19. My Posessive Abian

12.1K 531 9
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Makasih banyak kalian. Tetap semangat dalam apapun ya. 100 vote, 20 komen. Percaya, yang bikin semangat itu komenan.

"Aku udah nurut buat datang ke sini. Jadi kamu harus turutin apa yang aku minta, dong." jelasnya. Mata tajam Abian begitu dalam menatap Ifa. Cowok tampan yang mengenakan kaos oblong Erigo berwarna orange dengan celana selutut itu menumpukkan kedua tangannya pada pantry dapur.

Terlihat biasa saja melihat kekasihnya yang mungkin mulai kesal padanya. Lebih tepatnya sih pada tingkahnya.

"Duduk!" titah Ifa menunjuk kursi ruang makan disudut kanan berbatasan pada pantry. Matanya yang bulat melirik kekasihnya, masih diam tanpa merespon.

"Duduk, aku bilang!" titahnya kembali.

"Kenapa aku harus duduk, hem?" tanyanya balik. Mengambil sebuah pisah dan tomat di depan tangan Ifa pas.

Tak mendapati jawaban, ternyata Ifa ada di wastafel mencuci sayuran. Meletakan kembali pisau itu, ia berjalan mendekati gadis itu. Menenggerkan dua tangannya pada pinggang gadisnya.

Alasannya ya ini, Abian bertingkah seperti ini. Pergerakannya susah, apa lagi ia membantu memasak Bundanya. Abian ini benar-benar menyebalkan.

"Lohhh, kamu ada disini Bian?!" suara familiar itu menyentak kaget Ifa. Gadis itu melepaskan paksa tangan Abian dari pinggangnya.

Ifa berbalik badan menoleh canggung pada Sera yang berjalan santai melewatinya menuju kulkas disamping pantry duduk. Gadis itu malu sekali.

"Hemm," sahutnya. Cowok itu tampak menahan senyumnya melihat wajah memerah gadisnya.

"Bunda lagi nyari apa?" Ifa bertanya pada Sera yang baru saja menutup pintu kulkas. Wanita paruh baya yang masih cantik itu tersenyum padanya.

"Nyari lengkuas, Bunda lupa." ucapnya memperlihatkan pada Ifa. Gadis berambut sepunggung itu mengikuti langkah Sera yang berjalan menuju sisi kompor.

Sera membersihkan lengkuas itu setelah mengupasnya. "Terus kita buat apa lagi?"

Ifa berada di sebelahnya, memfokuskan tatapannya pada Sera yang memasukkan lengkuas di sebuah wajan berisi opor ayam.
Cowok yang memiliki tinggi lebih dari 170 itu kembali merecoki gadisnya. Ia merangkul pinggangnya dengan sebelah tangannya.

Cup

Wajah Ifa sangat merah, dan gadis itu tampak melotot terkejut pada Abian yang baru saja menciumnya. Apa sudah gila? Tidak lihat kalau ada Sera disini?

"Abian!" seru Ifa tertahan. Gadis itu lantas mengusap bekas kecupannya.

Sera tak heran lagi pada putranya itu. Sebelah dua belas dengan suaminya. Ia tak akan salah paham, pasti anaknya ini yang agresif.

"Bian, dari pada ngerecokin kita. Lebih baik kamu duduk sama Papa aja sana di taman belakang!" ucap Sera, melihat Ifa yang tampak malu seperti itu membuatnya kasihan.

"Sana-sana, ish!" usir Ifa lirih mendorong kecil dada cowok itu. Tapi sama sekali tidak membuahkan hasil. Abian masih tetap pada posisinya merangkul pinggangnya.

"Bi... Sana!" pinta Ifa memelas. Abian tak memerdulikan Ifa, cowok tampan itu masih sangat jelas menatapnya dalam.

"Ya udah Ifa sayang, biarin aja. Nanti kalau ngamuk ngeri." jelas Sera sedikit terkikik meledek anaknya itu. Ia menghidupkan kompor satunya untuk membuat suop.

My Possesive Abian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang