── 13

304 57 3
                                    

Sekarang Aruna sedang berada di kantin bersama para pemain UNO yang tadi bermain bersamanya. Sudah jam istirahat sih, makanya mereka bisa leluasa duduk dan berbincang di kantin. Kalau belum, ya mana berani. 

Jadi tadi setelah main UNO itu masih ada sisa sekitar satu setengah jam sebelum akhirnya bel istirahat berbunyi. Hal yang mereka semua lakukan adalah mengadakan konser kecil-kecilan bersama para lelaki yang membuat band dadakan dengan barang ala kadarnya tadi.

Lumayan juga sih, kalau dipikir-pikir kenapa kelas mereka ini kalau ada pentas seni belum pernah ada yang memiliki niatan untuk maju ya. Pasalnya waktu konser dadakan tadi itu benar-benar rasanya macam berada di atas panggung. Aruna dan Ghea sebagai vokalis dan yang lain menjadi pemain band. Seru sih. Kalau ditanya apa saja yang dinyanyikan tadi, mereka hanya menyanyi lagu milik Fiersa Besari yang judulnya Celengan Rindu.

Tak tahu kenapa juga, rasanya lagu itu cocok kalau dinyanyikan ramai-ramai bersama tiga puluh dua penghuni kelas termasuk Aruna. Coba saja kamu ajak teman sekelasmu nyanyi bareng-bareng, pasti seru. Ya walaupun benar-benar dengan instrumental seadanya tapi kalau dilakukannya bareng-bareng, feelnya betulan macam di konser kok.

Lumayan juga kan untuk kenang-kenangan kalau lulus nanti.

"Aruna, mau nambah apalagi selain cireng? Nggak beli minum?" tanya Nanda selaku salah satu manusia yang ikut bermain bersamanya tadi."

"Minumnya dibayarin juga nggak?" tanya Aruna bercanda.

"Banyak mau lu, ah. Skip."

"Bercanda elah! Nitip susu kotak rasa stroberi aja deh satu."

Setelah acungan jempol diberi oleh Nanda, gadis itu hilang di tengah kerumunan manusia yang sama mengantrinya dengan mereka semua. Kini yang tersisa hanya Aruna dan salah satu temannya yang bernama Aira. Aira ini terkadang juga menuju kantin bersamanya sih, cukup dekat juga tetapi tidak terlalu dekat. Maka dalam situasi ini, sebetulnya tidak banyak yang dibicarakan selain kesukaan mereka yang ternyata sama dan beberapa tongkrongan hits yang berada di sekitar sekolah.

Lumayan lah, menambah wawasan juga. Sebab ia juga jarang pergi ke suatu tempat kecuali Reksa yang mengajaknya pergi sih. Ya mau bagaimana, menolak pun tidak bisa, masalahnya, belum apa-apa pasti Reksa sudah ijin duluan ke Ayah Bunda. Sampai-sampai kalau Aruna terlalu lama siap-siap saja namanya sudah di panggil berkali-kali. Ini bisa dimasukkan kedalam kategori pemaksaan tidak sih?!

Tapi ngomong-ngomong soal Reksa, anaknya kemana ya? Tumben sekali tidak kelihatan, atau Aruna yang tidak fokus terhadap sekitar ya? Aruna kan mau minta maaf (lagi) lalu tanya kenapa Reksa mendadak aneh bagai dirasuki sesuatu sampai tiba-tiba anaknya jadi diam begitu.

"Aira, liat Reksa nggak sih? Kok kayaknya aku nggak liat ya daritadi?" 

Duh, jangan diledekin! Aruna kalau ke Aira ini ngomongnya memang pakai aku-kamu, soalnya Aira ini tampangnya lembut sekali sih macam tahu putih. Kalau pakai lo-gue rasanya kurang cocok aja gitu!

"Eh, aku kayaknya tadi liat Adnan sama Damar lagi ke stan makanan deh. Tapi kalau Reksa aku nggak liat, Na. Mungkin dia lagi duduk di salah satu meja, tapi kita gak liat karena banyak juga anak-anak yang lewat terus?" jawab Aira seadanya. Pandangannya ikut melirik kesana kemari untuk membantu Aruna mencari Reksa. Sampai pandangannya terkunci pada salah satu meja yang berada di tengah namun agak mepet ke arah tembok dan ia menemukan ada seorang pemuda yang duduk sendirian disana.

Hidungnya mancung sekali macam perosotan taman kanak-kanak, alisnya tebal hampir mirip ulat bulu tapi bentuknya rapih macam anak gadis baru cukur alis. Lalu tidak ketinggalan dengan senyum yang seringkali muncul sebab para adik kelas yang menyapanya atau bahkan sesekali menolak adik kelas yang meminta ijin duduk bersamanya. Biasa lah, resiko orang tampan sih.

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang