Berita tentang Haniza sebagai korban penembakkan di kantor Polisi meroket naik, hampir semua channel TV menampilkan berita tentangnya. Haniza mendengus sebal, tangannya menekan tombol merah di remote TV.
"Sassy harus mati," gumam Haniza, pandangan matanya kosong menatap layar TV.
****
Ana berjalan keluar kantor Polisi, menemui Arga yang sudah menunggunya di parkiran. "Ada apa?" tanyanya, tanpa basa basi.
Arga menoleh ke arah Ana. "Sassy ...."
Ana terdiam, menunggu Arga untuk melanjutkan ucapannya. "Aneh," gumam Arga. "Dia aneh!" katanya, lagi.
"Maksud kamu?"
"Udah dua kali dia bilang kalo dia bukan Sassy," ujar Arga, memberi tahu. "Lo gak ngerasa ada keanehan?"
Ana terdiam. Sejujurnya dia juga tengah dilanda kebingungan.
"Gue curiga!" kata Arga, tiba-tiba.
"Kalo dia bukan Sassy?" tanya Ana, sambil menatap Arga.
Arga menganggukkan kepalanya. "Tante Rose ...."
"Dia udah gak ada!" kata Ana.
Arga menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jaman udah canggih, operasi plastik di mana-mana, kematian bisa dipalsukan!"
Ana mengembuskan napas kasarnya. "Mustahil bisa semirip itu!"
"Uang segalanya, An!" tegas Arga.
Ana terkekeh pelan. "Dokter gak sesempurna itu!"
"AAAAAAAAHAHAHAHAH, GAK ADILLLL!"
Kepala Arga dan Ana sontak tertoleh. Menatap ke arah kantor Polisi. Beberapa Polisi keluar dari sana dengan Sassy yang sudah berlumur darah. Namun, gadis itu malah tertawa bak orang gila sembari memukul-mukul kepalanya.
Arga menatap Ana. "Ini yang lo bilang Sassy?"
****
Arga dan Ana duduk di kursi tunggu ruang UGD. Keduanya sama-sama membungkam mulut sembari mendengar teriakkan Sassy dari dalam kamar rawat.
Arga mengembuskan napas kasarnya. "Sassy udah nipu kita!" ujarnya.
Ana menoleh ke arah Arga. "Kamu sendiri?"
Satu alis Arga terangkat dengan pandangan ke arah Ana. "Maksud lo?"
"Kamu juga aneh," ujar Ana. "Kamu yang di club itu, kan?" tanyanya.
Arga terdiam. Ingatannya sontak kembali ke kejadian dua tahun yang lalu. "Lo?"
"Iya," jawab Ana. "Aku orangnya!"
Arga tertawa. Tak percaya. Ia menyandarkan kepalanya di dinding. "Gak lucu!" ujarnya.
"Tahu apa kamu tentang hukum?" tanya Ana, tanpa menatap Arga.
Arga menoleh ke arah Ana.
"Empat belas tahun kurang." Ana menatap Arga. "Umur aku di tahun itu!"
"An ...."
"Papa aku pengacara, Arga!"
Arga terdiam, menatap Ana dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kenapa lo ngasih tau gue?"
"Dia Kakak kamu!"
"Lo gak takut sama gue?"
Ana tertawa kecil. "Kamu gak takut sama aku?" tanyanya, sambil menatap Arga.
"Lo pembunuh, An!" Arga bangkit dari duduknya. "Harusnya lo di penjara!" katanya, tangannya terkepal kuat. Menahan amarah.
"Aku masih di sini, enggak di penjara!" kata Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Sassy (Tahap Revisi)
AcciónCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** Gadis SMA yang menjadi korban bully di sekolahnya tiba-tiba kembali ke sekolah setelah 3 bulan berada di rumah sakit, dia datang dengan penampilan ser...