-- 26

113 14 4
                                    

Hari ini ada manusia paling ngide sepanjang masa kalau kata Aruna. Manusia berinisial Reksa Adhyasta hari ini mengajak Aruna untuk pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum. Lumayan, kawan.

Kalau dipikir-pikir ya, menggunakan transportasi umum itu bisa mengurangi polusi walau cuma sedikit. Selain itu, naik transportasi umum itu lebih hemat. Coba bayangkan, isi bensin itu 15 ribu. Sedangkan naik transportasi umum cuma habis 6 ribu untuk pergi pulang, kan lumayan!

Tapi nggak juga sih, memang dasar Reksanya saja yang malas bawa motor juga malas isi bensin. Padahal tangki motornya ada di depan tapi tetap saja malas.

"Na, ayo buruan balik, keburu angkotnya rame." Reksa menyandarkan bahunya di pintu kelas Aruna. Matanya terpaku ke si gadis yang sibuk beres-beres.

"Sabar sih, sa. Angkot banyak kok yang lewat depan komplek nggak cuma satu. Kalo angkotnya rame, kita bisa naik angkot lain." balas Aruna santai.

Reksa dia, masih pada posisi yang sama. Tapi bedanya, dia sekarang justru sibuk merogoh tas. Kurang tahu apa yang dia cari tapi pokoknya tangannya sibuk berkelana di dalam tas.

"Yuk, mari kita pulaangg!"

Aruna menyambar tasnya lalu berjalan menuju tempat Reksa berdiri agar ia bisa menggandeng Reksa keluar sekolah. Pasalnya, manusia yang satu itu masih sibuk berkutat sama tasnya. Tapi tetep aja, Aruna gak bisa keluar kelas sebab Reksa balik menarik tangannya.

"Biar nggak panas, yuk balik!" Kata Reksa lalu merangkul Aruna.

Topi baseball warna hitam sekarang sudah bertengger rapih di kepala Aruna, ini topi paskibra punya Reksa yang dia sibuk cari-cari di tasnya tadi.

"Ih, ini topinya anak paskib emang nggak papa kalo gue pake, Sa?" tanya Aruna.

"Ya boleh, siapa juga yang nggak ngebolehin?" tanya Reksa balik.

"Ya nggak tahu, tapi takut aja." balas Aruna. Jujur, betulan takut karena rumornya, barang-barang punya pasukan inti itu nggak boleh dipakai sama yang bukan pasukan inti. Baru rumor, tapi semua orang udah tau, istilahnya rahasia umum deh.

"Bilang aja Reksa yang masangin, kalo mau marah ke Reksa aja." balas Reksa santai. Toh. topi yang dipakai Aruna juga resmi punya dia kok, bukan barang inventaris turun temurun yang nggak bisa asal dipakai. Reksa juga bayar kok buat dapat topinya! Siapa juga yang berani larang kalau memang pasukan intinya sendiri yang ngasih?

Ngomong-ngomong soal Angkot, beruntungnya, angkot pulang ke arah rumah mereka lumayan sepi. Ada dua ibu-ibu juga tiga anak SD yang kalau Reksa juga Aruna masuk bakal menciut duduknya karena takut. Auranya macam maung cisewu sih.

Jadi sekarang, mereka berdua buru-buru duduk di kursi bagian kiri agar tidak kebagian kursi ulang tahun.

"Sa, lo nggak mau duduk di kursi ulang tahun?" tanya Aruna selepas mereka berdua benar-benar duduk.

Reksa yang sibuk naruh tasnya di pangkuan sambil ngelurusin kakinya langsung menengok, "Buat apa? nggak usah duduk di situ juga gue bisa meraih atensi. Kan gue ganteng." Kata Reksa penuh percaya diri. Aruna sendiri sih langsung berlagak mau muntah padahal aslinya teriak, "SADAR DIRI BANGET SIH?!"

"Sok ganteng banget dih."

"Lah, emang ganteng."

Perdebatan ini selesai waktu angkot akhirnya berhenti cari penumpang di tempat itu. Tenang, Reksa udah bilang kok ke supir angkotnya tentang tujuan dia juga Aruna.

Sekarang posisinya, Aruna juga Reksa diapit ibu-ibu. Memang sih ya, bagian kursi mereka itu hanya diisi orang empat, tapi rasanya Reksa pengen duduk di bawah karena belanjaan si ibu kelewat banyak. Manapula di taruh di antara si Ibu sama Reksa. Bau sayuran hijau langsung masuk ke hidung Reksa.

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang