27. Broken

67 5 0
                                    

Sekarang mereka bernyanyi-nyanyi di ruang tengah bersama sebagian anak-anak. Mahesa memetik gitar dan menyanyikan lagu "Sahabat Kecil" dari Ipang yang adalah lagu favoritnya. Anak-anak juga ikut bernyanyi bersama walaupun nadanya lari-lari dan tak beraturan. Secara tiba-tiba, Mahesa menyuruh Senggani bernyanyi menghibur anak-anak dan menyerahkan gitar untuk dimainkan. Dasar jail! Setelah lelah dan tidak sanggup lagi memenuhi keinginan anak-anak, dia menyeret Senggani dengan semena-mena ke dalam kumpulan bocah yang memiliki energi tak terbatas itu.

Mahesa yang niatan awalnya hanya ingin mengerjai Senggani jadi dibuat tidak percaya, karena ternyata Senggani bisa memainkan gitar dan suaranya saat bernyanyi lumayan bisa diterima telinga. Lelaki itu cekikikan di meja makan bersama Bu Rahma dan para relawan panti saat mereka menyortir buku-buku sumbangan dari para donatur untuk diletakkan di taman baca. Lucu juga melihat wajah bingung Senggani yang kewalahan memenuhi permintaan lagu dari anak-anak.

"Kamu bahagia banget kayaknya, Sa. Kelihatan cerah gitu mukanya," seloroh Mbak Anisa salah satu relawan taman baca yang sedang mengecek kondisi buku-buku di tangan.

"Ya biasa ... namanya juga anak muda lagi kasmaran," timpal Mbak Ajeng yang sibuk mencatat judul-judul buku yang lolos seleksi untuk konsumsi anak-anak.

"Kasmaran apa, sih? Pada ngarang, deh." Mahesa kembali berkutat dengan buku yang dipegangnya, sementara Mbak Ajeng dan Mbak Anisa senyum-senyum jail berdua.

"Mereka nggak akan ngomong begitu kalau kamunya nggak aneh. Hari ini kamu nggak kayak biasanya, lebih banyak senyum sama ketawanya. Biasanya kalau kamu ke sini pasti mukanya ditekuk, tapi hari ini wajah kamu cerah." Bu Rahma meluruskan.

"Kan, hari ini bawa ayangnya, Bu ..." Mbak Ajeng tertawa disusul Mbak Anisa.

Suara tawa kedua perempuan itu membuat Senggani dan anak-anak yang sedang asyik bernyanyi menoleh bersamaan ke arah meja makan. Mahesa langsung panik takut jika Senggani mendengar percakapan mereka tadi, tapi tak lama perhatian Senggani sudah terpecah oleh anak-anak yang sudah berisik dan tidak pernah mau diam.

"Mbak, nggak usah ngaco, deh! Dia itu temanku," tandas Mahesa.

"Iya teman tapi mesra, kan?" Kedua wanita itu cekikikan lagi.

Susah memang kalau berurusan sama ibu-ibu Lambe Turah.

Telepon berdering dari Galuh yang menanyakan posisi Mahesa sekarang beserta mobil Jamal. Mahesa mengatakan dia akan mengantar mobil itu secepatnya, tapi Galuh bilang dia akan mengambilnya sendiri maka Mahesa menyuruhnya untuk datang ke panti.


***


Galuh sampai tak lama kemudian, dia diantar Danang dengan motor. Sementara Jamal sang pemilik mobil malah entah pergi ke mana bersama pacarnya dan mengutus Galuh untuk mengambil mobil yang dipinjam Mahesa tadi. Bu Rahma yang sudah lama tidak bertemu Galuh mengajaknya ngobrol panjang lebar di teras depan. Danang yang juga sangat dekat dengan anak-anak di panti langsung ditantang main bola lagi. Anak-anak memang tidak ada capeknya. Sementara Mahesa dan Senggani bergabung dengan Mbak Anisa dan Mbak Ajeng di belakang untuk membereskan buku-buku sumbangan yang baru datang.

Galuh tiba-tiba muncul untuk memanggil Mahesa karena diajak Danang bermain bola, tapi saat melihat Senggani juga ada di sana mood-nya seketika berubah. Napasnya memburu dan matanya berkilat-kilat, apalagi Mahesa dan Senggani mojok di belakang membereskan buku-buku sains berdua sambil cekikikan. Rasanya darah Galuh naik ke ubun-ubun dan mendidih di atas kepalanya. Harus ya, cewek itu dibawa kemari? Dikiranya Mahesa meminjam mobil untuk mengantar cewek itu pulang, tak tahunya malah diajak kemari. Siapa yang nggak senewen!

"Mas, dicariin Mas Danang, tuh!" ucapnya kecut. Dia sengaja tidak menyebutkan keperluan Danang mencari Mahesa.

"Ada apa, ya? Tanggung aku lagi beresin buku." Mahesa menunjukkan tumpukan buku yang dia angkut dengan kedua tangan.

A Love to Him (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang