16. Tabir yang Tersingkap

86 5 0
                                    

Bagai petir yang menyambar-nyambar hati Senggani, cerita Hendra membuat seluruh bulu kuduk Senggani berdiri. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Mahesa, lelaki gondrong yang bersahaja itu punya banyak sekali kejutan dalam dirinya. Selain dia adalah kakak Hendra yang baru saja Senggani tahu, Hendra juga menceritakan kisah terpahit dalam hidupnya yang semua disebabkan oleh Mahesa. Senggani sendiri merasa percaya tak percaya mendengarnya.

Ternyata gadis bernama Lara yang pernah Mahesa hamili itu adalah tunangan Hendra, adiknya sendiri. Lelaki yang pernah membuat Senggani salah tingkah dengan sikap manisnya yang angin-anginan ternyata adalah lelaki berengsek yang sudah menyakiti hati Hendra dengan merebut dan berselingkuh dengan tunangannya. Lelaki yang memesona dengan senyum sunrise-nya ternyata tak lain adalah orang yang pantas disebut bajingan karena tega menyakiti adik dan keluarganya sendiri.

Kali ini, penilaian Senggani terhadap Mahesa benar-benar berubah. Senggani sudah tidak akan terhipnotis lagi dengan semua sikap dan perilaku Mahesa di hadapannya. Kartu As lelaki itu sudah dia ketahui dan ternyata kelakuannya tidak sebaik dan setulus sikapnya selama ini. Semua yang Mahesa tampilkan di muka umum adalah topeng belaka untuk menutupi jati diri yang sebenarnya. Semua yang ada dalam dirinya adalah PALSU!  He's not a nice guy, but he's a bad guy! Senggani menarik semua ucapannya tentang Mahesa.

"Aku nggak pernah menyangka kalau mereka bisa setega itu sama aku. Cewek yang udah aku sayang selama ini malah menusuk aku dari belakang, selingkuh sama kakakku sendiri dan sampai membuat dia hamil." Hendra terbata-bata menceritakan kembali kisah kelam yang selama ini coba dia lupakan itu.

Senggani terdiam dan tidak bisa berkomentar apa-apa. Pikirannya sudah melayang ke mana-mana. Lara, gadis yang sempat diceritakan Mahesa itu ternyata adalah tunangan Hendra yang dia rebut dengan egoisnya.

"Sebelum aku tahu kalau Lara hamil karena orang itu, aku udah lama curiga dengan kedekatan mereka berdua. Terlalu dekat untuk hubungan teman ataupun sekadar calon ipar. Aku masih berusaha berpikir positif tentang mereka, tapi semakin aku diam mereka malah makin dekat. Sampai akhirnya aku dengar kalau Lara hamil. Aku nggak pernah nyangka aja kalau mereka tega berbuat hal begitu sama aku."

"Emangnya mereka mengakui semua perbuatan itu?" tanya Senggani yang tiba-tiba mulai mencari titik kemiripan wajah antara kedua laki-laki itu. Dia masih tak percaya dengan kenyataan ini.

"Anak yang ada di dalam perut Lara itu apa namanya? Walaupun mereka nggak pernah secara langsung mengakui kesalahannya, tapi aku yakin kalau maling nggak akan pernah mau ngaku."

Senggani mengembuskan napas berat. "Terus sekarang kamu tahu Lara ada di mana?" Senggani mencoba menanyakan tentang keberadaan Lara yang gagal Mahesa temui kemarin. Mencoba mencari kemungkinan kalau Hendra tahu soal kabar mantan tunangannya itu.

"Aku nggak tahu. Sejak kejadian itu aku nggak pernah lagi mau berhubungan sama Lara. Sampai berita terakhir yang aku dengar bahwa Lara kabur dari rumah dan sampai sekarang nggak ada kabar beritanya. Aku sempat berpikir kalau Lara itu sudah meninggal karena nggak sanggup menanggung malu atas aib itu."

"Maksud kamu bunuh diri?"

"Bisa jadi. Lara memutus semua komunikasi, bahkan dengan orang tuanya sendiri. Informasi yang aku tahu tentang Lara sangat sedikit. Orang berengsek itu juga pernah dijebloskan ke penjara oleh orang tua Lara karena menganggap Lara dibawa lari sama dia."

Semua cerita Hendra hampir serupa dengan apa yang pernah Linera ceritakan padanya tentang masa lalu Mahesa. Senggani dihinggapi emosi mendengar cerita itu.

"Memangnya Mahesa benar-benar nggak mau tanggung jawab apa, sampai-sampai Lara bunuh diri segala?"

"Aku nggak tahu dia mau tanggung jawab apa enggak, tapi yang jelas dengan apa yang terjadi pada Lara itu sudah menjadi jawaban bahwa dia nggak pernah mau tanggung jawab atas perbuatannya!"

A Love to Him (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang