── 14

292 64 1
                                    

Kamu mau tahu tidak? Kini ada seorang taruna yang sedang sibuk tertawa sendiri di ruang keluarga sembari memegang kartu UNO yang menunjukkan tanda reverse dengan warna hijau yang sekarang sedang ia pegang. Bahkan sang Ibu saja sampai ngeri sendiri melihatnya. Ada apa dengan anaknya sampai-sampai hanya sebuah kartu mainan begitu saja ditertawakan tak kunjung usai sejak pulang sekolah?

Tadi sewaktu di sekolah, bahkan bukan cuma Reksa yang tertawa, Adnan dan Damar pun juga tertawa di tempatnya. Bukan tertawa karena mereka memang merencanakan acara ngambek-ngambek itu sih, tapi tertawa sebab bagaimana bisa gadis ajaib itu bisa kepikiran ide begini. Memberi kartu reverse hanya untuk marah balik. Pada umumnya, manusia kalau marah pasti hanya akan langsung marah kan? kalau gadis satu ini malah memberi kartu reverse, bagaimana Reksa tidak tertawa coba?!

"Sa, kenapa sih Ibu liat kamu ketawa terus daritadi? Padahal kamu tuh daritadi cuma ngeliatin kartu mainan begitu. Kamu abis main dimana, sayang?" Tanya sang Ibu sembari mendudukkan dirinya pada sofa di sebelah Reksa.

"Bu, mau Reksa ceritain gak? Ini kartu tuh dari bocah ajaib depan rumah." Sang Ibu jelas mengernyit tak paham.

"Bocah ajaib depan rumah? Aruna maksud kamu? Kayaknya sih iya. Soalnya lebih aneh lagi kalau kamu jawab Daniel. Daniel kan anaknya kalem begitu."

Reksa terdiam sejenak dan menatap bundanya agak aneh. Ngapain tanya kalau setelahnya langsung jawab sendiri sih? Reksa bahkan tidak diberi jeda untuk menjawab.

"Ibu, kalau tanya tuh kasih jeda, jangan dijawab sendiri gitu. Reksa kan mau jawab jadi nggak jadi, bu." Kesal Reksa yang dibalas dengan kekehan sang ibu. Lembut tangan yang mengusak rambutnya halus itu kini rasakan penuh hangat di kepala.

"Yaudah, mulai yuk ceritanya."

Pada sore hari itu, semua cerita tentang Aruna hari ini sudah ludes diceritakan tanpa sisa dan apa adanya. Tanpa sama sekali tambahan bumbu yang membuat ceritanya terkesan lebih apik daripada yang sebenarnya. Aruna itu perempuan unik, makanya Reksa tidak sungkan-sungkan dan tidak repot untuk menyandarkan dunianya pada si gadis. Reksa suka berada di sekitarnya bagai bulan yang mengorbit pada si gadis manis kelahiran Semarang tersebut. Doanya, kalau hatinya memang mau berlabuh, semoga tidak salah tempat ya.


 Doanya, kalau hatinya memang mau berlabuh, semoga tidak salah tempat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sementara, di seberang sana ada seorang gadis yang terduduk di balkon rumahnya. Kakinya ia biarkan menjuntai ke bawah dan menggantung dengan tubuh yang terhalangi oleh pagar balkon. Kalau ditanya sedang apa, gadis itu sedang ngedumel sendirian sambil sesekali bersenandung kecil dan membiarkan angin menerpa dirinya juga membuat anak rambut yang tak terikat itu tersibak angin.

Aruna juga tak tahu mengapa balkon rumahnya menjadi tempat yang paling ia suka untuk menjadi tempat pelarian dari beberapa hal yang mengganggu pikiran serta emosinya. Pokoknya kalau sudah duduk disini tuh tenang sekali rasanya. Ya walaupun terkadang ia jadi kesal sendiri sebab di depannya persis ada pagar yang membatasi.

Ada kursi sih, ada taman juga di bawah yang bisa membuatnya sama-sama merasakan healing katanya. Tapi ya nyatanya lebih enak disini, makanya walau ada pagar mengganggu, Aruna ya tetap akan disana. Duduk diam sembari mengoceh dengan dirinya sendiri. Bahkan ia sama sekali tak sadar bahwa ada Nicholas yang sedang terduduk di jendelanya menatap si gadis dengan bokong yang ia daratkan pada kusen jendela yang untungnya lebar dan tak terlalu kecil.

"Ngapain lo ngedumel sendiri, Na?" tanya Nicholas.

Oh, lupa memberitahu ya? Jadi jarak dari pagar belakang rumah Aruna ke rumah Nicholas itu hanya berjarak sekitar 3 meter. Sebab katanya, sang Ibu lebih suka rumah yang lebar halamannya di bagian depan daripada di belakang. Makanya Nicholas sekarang ini tidak perlu susah payah untuk berteriak kepada Aruna agar terdengar.

"Loh, Nicholas? Ngapain lo duduk di jendela? Itu lantai dua loh." Tanya Aruna balik.

"Ya emangnya kenapa kalo gue duduk disini, Na? emang lo pikir gue mau ngapain?"

"Nyari mati."

"Kurang ajar." Aruna terkekeh mendengar balasan Nicholas. Ya habisnya pakai ditanya, ya Aruna jawab jujur lah!

"Kenapa sih?" tanya Aruna yang jelas membuat Nicholas bingung. Anak ini memang unik ya, betul kata Reksa. Atau ini adalah efek samping dari terlalu lama duduk sendirian di balkon?

"Apanya kenapa?"

"Kenapa tuh cowo nyebelin banget sih?! Apalagi spesies bernama Reksa Adhyasta. Ada kali ya orang yang idupnya cuma bikin gue naik darah mulu. Gatau dia yang emang bikin naik darah atau guenya yang gampang kesenggol, tapi intinya tu cowo ngeselin banget demi dah."

"Ngapain emang tu anak?"

Mendengar respon Nicholas yang nampaknya memunculkan ketertarikan pada ceritanya yang padahal tadinya hanya niat ngedumel, Aruna jadi tertarik juga untuk cerita ke Nicholas. Kan lumayan juga, siapa tau kesalnya hilang sedikit kalau sudah cerita sama orang lain atau nanti Nicholas malah ikut marah sama Nicholas kan seru. Poin terakhir kalau dibayangkan asik juga, Aruna kan suka keributan.

"Masa ya, Nic. Inget nggak sih kan semalem lo nawarin gue balik ya. Nah itu tuh posisinya gue serba salah tau nggak sih?!"

"Ya nggak tau, kan lo belum ngomong apa-apa."

"Ya ini makanya mau cerita, Nic. Diem dulu lah bentar. Dengerin apa kata hati gue, Nic!"

"Iya yaudah lanjut."

"Nah itu kan tadi gue bilang, posisinya serba salah. Soalnya ya, gue tuh mau pulang sama Reksa takut gara-gara gue abis diberi dengar suara yang kaya dari makhluk gaib. Terus udah gitu kan ya Nic, kalo gue nolak tawaran lo kan gue ga enak, lo udah repot-repot berhenti di depan gue sampe nawarin balik, masa iya gue tolak. Kan gak baik nolak rejeki! Terus abis itu lagi, kalo gue sama lo juga kan gue ga enak ninggalin Reksa.

Iya tau gue yang salah, gue sadar kok, gue egois. Tapi kan gue serba salah juga posisinya! Nah, waktu gue udah menyadari kesalahan gue dan tinggal minta maaf sama Reksa, eh tu anak malah bikin gue kesel setengah mampus. Gue disengakin, siapa yang ga kesel coba?! Padahal tujuan gue kan mau minta maaf. Reksa tai emang!" omel Aruna panjang lebar dengan beribu gerakan tangan yang ia tunjukkan saat bercerita. Rasanya Nicholas dan Reksa sekarang seperti mendengarkan seseorang menceritakan alkisah dengan bumbu -bumbu emosi yang mendalam.

Loh, kok Reksa?

"Udah belum ngomelnya? Telfonnya mau gue matiin nih." Tanya Nicholas. Aruna jelas bingung sendiri lah? Ini tuh Nicholas daritadi dengerin dia cerita atau nggak sih?!

"Hah, lo lagi telfon sama siapa? lo daritadi nggak dengerin curahan hati gue?!" tanya Aruna balik.

"Kata siapa? gue dengerin kok. Cuma aja yang dengerin ga gue doang. Reksa juga ikut dengerin soalnya gue daritadi lagi telfonan sama Reksa."

Aruna jelas melotot kaget. Apaan sih?! Kok Nicholas gak bilang?! Ini kan ceritanya Aruna mau melampiaskan amarah yang mendalam ke orang lain kenapa tiba-tiba jadi orang yang dikeselin malah denger juga begini?!

"IH KOK LO NGGAK BILANG?!!"

"Kalo gue bilang nanti lo ga jadi cerita dong?"

"Kata siapa?! sotoy banget!"

"Lah kata gue barusan."

"Iya sih. AH MALES DEH. Awas lu, gue rudal rumah lo!" kata Aruna lalu beranjak pergi meninggalkan Nicholas yang cekikikan di jendela. Pantes aja Reksa suka bikin kesel Aruna, marahnya aja gemes gitu. Gimana tahan ga godain?

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang