Extra Part ll

10.6K 413 19
                                    

Sinar mentari sedikit masuk ke celah-celah kamar, seorang perempuan yang tertidur nyenyak kini terusik perlahan. Tangannya menghalau pantulan matahari dengan mata tertutup.

Mata indah itu terbuka secara perlahan, ia bangkit terduduk. Kakinya hendak menyentuh lantai tetapi suara berat dari belakang membuatnya mematung.

"Diam di sana." ucap suara berat itu. Dengan gerakan pelan ia menarik kakinya yang hampir menyentuh lantai kembali masuk ke dalam selimut. Kepalanya menoleh ke belakang.

Mata hitam yang indah itu membola. Kedua tangannya menutup mulutnya sendiri.

Seorang laki-laki tengah duduk santai, satu kaki di tumpukkan pada kaki lainnya. Netra tajam itu menatapnya intens. Ifa melihat lelaki itu menutup laptopnya dan menaruh di nakas laci samping sofa single yang diduduki.

"Aku mau ke kamar mandi." cicit Ifa menatap lamat menunggu respon dari laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya satu bulan lalu.

Abian dengan tubuh indahnya berjongkok di depan istrinya. Tangannya meraih sendal bulu dan menyibak selimut tebalnya.

"Ehh... Bi, kamu mau apa?" tanya Ifa bingung.

"Katanya mau ke kamar mandi," ucap Abian menarik kaki Ifa memasukkan sendal di kedua kakinya.

"Kamu harusnya nggak ngelakuin itu," ucap Ifa merasa tidak enak pada Abian. Lelaki itu berlebihan sekali.

Cup

"Enggak ada yang larang." setelah mengecup pipi berisi Ifa. Ia menggunakan jempol untuk mengusap pipi istrinya.

"Morning kiss, Honey." mendekatkan wajahnya pada istrinya. Kebiasaan ini sudah di terapkan sejak hari pertama mereka menjadi pasutri.

Cup

Ia memberikan kecupan ringan di pipi Abian. "Kamu mau sarapan apa?" tanyanya posisinya masih membungkuk mengukung Ifa dengan kedua tangannya.

Ifa mengerucut bibirnya,"Harusnya aku yang nanya gitu. Kamu jangan terlalu peka melebihi aku." pintanya.

Abian terkekeh kecil. "Aku udah terbiasa, rasanya nggak bisa kalau nggak perhatian ke kamu." ucapnya rendah.

Cup

Lagi. Tapi kini di bahu putihnya. "Kan, baru juga pagi tiba." sindir Ifa mendorong bahu kekar suaminya menjauh.

Ifa mengenakan dress piyama bertali spaghetti. Perempuan itu menarik tali dress-nya dengan wajah sebal.

"Niatnya mau aku benerin." sanggah Abian.

"Alasan." Abian berdiri dengan tatapan tak lepas dari istrinya. 10 tahun penantiannya untun membuat Ifa menjadi miliknya seutuhnya, akhirnya terjadi.

"Ngapain berdiri terus? Minggir sana, aku mau lewat." berhadapan dengannya.

Abian menyingkir ke kanan, namun tatapannya tidak lepas dari wajah cantik istrinya saat bangun tidur.

"Apa coba gunanya pakaian kalau nggak di pakai!" Sindir Ifa berjalan memasuki kamar mandi. Melihat suaminya suka sekali telanjang dada di depannya.

Walaupun Ifa sendiri tergiur abs itu. Sangat bagus, Abian merawatnya dari dulu. Ya, mungkin karena suka nge-gym dan karate.

Ia mendekatkan wajahnya pada cermin wastafel. Menangkupnya dengan dua tangan. "Jelek gini di bilang cantik." gumamnya ketika teringat Abian selau mengakan dirinya terlihat cantik saat bangun tidur, lebih menarik.

Ia pun bergegas ke sekat dinding kaca, untuk menyiapkan air hangat. Ia akan berendam.

Pupil matanya membesar. "ABIAN KAN AKU UDAH BILANG JANGAN LAKUIN SESUATU LEBIH DULU!" teriaknya. Ia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang berada di dekat wastafel.

My Possesive Abian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang