51. Hide and Seek

72 6 0
                                    


Kondisi Kelana Dewandaru makin memburuk. Lara yang kebingungan meminta bantuan kepada Mahesa untuk mengantarnya ke puskesmas di Karimunjawa. Namun, karena dokter di sana tidak sanggup menangani Ndaru, Lara disarankan untuk segera membawanya ke rumah sakit besar. Lara langsung menghubungi Wildan untuk menjemput Bu Fatimah kembali ke rumah karena mereka akan segera pergi ke Semarang untuk membawa Ndaru dirawat di sana.

Mahesa yang kembali ke penginapan untuk memberitahu serta mengajak Senggani ikut ke Semarang, dihadapkan pada kenyataan bahwa kamar gadis itu sudah kosong dan menurut petugas penginapan Senggani sudah check out dari sana. Mahesa kembali ke rumah Lara dengan menenteng carrier-nya sendiri.

"Senggani nggak ikut?" tanya Lara di sela-sela kesibukannya mengemasi barang yang akan dia bawa ke Semarang.

Lara dan Bu Fatimah berbagi tugas. Bu Fatimah langsung diantar Wildan ke puskesmas untuk menemani Ndaru, sedangkan Lara pulang bersama Mahesa untuk berkemas. Wildan juga sudah kembali ke rumah untuk membantu Lara menyiapkan semua keperluan secepat mungkin.

"Dia udah pergi. Dia udah check out dari penginapan," jawab Mahesa yang terlihat bingung. Dia seperti berpikir dan mencari keberadaan Senggani dalam pikirannya. "Dasar keras kepala! Dia, kan, nggak tahu daerah sini. Pergi ke mana coba? Kalau sampai kenapa-napa siapa yang mau bantu?"

Lara bisa menangkap kecemasan dalam suara Mahesa. Wildan yang mendengarnya langsung angkat bicara karena tidak enak jika harus menyembunyikan semua yang dia tahu dari Mahesa.

"Maaf, Mas, nganu ... tadi siang Mbak Gani sudah pergi naik pesawat ke Semarang. Bilangnya mau pulang ke Jakarta."

"Naik pesawat? Maksudnya gimana, Wil?" tanya Lara lagi.

"Tadi waktu saya habis pulang ngantar Ibu, saya ketemu Mbak Gani di jalan kayak orang kesakitan gitu. Bawa tas, kok, Mas," ucapnya pada Mahesa dengan kepala tertunduk. "Saya mau antar ke hotel, tapi ndak mau. Dia minta diantar ke bandara, kayak yang buru-buru gitu. Ya, sudah saya antar ke bandara." Wildan masih tertunduk saat bercerita, dia takut dimarahi.

"Kenapa kamu nggak bilang dari tadi, sih?" Lara gemas dengan aksi diam Wildan.

"Nuwun sewu, Mbak. Tadi Mbak Gani sendiri yang minta saya supaya ndak cerita-cerita kalau dia pergi. Apalagi sama Mas Mahesa katanya saya ndak boleh bilang. Maaf, ya, Mas." Kepala Wildan makin tertunduk ke bawah.

"Yowis, kamu bawa ini ke mobil, ya!" titah Lara pada Wildan untuk membawa dua tas yang sudah selesai di-packing ke dalam mobil.

Dilihatnya Mahesa yang masih terdiam sejak tadi.

"Setidaknya kita tahu kalau dia pulang ke Jakarta. Kamu harus temui dia, Sa, nggak usah menemani kami ke rumah sakit. Dari Semarang kamu langsung pulang aja ke Jakarta, temui dia."

Mahesa diam seperti masih berpikir. "Nggak! Aku akan tetap temani kamu di rumah sakit. Urusan Senggani kamu nggak usah pikirin, yang penting sekarang kita bawa Ndaru dulu, ya."

Setelah meyakinkan Lara bahwa dia akan tetap ada di sisi perempuan itu, Mahesa berangkat menuju puskesmas untuk menjemput Bu Fatimah dan juga Ndaru. Dengan menyewa perahu motor milik seorang tetangga, mereka menyeberang ke Semarang dengan cepat dan langsung membawa Ndaru ke RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk ditindaklanjuti.


***


Linera baru selesai meratakan masker bengkuang yang dibuatnya sendiri di wajah saat suara bel yang bertubi-tubi mengganggu acara me time-nya di apartemen. Setelah membuka pintu Linera terkejut mendapati Senggani yang langsung memeluknya sambil menangis tersedu.

A Love to Him (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang