13| Naik perahu

125 17 0
                                    

#Bandung hari kedelapan pt;2.

•ㅡ•ㅡ•ㅡ•

"YA Allah.. akhirnya pulang juga." Jihoon langsung rebahan di sofa.

"Minggir, gue ikut." Junkyu menggeser badan Jihoon, lalu ikut rebahan.

"Udah jam berapa ni, bau banget badan gue." Renjun langsung jalan ke arah kamarnya. Mungkin doi mau mandi.

"Jam tiga dong udah." Jeno kaget abis liat jam. "Lama banget kita dirumah nenek lu, Chan."

Temuin gue disini yah, jam empat sore.

Jaemin bergegas jalan ke kamarnya.

"Mau kemana tu anak?" Haechan menghempaskan dirinya di atas Jihoon dan Junkyu.

"Akh! Saket!!! Lu berat bego." Jihoon langsung ngedorong Haechan ampe jatoh.

"Katanya Jaemin ada janji sore, lupa lu?" Yoshi duduk di sofa sebelah Junkyu sama Jihoon rebahan.

"Jaemin lagi pdkt in cewek kampung sini kah?" Tanya Felix ikut nimbrung.

"Nah itu yang kita semua gak tau. Doi sering keluar rumah sendiri, bisa aja si lagi deket sama seseorang." Hyunjin ikut dong, kan ngegosip.

"Eh. Elu, Felix, Jeno juga bangke, nyadar weh." Jihoon noyor kepala Hyunjin.

"Gue jelas Yeji." Jawabnya.

"Lu, Lix?" Tanya Haechan.

"Emm, adalah." Jawab Felix.

"Gak ada rahasia-rahasiaan." Sunwoo langsung menyambar saat Jeno mau ngomong.

"Yiren, orang yang kita bantu pas di jalan, kali pertama jalan-jalan di desa ini." Felix jujur aja deh, dari pada ntar dia digentayangi mereka semua.

"Eh yang mana? Lupa gue." Tanya Haechan.

"Yang lebih pendek dari yang satunya." Jawab Felix, dengan muka pasrahnya.

"Jen?" Tanya Jihoon.

Jiwa leader yang keluar.

Jeno senyum. "Karina, temenya si Yiren ituh."

"Kenal dimana bangke lu berdua?" Sunwoo agak bingung sama sistem perkenalan kedua insan ini dengan dua cewek tersebut.

"Felix dulu." Suruh Jeno.

Felix menghembuskan napas kasar. "Pas gue ke supermarket, ketemu doi di sana. Gue ajak balik bareng, ya gitulah intinya."

"Jen?" Junkyu mengikuti cara Jihoon berucap.

Plak

Pukulan kecil mendarat dipipi gembul Junkyu, yang tentu saja dari Jihoon.

"Pas gue keluar villa maren, marennya lagi atau kapan gue dan lupa. Si Karina di kejar orang itu lagi, akhirnya gue bantu bayarin dulu.. terus ya gitu." Jawab Jeno, sama kek Felix. Pasrah.

Janji mereka gak boleh ada rahasia.

"Jaem! Kemana?" Hyunjin negur Jaemin, yang udah rapi pake baju bagus dan pakaian yang sangat wow.

"Pergi bentar ya." Jaemin langsung lari keluar.

Kalo enggak, dia pasti bakal di introgasi dulu, ntar makin lama.

"Keknya emang lagi deket sama cewek dia, jarang kali Jaemin kek gitu." Curiga Haechan.

"Ghibah terosss!! Dosanya lancar ya bund.. inget diri, jaga hati." Renjun baru dateng.

"Masya Allah, wangi banget lu, Jun. Pake sabun ape?"

Renjun duduk disamping Sunwoo. "Sabun Haechan."

"Lah? Jun?" Haechan natap Renjun dengan tatapan membunuh.

"CANDA!! Serius amat hidupnya!"

Haechan mengehela napas lega. Sabun mahal bestie, enak banget si Renjun main pake-pake aja.




"Telat gak?"

"Enggak, gue juga baru nyampe."

Jaemin ngangguk. "Jadi?"

"Tuh."

Jaemin ngeliatin arah telunjuk Somi. "Perahu."

"Naik yuk."

"Mau kayak my heart?" Goda Jaemin.

"Film lama."

"Kita yang lanjutin."

Ya Allah, Somi baper, gak-gak, ga boleh.

"Gece yok, bisa ngedayung kan?" Somi narik tangan Jaemin menuju ke danau.

"Gila si, pemandangannya indah banget." Jaemin menghirup udara segar dari atas perahu yang mereka tumpangi.

Somi memasang wajah masam, pasalnya dia yang mendayung masa, si Jaemin kagak bisa. Kan bngsd sekali.

"Jaem, gantian." Rengek Somi.

"Gue gak bisa, yaudah berenti aja."

Somi langsung berenti mendayung, tepat mereka di tengah danau. "Cape anjir, lo berat."

"Som, ada cokelat."

Somi panik, langsung mengusap pinggiran mulutnya dengan tangan.

"Bukan itu."

Somi bingung.

"Nih." Jaemin mengeluarkan cokelat dari kantongnya. "Buat lu."

Somi ngambil dengan rakus. "Gue kira di mulut gue. Terus gue mikir, perasaan gue kagak ada makan cokelat gituh yekan." Dia langsung memakan coklatnya.

Jaemin ketawa kecil. "Makanya jangan salah paham."

Somi mengangguk, sambil memakan cokelatnya.

Jaemin ketawa lagi. "Ini baru ada cokelat." Jaemin langsung menyapu bekas cokelat disisi bibir Somi dengan tangannya.

Hening.

Keduanya saling tatap.

Jaemin langsung menjauh dari Somi.

"Foto yuk." Ajak Jaemin.

Somi ngangguk canggung. "Ayok."

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Setelah beberapa foto yang Jaemin rasa udah cukup banyak, dia pun menjauh dari Somi.

"Som."

"Hm."

"Gue ga bakal lupain ini."

Somi natap Jaemin yang emamg lagi natap dia juga. "Why?"

"Ini terlalu istimewa buat dilupain."

Somi senyum tipis. "Gue gak pernah kepikiran kita bakal deket. Gue mikirnya kita bakal musuhan terus di sini bakal terjadi perang dunia ketiga." Somi terkekeh.

"Untung gue waktu itu nyamperin lu, dan beraniin diri buat ngajak ngobrol elu." Jaemin ikut terkekeh.

"Takdir lucu yah?"

Jaemin natap Somi lekat. "Iya. Lucu."

"Ayo balik ke tepi, kita jalan ke tempat lain lagi." Somi menggerakkan dayungannya.

"Biar gue bantu, ajarin tapi."

"Madep sana."

"Kok?"

"Biar gue ajarin lu dari belakang." Somi ngasih dayung nya ke Jaemin.

Somi megang kedua tangan Jaemin. "Giniin."

Jaemin nurut aja, padahal dia cukup kaku sekarang. Mereka terlalu deket. Kalo orang salah liat, bisa dikira Somi lagi meluk Jaemin dari belakang ini.

"Ah lu mah!! Gue aja deh." Somi ngambil lagi dayungannya. "Madep sini lo."

Jaemin langsung balik arah, okey sekarang mereka berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.

Somi mendayung dengan susah payah. Jaemin hanya senyum ngeliat perjuangan Somi.

"Semangat."

30 Days in Bandung | 00-01LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang