassy (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang