"Bapak buta?" suara Sassy terdengar menggema di dalam kantor polisi. "Bapak gak lihat penampilan saya sekarang?"
Polisi yang tengah berhadapan dengan Sassy hanya bisa memijat-mijat dahinya. "Saya sudah jelaskan, bah ...."
Brak
Sassy memukul meja di hadapannya dengan sangat kencang, membuat ucapan sang polisi terhenti. "Bapak kira saya mukul diri saya sendiri terus lapor kalau saya korban bully, gitu?" Sassy mendekatkan wajahnya pada sang polisi. "Saya, Sassy Sellyna, bukti nyata adanya tindak bully di SMA SABANG!"
BRAK
Sassy kembali memberikan pukulan yang semakin kencang di meja itu. "BAPAK HARUS PERCAYA SAMA SAYA!" tegasnya.
Mendengar kebisingan yang terjadi, polisi wanita yang berada di sana segera menghampiri Sassy. Berdiri di samping Sassy, lalu mengusap pelan bahu gadis itu. "Harap tenang ya Dek. Pasti laporannya akan segara kami proses!" ujarnya, menenangkan Sassy.
Sassy mendengus. "Diproses? Telinga saya masih berfungsi dengan baik!" kata Sassy, lalu menatap polisi wanita di sampingnya itu. "Jelas-jelas dia menolak laporan yang saya berikan!"
"Itu karena kasus yang kamu laporkan tidak masuk akal!"
Sassy tertawa sangat kencang, hingga berhasil membuat polisi wanita di sampingnya terkejut. "Milyza kasih berapa ke Bapak?"
"Apa yang kamu maksud?" polisi itu bertanya dengan kerutan di dahinya.
"Saya tidak bodoh, Pak!" ujar Sassy, ia menatap polisi itu dengan mata tajamnya. "Bapak itu cuma polisi suap, tinggal cari bukti, dan saya sudah bisa pastikan Bapak akan kehilangan pekerjaan Bapak!"
BRAK
Polisi itu memukul meja di hadapannya dan segera bangkit dari duduknya. Sassy lantas menunjukkan wajah pura-pura terkejutnya. "BERANI-BERANINYA KAMU MEMFITNAH SAYA. INGAT, KAMU SEDANG DI KANTOR POLISI!?" teriak polisi itu.
Sassy mendengus geli, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Santai Pak, kalem aja!" kata Sassy, sangat santai.
Dengan geram sang polisi menunjuk pintu keluar dengan jari telunjukkan. "Segera tinggalkan tempat ini, sebelum saya menyeret anda dengan paksa!"
Sassy menatap datar sang polisi dengan kedua tangan yang ia lipatkan di depan dada. "Saya akan menghubungi pengacara saya!"
****
"Udah selesai?"
Sassy tak menjawab pertanyaan Arga, ia lebih memilih untuk mengulurkan tangannya ke arah laki-laki itu, lalu berucap. "HP!"
Sebelah alis Arga terangkat. "Buat apa?"
Sassy melirik ke arah Arga. "Gue butuh HP lo!" katanya.
Arga mengembuskan napas kasarnya sebelum mengeluarkan benda pipih itu dari saku celanannya, lalu memberikannya kepada Sassy tanpa kembali bertanya.
Sassy menerima benda pipih itu, dan segera menghubungi pengacara yang selalu membantu Mamanya saat terlibat skandal. Sassy mulai mengetikkan nama sang pengacara di salah satu akun sosial media milik Arga sebelum menghubunginya.
Dret
"Hallo!" Sassy sedikit senang saat panggilan itu masuk dan langsung tersambung dengan sang pengacara.
"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"
"Iya, saya butuh bantuan!"
"Bisa dijelaskan?"
Sassy mengembuskan napas kasarnya. "Saya tunggu di kafe!"
"Roselyna?"
Sassy terdiam, jantungnya berdetak kencang saat nama Mamanya disebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Sassy (Tahap Revisi)
AksiCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** Gadis SMA yang menjadi korban bully di sekolahnya tiba-tiba kembali ke sekolah setelah 3 bulan berada di rumah sakit, dia datang dengan penampilan ser...