51. My Posessive Abian

7.5K 380 21
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca


Minal aidzin wal faidzin temen-temen, maaf jika aku pernah salah kata dan menyakiti hati kalian.

Semoga bisa bertemu dengan Ramadhan dan idul Fitri tahun depan dalam keadaan lebih baik

Makin banyak bersyukur lagi

***

"Pagi, Den." sapa satpam penjaga di kediaman Hermantyo. Menebarkan senyum lebar.

Lelaki dengan seragam sekolah putih abu-abu itu melajukan mobilnya begitu saja tanpa membalas sapaan satpam tersebut. Mungkin akan terkesan angkuh dan tidak sopan. Namun satpam tersebut sudah tahu betul kekasih dari putri majikannya itu. Sebenarnya baik, cuma, ya, begitulah.

Blamm

Pintu mobil tertutup sedikit keras. Kakinya mengitari sisi depan mobil lantas menekan bel didinding sampai beberapa detik pintu itu terbuka. Memperlihatkan wanita paruh baya yang bekerja di tempat itu.

"Masuk, Den. Tuan sedang sarapan pagi." menunjuk ke dalam rumah.

Abian mengambil nafas dalam lantas mengeluarkannya perlahan-lahan. Ia harus bisa menahan diri agar tetap tenang. Jujur, semalam rasanya Abian ingin langsung mendatangi kediaman kekasihnya dan meminta Rendi untuk pulang saat itu juga. Tetapi, itu akan lebih kacau.

"Selamat, Pagi, Om, Tante." sapaanya mendapat respon cepat dari Tia, selaku ibu dari kekasihnya. Wanita setengah baya itu tersenyum kecil.

"Jemput, Ifa, ya? Ayo duduk dulu, kita sarapan." ajak Tia menarikkan kursi untuk Abian yang di sambut baik si empu.

Di ujung kursi single sana, tampak seorang pria paruh baya menyantap sesuap daging sembari menatapnya lekat. Ujung bibirnya menahan kedutan untuk tidak melebarkan senyum.

Hal itu tertangkap oleh mata tajam Abian. Lelaki tampan itu mendengkus samar. Hermantyo pasti sedang menahan tawa padanya. Tentu pria itu tahu suasana hatinya sedang buruk. Pasalnya tadi malam, Abian sempat menelfon Hermantyo untuk meminta Rendi pulang dan tidak diijinkan menginap disana. Namun pria itu menolak tegas dengan alasan baik.

Bagaimana pun juga Rendi sepupu Ifa. Keponakan dari isterinya, Hermantyo tidak bisa bersikap sepihak padanya. Oleh karena itu dengan alasan logis ia menjelaskan pada Abian.

"Rendiiii!" pekikan itu terdengar nyaring dari ruang makan. Kepala Abian sontak memutar ke belakang. Dengan jelas ia melihat dua insan berbeda gender tengah bertikai kecil. Hal itu membuatnya tak suka.

Tangannya mengepal kuat. Ifa mencebikkam bibirnya ketika Rendi mengacak rambut yang sudah tertata rapih itu.

"Honey!" seruan itu berhasil mengejutkan Ifa. Suara Abian terdengar tegas dan cemburu.

Ifa membulatkan matanya. Gadis itu tidak mengetahui jika Abian datang menjemputnya hari ini. Lelaki itu tidak mengirimkan pesan semalam.

Rendi tidak begitu terkejut. Lelaki remaja seusia Abian itu hanya berjalan cuek. Keduanya bergegas ke ruang makan.

Ifa jelas duduk di sebelah Abian. Jemari lelaki itu bahkan masih menggenggam jemarinya. Abian menatapnya seolah meminta penjelasan. "Nanti aku jelasin," ucap Ifa seadanya. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

My Possesive Abian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang