Extra Part III

17.2K 452 11
                                    


Udara bertubrukan dengan helaan nafas yang baru saja keluar dari mulut seseorang. Kepalanya menggeleng pelan tidak lupa kedua sudut bibirnya terangkat menerbitkan senyum.

Pemandangan yang sangat sering ia jumpai di pagi hari. Kaki jenjang beralaskan sandal berbulu warna pastel yang masih menjadi warna favoritnya berjalan ke tujuan.

"Gamara!" panggilnya pada seorang balita berusia 4 tahun yang kembali merebahkan diri bersama seorang pria dewasa kini tertidur dengan nyenyaknya.

Tidak terusik. Balita itu tertidur setengah menindih badan yang tak lain ialah Papanya sendiri, Abian Bagaskara.

"Gamara." panggilnya kembali diiringi gerakan menguyel-uyel pipi putranya yang berisi dengan gemas. Ia sedikit terlena menjahili Gamara, sebelum sebuah tangan besar lain menariknya hingga hampir membuatnya jatuh menindihnya. Untung daya reflek yang ia miliki cukup bagus.

"Kenapa Gamara aja yang di bangunin?" Sedikit dihiasi nada merajuk. Wajah bantalnya terlihat memesona ketika Papa muda itu memberengut kecil.

"Kamu baru bangun tanpa aku sempet bangunin. Jadi, bukan salahku kan?!" kata Ifa menarik diri dan berdiri tegak. Mata indah Ifa melihat suaminya yang baru saja akan bangun tetapi tersadar bahwa ada balita yang menindihnya.

"Kamu suruh Gamara mandi, aku udah siapin baju terus kita sarapan. Aku ke ngecek taman dulu." titahnya pada Abian namun tak langsung di-iyakan.

"Pura-pura lupa atau beneran lupa," perkataan Abian membuat Ifa yang baru saja akan berbalik pun kembali menoleh. Kening itu mengernyit halus. "Soal apa?"

Pria itu menunjuk pipi diiringi ekspresi datar seolah tidak begitu menginginkan. "Aish.." Desis Ifa ketika menyadari rutinitas setiap bangun tidur.

"Aku tunggu dibawah." ucapnya usai mengecup pipi suaminya dengan wajah memerah. Walau sudah 4 tahun pernikahan tetap saja Ifa terkadang masih malu.

Setelah tiga bulan pernikahannya itu mereka di percaya untuk memiliki momongan, di fase itu bukan Ifa yang mengalami morning sicknes melainkan Abian. Dua kali lipat lebih manja.

Abian juga lebih posesif dan protektif. Ifa sempat merasa benar-benar kesal dan sangat marah, karena tidak mau membuat bumil stress akhirnya Abian pun memberikan tawaran liburan untuk mengganti bulan-bulan di mana trimester awal hanya dikurung saja di mansion.

Gamara Bagaskara ialah balita berusia 4 tahun yang sangat tampan, tenang, senang dengan seni bela diri seperti karate yang sudah di ikuti sejak satu tahun terkahir ini. Gamara belum masuk sekolah atau biasa di kenal PAUD atau TK. Usianya belum memadahi untuk bisa masuk walaupun diluar itu Abian mendatangkan guru les privat untuk putranya dan kini sudah mulai bisa mengeja bacaan, menulis, berhitung dan lain sebagainya.

Pukk

"Wake up, Son!" kata Abian setelah baru saja menepuk bokong semok itu.

***

Sikap Abian yang dikenal irit bicara dan dingin kini berbeda perlakuannya pada istri dan putranya. Alih-alih memuji dan membantu Gamara, pria dewasa yang kini menjadi papa muda pun asik mengusik ketenangannya.

Jemari besar Abian mencolek-colek pipi Gamara yang memang cukup chubby diusianya sekarang. Tetapi balita itu tidak gendut. "Mah!" seru Gamara mengadu pada Mamanya yang duduk santai menonton televisi.

Tangan kecil itu menyentak jemari Abian menjauh. Tak bisa di pungkiri, Gamara memberikan tatapan tak sukanya pada anak Papa. Pria itu memang suka sekali mengusilinya.

"Bi!" tegur Ifa menatap sang suami. Pria itu kembali ke mode diam. Seakan menurut akan teguran istrinya.

Apa yang di gambar putranya sedikit membuat rasa penasaran Ifa. Perempuan itu beranjak dari sofa kemudian duduk lesehan di karpet berbulu. "Gama, gambar siapa?"

My Possesive Abian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang