17. Lost Focus

81 4 0
                                    

Rasa bahagia karena apa yang Senggani nantikan terucap dari mulut Hendra akhirnya dia dengar juga bersamaan dengan rasa kecewa yang Senggani rasakan terhadap Mahesa. Hubungan yang sudah terjalin baik, akhirnya harus kembali kaku seperti dulu. Jika mereka berpapasan, gadis itu lebih memilih untuk menghindar. Saat rapat redaksi sedang berlangsung pun, Senggani sangat tidak bisa konsentrasi karena dia beberapa kali menangkap basah Mahesa sedang menatap ke arahnya. Sangat membuat tidak nyaman.

"Kalian ada masalah apa, sih?" Linera yang sudah mengendus ada yang tidak beres dengan dua orang partner bentukannya ini akhirnya tidak bisa lagi menahan keinginan untuk bertanya pada Senggani. Saat jam istirahat tiba, dia langsung menggiring Senggani menuju rooftop kantor dan menginterogasinya.

"Siapa?" Senggani bukannya tidak tahu siapa yang dimaksud Linera, tapi dia berpura-pura tidak mengerti saja. Linera memang tidak pernah bisa dikelabui, jika ada sedikit saja yang tidak beres dengan Senggani dia akan langsung tahu.

"Lo sama Mahesa! Kalian ada masalah apa? Gue perhatiin, sudah dua hari ini kalian nggak saling bicara. Diam-diaman terus, kayak orang yang nggak kenal. Ada apa?"

"Ah, perasaan lo saja kali. Kita baik-baik saja, seperti biasa." Senggani pura-pura sibuk memperhatikan vertical garden yang menghiasi area rooftop yang tidak terlalu luas itu.

Linera tahu memang sedang terjadi sesuatu, buktinya Senggani sengaja menghindari kontak mata dengannya saat bicara. Itu salah satu kebiasaannya yang Linera sudah hafal betul. Jika Senggani sedang berbohong atau sedang menyembunyikan sesuatu dia tidak berani bertatap muka dengan lawan bicaranya.

"Jujur aja kenapa, sih? Kalian itu tim dan gue sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaan kalian berdua. Kalau kalian nggak kompak, kerjaan kalian juga ikut kena imbasnya dan pasti gue juga yang pusing meng-handle semuanya!" Linera mulai mengeluarkan taringnya.

Oke, mungkin kali ini Senggani sudah tidak bisa menghindar lagi. Mau tak mau, dia harus menceritakan apa yang terjadi kepada sahabatnya itu. Karena kalau sampai makhluk bernama Linera Dewi Pitaloka itu dibuat penasaran, dia akan terus meneror sampai bisa memuaskan rasa penasarannya.

"Lo tahu waktu Hendra ngajak gue ke pesta ulang tahun mamanya, gue dapat kejutan yang luar biasa bikin syok. Mind blowing banget! Mereka itu saudara. Mereka kakak beradik." Akhirnya Senggani membuka ceritanya juga.

"Siapa?" tanya Linera yang masih belum mengerti dengan siapa yang dimaksud dengan saudara oleh Senggani.

"Mahesa dan Mahendra itu bersaudara. Hendra itu adiknya Mahesa. Gila nggak?" Senggani frustrasi.

"What? Hendra adiknya Mahesa? Are you kidding me?" Linera menganggap ucapan Senggani itu hanya sebuah  lelucon.

"Gue serius, gue nggak bercanda. Gue juga nggak percaya tadinya, tapi semuanya itu nyata." 

"Serius lo? Jadi sekarang lo secara nggak langsung ngegebet kakak adik itu, dong?"

"Gue nggak tahu, Lin, gue bingung. Dan lo tahu berita apa yang gue dapat dari Hendra soal Mahesa?"

Linera hanya menggeleng. Dengan hati-hati, Senggani akhirnya menceritakan semua yang sudah Hendra ceritakan kepadanya tentang masa lalu lelaki itu dan langsung membuat Linera terduduk lesu di bangku taman rooftop sambil melongo.

"Apa gue bilang, dari pertama ketemu gue sudah nggak suka sama dia. Dia memang bad boy, feeling gue ternyata nggak meleset. Pepatah yang bilang Don't judge the book by it's cover itu ternyata nggak ada gunanya! Busuk di luar sudah pasti busuk di dalam," tandas Senggani dengan sekali napas karena saking emosinya jika sudah membicarakan soal Mahesa lagi.

A Love to Him (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang