62. My Posessive Abian

7.6K 386 27
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Terhitung 2 hari setelah kejadian percekcokan antara sepasang kekasih tersebut terjadi. Keduanya belum menunjukkan diri satu sama lain.

Entah di sebut sedang introspeksi diri atau sengaja mengulur waktu kekacauan dalam hubungan ini. Yang perlu diperhatikan ialah ketenangan hati dan pikiran dalam menyikapi.

Jalannya memang terjal, penuh lika-liku, naik turun, tapi tokoh utama dalam cerita ini sangat yakin semua akan baik-baik saja meski setiap harinya ia merapalkan doa dengan hati yang berkecamuk pilu.

Egonya tinggi. Ambisinya pun sama. Maunya dia ya harus dia. Abian-- lelaki belasan tahun menginjak usia remaja yang sebentar lagi akan di hadapan kesibukan anak kuliahan. Termenung di keheningan malam dengan sebatang rokok terselip di bibir tebalnya. Bulu matanya berkedip sekali, tatapannya lurus pada langit berhias bintang.

Angin berhembus cukup kencang. Tetapi si empu tidak perduli. Ini cukup membantu pikirannya yang sedang pusing bertumpukan segala masalah yang terjadi.

Menahan rindu? Rasanya sangat sakit. Sesaknya bukan main, jika bisa menentang ia akan menjadi keras kepala tidak peduli sebab akibat. Tetapi, demi kelangsungan hubungannya, ia menahan diri.

Menangis--- rasanya sudah tidak bisa mengeluarkan air mata. Kekehan kecil keluar dari bibirnya, sekejap kembali diam.

Memohon, hal itu seakan menjadi melodi dalam cinta dihubungan yang mereka jalin. Terlihat menyedihkan, seakan abian berada di posisi jatuh cinta sendirian.

Ia menegakkan posisi duduknya, kemudian membungkuk menumpukkan kedua tangannya pada lutut. Dalam lubuk hatinya ia kasihan pada Ifa. Gadis itu pasti sangat lelah akan sikapnya. Muak, benci, hal itu jelas terukir di pikirannya.

Katanya cinta yang tulus itu membiarkan orang yang di cintai bahagia meski tidak dengannya. Tetapi menurut Abian cinta yang ia miliki adalah memilikinya dengan segala resiko yang harus dia ambil.

"I really loving her. I can crazy without her, she's mine, really miss her." ucap Abian tegas.

Drtttt drtttt

Suara dering telepon membuat atensi dan pikiran Abian buyar. Lelaki itu menengok ke belakang dimana ponselnya tergeletak di kasur. Ia tidak mau berekspektasi tinggi mengira itu adalah Ifa. Hal itu hanya akan membuatnya semakin gila dan tidak tahan untuk menemuinya.

Ia bersikap tidak peduli. Matanya terpejam kembali setelah berhasil menghabiskan satu batang rokok di tangannya untuk 2 bungkus terakhir dalam sehari. Oke jika Ifa tahu hal ini pasti gadis itu akan sangat marah padanya.

Tetapi Abian rasa tidak untuk kali ini. Gadis itu tidak tahu kondisinya seperti apa, dia dimana, Ifa tidak tahu.

Terakhir bertemu setelah kejadian itu. Ifa ingin waktunya sendiri, dan mau tidak mau Abian menyetujuinya. Dengan syarat Ifa tidak ada kata putus dalam hubungan mereka dan Ifa akan menghubunginya setelah waktu yang tidak gadis itu tentukan.

Abian tidak tahu mau sampai kapan Ifa akan mendiamkannya. Atau bahkan sampai menunggu dirinya gila? Rasanya begitu.

Kelulusan akan di umumkan besok, dua hari ini ia tidak masuk sekolah. Namun ia tetap menyuruh Dion untuk mengawasi gadisnya selama ia tidak ada di sekitarnya.

My Possesive Abian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang