35. My Posessive Abian

9.4K 484 31
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Maaf lama up. Komen di setiap paragraf kalau suka ya. Mari ramaikan Vote dan Komennya.

Brakk

Satpam yang baru saja akan menyapa berganti terkejut dengan suara keras yang disebabkan karena pintu mobil ditutup keras.

Satpam tersebut mengusap dadanya pelan sembari berucap istighfar. Raut memerah urat urat tangan menonjol.

"Baru pulang, Nak?" sapaan dari sang ibu di ujung sofa. Tidak mendapati jawaban, Sera menyimpulkan bahwa ada masalah dengan putranya.

Sudah bisa di tebak, masalahnya ada di hubungannya.

"Haih, anak muda jaman sekarang." gumamnya menggeleng pelan memilih mendudukkan tubuhnya sebentar.

Dilain tempat Abian tampak sembarang melempar seragam dan tasnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin.

"Selalu kaya gini! Caraku emang salah Honey, tapi coba kamu pahami sekali aja."

Aargghh

Brakk

Ia memukul wastafel itu, pasti sangat nyeri nantinya dan juga akan lebam. Lelaki itu memang suka melampiaskan kekesalannya dengan memukul sesuatu di sekitarnya.

Dan benar saja, punggung jemarinya mengeluarkan darah yang lecet.

Pikirannya sedang mencerna apa yang akan ia lakukan nanti. Apa yang harus ia lakukan agar gadis itu tidak kecewa lagi, apa yang harus ia bujuk, dengan apa, dan bagaimana.

Pikirannya benar-benar kacau.

***

Malam kali ini terasa sedikit dingin. Setelah apa yang ia katakan sore tadi pada kekasihnya, sempat terbesit rasa kasihan. Pasti lelaki itu saat ini sedang kacau.

Berhubungan lama cukup membuat gadis itu tahu sifat kekasihnya. Ponselnya tidak menampilkan pesan pun dari kekasihnya. Lelaki itu sedang menuruti perintahnya.

Ifa menghela nafas panjang, akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke kamar dan menutup balkonnya.

Ia ingin menanyakan sesuatu hal pada orang tuanya, terutama Papanya.

"Pa," panggilnya di ambang undakan tangga. Ia terdiam beberapa detik disana.

Pria paruh baya itu tampak menoleh ke belakang. "Iya, ada apa? Kok belum tidur?"

Ifa segera mendekati mereka. "Ifa mau tanya sesuatu penting, tolong Papa jujur."

Hermantyo tampak menatap istrinya sekilas,"Iya, memangnya soal apa?"

Ifa duduk di sofa singlenya. "Apa pernah hampir bangkrut?"

Deg

"Siapa yang bilang?" Raut wajahnya tampak sedikit berbeda.

"Tolong jujur sama Ifa Pa!" pinta gadis itu.

"Kamu udah tahu?" tanya Hermantyo balik. Pria itu menghela nafasnya pelan sembari merubah posisinya sedikit membungkuk dengan kedua tangan menumpuk di kedua paha.

"Iya, Ifa udah tahu. Kenapa Papa enggak jujur aja sama Ifa? Papa nyembunyiin ini dari Ifa!" Cerocos gadis itu menahan tangisnya.

"Ifa nggak suka di bohongin gini, Ifa nggak suka kalian nyimpen rahasia sendiri. Mama juga," menatap wanita paruh baya itu.

Tia tidak ingin menyembunyikan hal ini sebenarnya, tetapi ia hanya tidak ingin putrinya ikut memikirkan hal yang bisa menjadi beban.

"Papa ada alasan Ifa," ucap Hermantyo.

My Possesive Abian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang