Hari sudah mulai malam, rasa kesal sebab aksi menyebalkan dari Reksa tadi siang sudah hilang menguap ke udara. Kini kedua manusia itu sedang berjalan berdampingan di jalanan komplek untuk menuju ke minimarket dan ke toko martabak.
Jadi ceritanya begini, hari ini Aruna tiba-tiba saja datang bulan. Pantas saja apa yang dilihatnya hari ini banyak sekali yang menyebalkan padahal biasa saja. Lalu tadinya Aruna ingin menyuruh Daniel untuk membeli sebuah barang yang ia butuhkan, iya kamu tahu sendiri apa maksudnya kan? tapi sayangnya bocah yang satu itu menolak mentah-mentah sebelum akhirnya ia pamit untuk bermain bersama Riki di rumah Taki. Ya mau tak mau Aruna jadi harus membeli sendiri lah, apalagi ia tak punya orang lain yang bisa disuruh untuk membelikannya.
Mau menyuruh sang Bunda? Bisa-bisa Aruna kena omel. Walau dalam konsep menitip sebab sang Bunda yang sekalian nanti akan pulang ke rumah, tapi tetap saja, Bunda pasti akan mengomel sepanjang jalan kenangan sampai telinga Aruna panas dibuatnya. Ya sudah lah, daripada kena omel, mending Aruna beli sendiri. Pamitlah ia pada sang ayah dan sayangnya pamitnya ditolak sebab Aruna berniat untuk pergi sendirian. Alhasil, sang ayah langsung menelfon anak dari tetangga seberang rumah untuk menemani sang putri menuju minimarket dekat sana.
Siapa lagi kalau bukan Reksa Adhyasta yang di telfon? Sang Ayah dengan mudahnya berkata, "Sa, kamu mau keluar nggak? Kalo mau, Aruna ajak sekalian dong biar berdua keluar kompleknya. Masa Aruna mau jalan keluar komplek sendirian, Sa." Lalu hal selanjutnya yang terjadi adalah Reksa yang berdiri sembari menyandarkan tubuhnya pada pagar rumah untuk menunggu Aruna dan Aruna yang menatap Reksa heran setengah mati. Kok bisa-bisanya sih manusia yang satu ini nurut sekali dengan ayahnya?
"Sa, kok lo mau sih disuruh ayah gue secara tersirat begitu?" tanya Aruna sembari melangkahkan kakinya dan sesekali menendang kerikil kecil yang berasal dari aspal jalanan. Reksa yang tadinya sedang asik menatap ke beberapa rumah yang mereka lewati itu menatap sang gadis lalu terkekeh kecil.
"Emang siapa yang bilang kalau gua mau disuruh sama ayah lo?" tanya Reksa balik. Aruna jelas bingung lah. Jadi ini suatu kebetulan atau memang manusia yang satu ini sedang menipu?
"Dih, tapi iya-iya aja nemenin gue ke depan. Ya kali kebetulan."
"Ya emang kalo pas bokap lo nelfon itu gue ada niatan buat ke depan komplek, lo mau apa emang?"
"Ya mau minta temenin lah, apa lagi."
"Tolol."
Aruna terkekeh. Menurutnya Reksa kalau sudah mulai bercanda untuk mengatai dirinya itu kelewat gemas. Sebab laki-laki itu tak akan pernah berani untuk tak bercanda saat ingin menyumpah serapahi Aruna ditempat. Mentok-mentok ya, kalau sudah kepalang emosi, Reksa hanya berani menyebut kata "anjing" ke Aruna. Beda hal lagi dengan orang lain. Tak tahu deh, rasanya Aruna punya tempat tersendiri untuk dirinya di benak Reksa. Tak tahu juga.
Kalau dipikir-pikir, padahal Aruna ini lebih sering membuat Reksa kesal dengan sikapnya yang mudah terpancing emosi sedikit demi sedikit. Tak jarang juga Aruna sampai membuat Reksa pergi dari hadapannya agar kemarahan Aruna tidak berangsur-angsur, lalu kembali dengan sekantung kresek makanan yang kata Reksa bisa menghilangkan mood buruk Aruna.
Duh, ini mah ya kalau Aruna tidak ingat seberapa menyebalkan Reksa di matanya, sudah Aruna gebet menjadi pacarnya kali ya Reksa ini. Habisnya menggemaskan sih, pacarable, siapa yang kuat kalau didekati pemuda macam Reksa begini. Sudah baik hati, tampan, pandai di akademik maupun non akademik. Sudah lah, mengingatnya saja sudah seperti berada di dalam cerita fiksi yang diketik oleh tangan-tangan para penulis di luar sana.
"Dih ngelamun. Awas kesambet. Udah malem nih, Na." Reksa melirik Aruna yang sedaritadi terdiam dengan langkah yang masih menyesuaikan langkahnya. Agak heran awalnya, sebab biasanya gadis ini akan mengajaknya berbicara mengingat Aruna tak suka berada di kesepian tanpa ada pembicaraan. Aruna melirik Reksa balik.
"Terus kalau udah malem emangnya kenapa?" tanya Aruna. Reksa kembali menatap Aruna sebentar lalu setelahnya kembali menghadap ke jalanan di depannya yang sesaat lagi akan menjadi pijakannya menuju mini market.
"Ya kalau malem lebih banyak kaum lo berkeliaran. Lo bakal lebih gampang buat dirasukin. Masa gitu aja nggak tahu."
"Enak aja lo ngatain mereka kaum gue! Emangnya gue udah mati?!"
"Ya kan kelakuan lo sebelas dua belas sama mereka. Suka menakut-nakuti sama suka menggoda. Satpam sekolah yang udah punya istri aja lo godain kan."
"Kurangajar! Sini lo Reksa Adhyasta!"
Tepat sebelum sebuah tepukan keras dilayangkan di pundak Reksa, Reksa berlari kencang meninggalkan Aruna di belakang sendirian. Hey, kalau sedang di saat seperti ini, kamu harus menyelamatkan diri apabila tak mau tulangmu terjun bebas dari tempatnya sebab ditepuk kuat-kuat.
Gadis yang ditinggal sendirian di belakang malah berjalan santai namun tetap dengan menatap Reksa sengit. Ketika Reksa menghadap ke belakang, pokoknya tatapan sinis harus tetap ada dan terlihat. Biar takut saja sih. Tapi kalau tidak takut ya akan Aruna tatap sinis terus sampai takut.
Sudah berusaha jalan santai dan bertingkah layaknya tak apa kalau Reksa memang mau mendahuluinya sampai sana, Aruna tiba-tiba teringat bahwa seorang gadis yang sedang datang bulan katanya lebih gampang diganggu daripada yang tidak. Segelintir ingatan tentang utas yang ia baru saja lihat di aplikasi burung biru gendut melintas di otak. Bulu kuduknya meremang seketika. Waduh, ini mah tidak beres.
Benar saja, baru saja Aruna berniat untuk mempercepat langkahnya, telinganya menangkap suara dari salah satu rumah yang entah lampunya sengaja dimatikan atau memang tidak ada penghuninya. Entahlah Aruna juga tak tahu. Intinya yang ia dengar adalah suara tawaan yang nyaring sekali macam ya-kamu-pasti-tahu-siapa-pemilik-suara-tawa-melengking-di-malam-begini. Kepalanya sudah diisi dengan hal-hal buruk yang mungkin akan Aruna hadapi beberapa menit atau bahkan detik kemudian. Lalu entah kenapa pandangannya seolah ditarik menuju sumber suara.
Kamu tahu apa yang Aruna lihat setelahnya? Dari kegelapan jendela itu tiba-tiba terdengar ketukan keras yang meledak. Bukan macam ketukan tapi lebih tepatnya seperti ada sesuatu yang dilemparkan ke arah jendela, sesuatu yang keras seperti benda berat.
"AYAH!!!!" tanpa basa-basi lagi, Aruna langsung berlari sekencang yang ia bisa untuk menjauhi rumah tersebut. Keringat dingin membanjiri wajahnya yang kini pucat pasi persis orang sakit yang memaksakan diri untuk keluar dari rumah sakit. Bahkan Reksa saja kini sudah tertinggal di belakangnya. Justru laki-laki itu sedang bingung sendiri sekarang.
Kenapa Aruna lari sedemikian cepatnya, kenapa Aruna macam orang ketakutan padahal sebelumnya ia masih sibuk menatap Reksa sinis, kenapa Aruna menyebut ayah pula, Apa ayah Aruna diam diam sudah berada di depan komplek melalui jalur lain, lalu kenapa pula sekarang ia ikut berlari?
Aruna sudah seperti berlari sembari membawa tali koboy untuk menarik Reksa lari bersamanya. Sebab entah apa alasannya, Reksa sekarang ikut berlari mengejar Aruna yang masih berlari sembari berteriak di depannya.
Oh, crap! Aruna yang ketakutan itu nampaknya masih belum menyadari bahwa beberapa langkah lagi dirinya mengijakkan kaki di jalan raya yang padat merayap. Tapi sama sekali tak ada tanda-tanda bahwa Aruna mau berhenti berlari. Tanpa pikir panjang, sebelum Aruna benar-benar menghempaskan diri atau membiarkan dirinya terhantam kendaraan yang berlalu lalang, Reksa menarik hoodie milik sang gadis lalu menariknya ke pelukannya. Didekapnya Aruna yang hampir saja benar-benar terhantam truk besar yang melaju.
"Na, apa-apaan sih?! Kalo lari tuh liat situasi dong. Tadi kalau misalnya kena tabrak gimana?!" omel Reksa kepalang panik.
Dirasa tak ada respon sama sekali, Reksa sengaja diam dan sedikit menepi dengan posisi tetap membiarkan Aruna di dekapannya. Ia terus diam sampai akhirnya ia dapat menangkap suara bahwa manusia mungil yang berada dipelukannya ini sedang terisak dengan bahu yang bergetar dan pelukannya pada Reksa yang semakin erat.
"Reksa, takut..." ucapnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
REKSA
Fanfiction[𝐟𝐭. 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧] "Jangan pake payung dong. Cinta gue udah sederas hujan begini lo malah pake payung" ©HOONEYBUNCH Highest rank : #1 in enhypen [-O9O221] #1 in iland [-18O423]