Esok harinya, Mahesa sudah stand by sejak pagi di kampus untuk menghadiri final meeting Dharmapala yang mematangkan rencana soal penanaman hutan mangrove di Pantai Utara Jakarta itu sebelum benar-benar diselenggarakan. Selain alumnus universitas, Mahesa dan dua sahabatnya Jamal dan Danang serta beberapa kawan lainnya juga adalah mantan anggota Dharmapala periode sebelumnya. Setelah mereka lulus, mereka dinobatkan sebagai dewan kehormatan oleh anak-anak anggota Dharmapala periode sekarang yang membuat mereka masih ikut dilibatkan dalam semua kegiatan organisasi. Mahesa sebagai mantan ketua, masih rutin mengunjungi kampus untuk sekadar memantau latihan anak-anak Dharmapala. Rasa tanggung jawabnya yang masih sangat besar terhadap organisasi yang mengenalkannya dengan alam itu membuat semua anggota masih sangat bergantung padanya, seperti saat ini.
Sementara Senggani harus merutuk terus karena orang yang kata Mas Rizal jadi partner kerjanya itu malah tidak bisa dihubungi sejak tadi. Walhasil Senggani jadi tidak bisa berangkat bersama menuju kampus yang letaknya cukup jauh dari kantornya sekarang itu.
Tiba di kampus, Senggani sudah melihat sosok Mahesa sedang mengobrol bersama seorang laki-laki dengan seriusnya. Begitu melihat Senggani berjalan tak jauh dari tempatnya berdiri, Mahesa pamit pada Danang untuk menemui gadis yang tampangnya sudah ditekuk dua belas lipatan itu.
"Jam berapa, nih? Kok, baru datang, sih?" Mahesa langsung memarahi Senggani saat itu juga tanpa memberi kesempatan gadis itu untuk bernapas dulu. Dia nggak tahu apa, kalau Senggani habis lari-lari kepanasan hanya untuk mengejar waktu.
"Bawa surat undangannya, kan? Tahu, dong, berarti meeting-nya jam berapa? Peserta dan undangan wajib datang lima belas menit sebelum meeting dimulai!" semprot Mahesa lagi.
Senggani tak terlalu menanggapi ocehan Mahesa yang sama sekali tidak penting untuk dia dengar. Gadis itu melengos pergi begitu saja karena sedang tidak mood untuk bertengkar dengan si gondrong yang marah-marah nggak jelas itu. Mahesa lagi PMS kali, makanya sensi. Pikir Senggani.
"Hey! Kamu dengar nggak, sih, saya lagi bicara sama kamu?"
"Iya!" sahut Senggani dengan malas.
"Terus kenapa main pergi gitu aja?" Mahesa terlihat begitu serius dengan pembicaraan kali ini.
Dengan menghela napas, Senggani balik badan dan menghadap Mahesa dengan wajah tak kalah seriusnya. "Saya mau tanya sama kamu, kamu yang punya kampus ini? Atau kamu panitia acaranya? Bukan, kan? Ya udah kalau gitu biasa aja, dong! Panitianya juga nggak marah-marah, nggak sewot kayak kamu!" Senggani mencemooh. "Lagian saya telat kayak gini juga gara-gara kamu. Nggak sadar apa!"
"Kok, gara-gara saya? Apa maksudnya?"
"Amnesia, ya? Kemarin Linera udah kasih tahu kita kalau harus pergi bareng dari kantor, tapi orang yang katanya partner saya itu ditunggu dari tadi nggak muncul juga. Sudah ditelepon dari kantor, tapi handphone-nya malah nggak aktif. Jadi akhirnya saya disuruh berangkat sendiri dengan sisa waktu yang sudah mepet. Saya lari-larian mengejar waktu sampai ke sini, tapi setelah sampai saya malah dapat omelan dari orang yang nggak merasa bersalah sama sekali. Padahal semua ini gara-gara dia!" Senggani menumpahkan semua kekesalannya saat itu juga dengan berapi-api.
"Sorry, sorry, saya nggak sempat ngasih kabar. Saya terlalu sibuk, banyak yang harus saya kerjain," ucap Mahesa yang menyadari kesalahannya.
Senggani menaikkan satu alisnya. "Gitu doang, nih?" tanyanya dengan nada mengejek. Dia jengkel karena respons yang diberikan Mahesa ternyata sedatar itu.
"Saya, kan, sudah minta maaf, memangnya belum cukup? Kamu mau saya bilang apa lagi?"
"Kamu itu nyebelin, ya! Nggak ngerasa apa tadi kamu sudah marah-marahin saya di depan umum gini. Terus kamu cuma minta maaf dengan seenaknya kayak gitu?" Senggani melipat tangan di dada, dia jengkel sejengkel-jengkelnya pada Mahesa. Mimpi apa dia bisa dapat partner orang macam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love to Him (Revisi)
Roman d'amourIsi kurang lebih sama dengan versi lama. Hanya ada beberapa penambahan bab dan pengurangan plot yang Thor rasa kurang mendukung isi cerita. Juga terdapat perubahan di beberapa adegan dan gaya bahasa. Cover juga diganti untuk membedakan versi lama da...