#Bandung hari kedelapan belas pt;2.
•ㅡ•ㅡ•ㅡ•
"JUN, Jun, Jun."
"Apa?"
"Apasi Ryu, lu ganggu aja gue lagi berduaan sama Renjun. Jauh-jauh sono."
Ryujin memasang wajah julid nya. "Apa banget si, Chan, gue mau ngomong nih sama Renjun. Lo pergi dulu sana." Ryujin ngedorong Haechan menjauh.
Dengan pasrah Haechan pergi dari mereka, sebenernya bisa si ngelawan tapi ya gitu lagi gak mood.
"Apaan si?"
"Gue gak sengaja denger, Yiren bilang ke Felix kalo dia udah dijodohin." Ryujin mendaratkan pantatnya di rerumputan di samping Renjun.
Renjun kaget lah denger gitu, dia langsung menghadap ke Ryujin. "Terus-terus? Wah bisa di interogasi nih gue bentar lagi."
"Gue ga tau si, ntar gue ketahuan kalo lama-lama ngupingnya, tapi Felix bilang dia mau nanya ke ambu-nya Yiren langsung." Ryujin bicara dengan panik, otomatis Renjun yang denger juga jadi ikut panik.
"Aduh gimana nih? Pasti gue bakal disuruh ke rumah Yiren juga. Aduh.. gimana nolaknya!!" Panik Renjun.
"Kenapa nolak?"
"Ya kan gue maunya sama lu." Renjun senyum manis ke arah Ryujin, tiba-tiba paniknya ilang.
"Bisa euy lu mah. Nembak aja belum." Ryujin bergumam di kalimat terakhir.
"Apa? Jangan pelan gitu dong ngomongnya!"
Lah kok dia yang ngegas, pikir Ryujin. "Gapapa, pikir aja sendiri. Dah ah mau nyamperin Wony, kasian noh sendirian digodain Jeno mulu." Ryujin bergegas pergi meninggalkan Renjun.
"Ngomong apa si dia?"
•
•
•
Dari dalem hutan Junkyu sama Winter lagi foto-foto ga jelas.
"Pose yang imut, senyum.."
Cekrek
"Dah ah Kyu, cape gue. Keknya udah banyak deh foto-fotonya."
Junkyu mengangguk setuju. "Di sana ada dahan pohon tumbang noh, duduk di sana yok." Junkyu menunjuk pohon tersebut lalu jalan mendahului Winter.
"Ah.. cape banget." Winter mendudukkan dirinya di dahan pohon tersebut.
"Jangan mendesah bisa kan?"
Plak
"Siapa yang ngedesah?!! Sumpah ya pikiran lo kotor banget!! Mau gue cuciin, hah!!" Winter langsung nabok Junkyu di lengan.
"Astaga! Keras banget anjir. Ada bekas nya nih pasti."
"Lo juga si, omongan tuh dijaga!!" Winter memanyunkan bibirnya kesal.
"Iya mangap, jan manyun-manyun dong, ntar gue khilaf, gue cipok deh." Junkyu natap Winter seneng, akhirnya bisa ngejailin Winter lagi.
Plak
Kali ini dipipi. "Mau apa lo bilang?!! Mau gue tampar lagi lo, hah?!!"
"Ahahaha, bejanda. Kenapa si lo tuh cute banget, bikin galpok." Junkyu masih setia natap Wonter.
Kalo gini terus bisa salting gue, pikir Winter. "Apa si, Kyu." Winter menoyor kepala Junkyu supaya enggak natap dia lagi.
Tapi tangannya malah dipegang Junkyu, terus balik natap dia lagi. "Kenapa? Salting? Deg-degan, yah?" Junkyu senyum menggoda.
Wimter memalingkan mukanya. "Enggak!"
Tiba-tiba Junkyu meluk dia dari belakang pas Winter berdiri. "Di sini aja." Lirihnya. "Lo gak kangen sama gue?"
Kok Junkyu jadi kayak begini si, pikir Winter.
Berusaha melepaskan tangan Junkyu yang melingkar di pinggangnya, tapi Winter ga bisa karena Junkyu meluk dia erat banget.
"Kyu.."
"Hm?"
Duh Winter jadi gugup nih. "Lepasin lah, lo kenapa si hari ini?" Winter nanya tanpa melihat ke arah Junkyu.
Junkyu nempatin kepalanya di bahu kiri Winter. "Gue lagi pengen kayak gini aja sama lo. Mumpung bisa, bentar lagi gue bakal pulang."
"Masih lebih dari seminggu kan? Lagipula kita satu kampus kali. Udah ah ayo balik ke tenda." Winter mau jalan, tapi tertahan karena pelukan Junkyu.
"Kita pulang habis dzuhur, disini aja dulu.""Kyu, lepasih ih, ayo balik."
"Bisa diem gak?" Junkyu membalik badan Winter jadi menghadap dia, lalu meluk Winter lagi. "Gue cape. Jujur, gue gak pernah bilang itu ke siapa pun, sekarang gue bilang ke elo."
Junkyu melemah dipelukan Winter.
Rasanya mata Winter panas banget pas denger Junkyu ngomong tadi, kata-kata itu sama seperti kata-kata yang selama ini dia ucapkan untuk diri sendiri. Cape, untuk semuanya, dia cape.
"Dulu gue pernah pengen nyerah, pengen berenti aja dari hidup ini. Mencoba bunuh diri, tapi selalu gagal, pas gue bangun gue selamat. Gue mikir kalo Allah masih ngasih kesempatan gue buat hidup, tapi rasanya gak sanggup lagi."
Winter meluk Junkyu. "Ungkapin semuanya, keluh kesah lo, biar lo tenang."
"Gue tinggal sama mama semenjak orang tua gue cerai, mama yang kerjaannya mempuaskan napsu orang. Berulang kali gue nasehatin, berulang kali juga gue dipukul." Junkyu meneteskan air matanya.
"Gue minggat dari rumah nyari kost, setahun gue ngekost sampai lulus SMA. Semenjak masuk kuliah dan ketemu sama yang lain, Jihoon nawarin gue buat tinggal di rumahnya, karena dia tinggal sendiri, awalnya gue nolak, tapi dia malah maksa, ya udah gue tinggal di rumah Jihoon deh sampai sekarang."
Winter ngelus punggung Junkyu. Dia bingung mau jawab apa.
"Akhirnya gue nemuin kebahagiaan gue di sahabat-sahabat gue. Dari kecil ga pernah dapet kasih sayang orang tua gue karena mereka ribut mulu, gue kelas satu SMA mereka cerai. Dua tahun gue tinggal sama nyokap dengan siksaan. Sekarang gue bahagia, Win."
Winter senyum dibalik isak tangisnya.
Junkyu melepas pelukannya, lalu menghapus air mata yang ada dipipi Winter. "Kok lu yang nangis." Tanyanya sambil ketawa pelan.
Winter mukul dada Junkyu pelan. "Cerita lo bikin mewek." Winter terisak lagi.
Junkyu narik Winter kepelukannya lagi. "Lo juga salah satu kebahagiaan gue, Win."
Winter membenamkan wajahnya di dada Junkyu. "Diem! Ntar gue tambah mewek."
"Lu ga mau cerita juga gituh sama gue?"
"Ntar aja, gue izin sama Somi dulu."
"Harus?"
"Harus lah, ini ada hubungannya sama Skygirls tau jadi kudu dapet izin sama ketuanya." Winter melepas pelukannya.
"Oke deh, ditunggu, yah. Ya udah ayo balik ke tenda."
"Ayo."
"Etapi jangan kasi tau siapa-siapa ya, gue ga pernah nangis di depan temen-temen gue!" Junkyu menggandeng Winter buat balik ke tenda.
"Iya-iya, gue juga tadi gak liat muka lu pas nangis."
"Udah ah, ga usah dibahas!"
"Pasti lucu deh."
"Winter!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days in Bandung | 00-01L
FanfictionKeseruan sepuluh remaja yang ingin menelusuri kota Bandung dan mencari keindahannya, tapi malah terjatuh ke dalamnya. ❝Lo salah satu dari banyaknya alasan gue menyukai kota Bandung.❞ Start: 01 Juni 2023. End: - © daffodilyz 2023, 8th story.