── O1

1.5K 133 19
                                    

| Selamat pagi, Ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| Selamat pagi, Ibu.
| Saya sudah sampai di ruang tamu.
| Siap-siapnya bisa nggak
nggak usah kelamaan.

Berisik, Reksa |
Tunggu aja sama dek Iel |
Bentar lagi selesai kok |

| Ini udah jam berapa astaga.
| Udah mau siang, elah.

Ribet ih si bapak |
Kang jual buburnya juga gak |
bakal kemana-mana kok |

| Nanti tutup.
| Buruan.

Iya bawel |

Iya bawel |

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Masih pagi buta begini, ada saja manusia super berisik yang mengganggu ketenangan. Matahari saja masih malu-malu untuk muncul, manusia ini malah bilang kalau sudah hampir siang. Tidak waras memang. Siapa lagi oknumnya kalau bukan Reksa Adhyasta si tetangga seberang rumah. Jam 6 pagi saja dirinya sudah heboh sendiri mengajak Aruna pergi ke tukang bubur untuk sarapan.

Saat Aruna tanya, "lo ini lagi ngidam bubur ya, Sa?" jawabannya malah "Iya, ngidam banget gua. Hamil kali ya." Rasanya ingin sekali Aruna tukar Reksa dengan segerobak bubur atau bahkan saham si penjual bubur ayam juga boleh deh. Serius.

Aruna mau tak mau memang harus berburu-buru sebab kalau tidak, nanti lelaki yang katanya pendiam itu akan mengomelinya apabila sang tukang bubur benar-benar menutup jualannya untuk hari ini. Halah, pendiam apanya. Cerewet begitu.

Tubuhnya yang dibalut oleh hoodie berwarna abu-abu milik Reksa itu diajak melangkah menuju ruang keluarga untuk menemui pemuda yang telah mengganggu paginya di hari libur ini. Langkahnya masih malas-malasan sebab dirinya benar-benar baru bangun tidur sekitar 10 menit yang lalu. Hey, mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur itu butuh waktu loh. Ini tuh sebetulnya demi menemani seorang Reksa Adhyasta yang sedang mengidam bubur. Tapi lumayan juga kalau diajak begini pasti Reksa akan membayar pesanannya juga. Bagus lah.

"Nah, nahkan, tadi aja nyuruh buru-buru. Gataunya masih sibuk kan main game sama dek Iel. Padahal kirain udah nyiapin motor." Oceh Aruna dengan tangan yang ia lipatkan di depan dada. Menatap adik dan tetangganya ini sembari menggelengkan kepala. Dasar manusia.

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang