Sebuah rumah kediaman yang berdiri secara independen di pinggir hutan mendadak didatangi tiga orang tamu. Mereka menggelar pesta makan malam bersama si pemilik rumah di halaman belakang. Tepat setelah pesta makan berakhir dan seluruh alat-alat makan dibereskan, setiap orang mulai fokus pada aktivitasnya masing-masing.
Di ruang tengah, pemuda yang dikenal bernama lengkap Silver Lighttable sedang membaringkan tubuhnya yang panjang di sofa. Kedua matanya menatap ke arah langit-langit dan tangan kanannya merangkul tubuh seorang wanita—Lu—yang kepalanya dibiarkan terbaring nyaman di dada Silver.Lucecria Pyrata—wanita muda yang dikaruniai tubuh sedingin es dengan lapisan kulit yang keras itu tertegun. Ia hampir bisa merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh. Sebuah pertanyaan pun keluar dari mulutnya. "Apakah tubuh manusia selalu sehangat ini?"
"Benar. Tubuh manusia selalu hangat bahkan ketika berada di wilayah yang dingin. Setiap musim dingin tiba, aku selalu tidur dengan menyimpan tanganku di dalam dada untuk menghangatkannya," balas Silver.
Lu tersenyum tipis dan menyamankan posisinya, meletakkan telinganya tepat di atas dada Silver.
"Aku suka suara detak jantung ini."
"Selama jantung itu masih berdetak, maka aku masih hidup."
"Robin tidak memilikinya."
"Hm?"
"Suara detak jantung itu ... dan kehangatan itu ..."
"Silver jelas memilikinya dan ia akan memberikan semua yang kau mau, Lu."
Ucapan pemuda tak diundang yang terdengar di tengah-tengah obrolan membuat Lu refleks terbangun duduk dan menatap pria itu. "Trevor?"
Tyler masih berdiri tegap di hadapan mereka. Dahinya mengerut.
Lu membetulkan tutur katanya. "Maksudku, Tyler."
Tyler tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia mulai mengemas beberapa barang. "Kita tidak bisa menunda-nunda waktu. Lucecria, kau sudah siap?"
"Aku hanya perlu mengambil keping puzzle itu? Jika kalian merasa tim kalian terlalu lemah, aku bisa memberi bantuan lebih dari itu," ujar Lu.
Tyler menyelempangkan tas nya di pundak dan mendekati Lu. Ia menarik lengan Lu dan mulai mengaktifkan sebuah pelacak di smart device-nya. "Untuk sementara ini, kau hanya perlu mengambil keping puzzle terakhir karena kau satu-satunya yang memiliki akses ke istana negara. Ikuti arah titik pelacaknya."
Lu menepuk pundak Tyler dan mendahului. "Ayo berangkat. Kebetulan ada yang ingin kulakukan di sana juga."
Tyler menatap Silver dan memberi pesan terlebih dahulu sebelum pergi. "Aku minta kau dan Ehren tetap menunggu di sini, sampai pasukan yang dikirim oleh bibi Ayla menjemput kalian berdua."
Silver masih berdiri diam, ditinggalkan sendirian. Kepalanya mulai menoleh ke arah jendela, melihat pemandangan halaman belakang dimana ada seorang pemuda yang sedang duduk di atas rerumputan. Pemuda itu—Ehren—memainkan sebuah lencana perak berbentuk kepala rubah dengan jari-jarinya, dan bibirnya tersenyum tipis.
Tak lama kemudian, sebuah kendaraan yang cukup besar menyorotkan lampu dan sekumpulan orang berjubah hitam turun menghampiri Ehren. Ehren mendongak, memperhatikan setiap wajah orang yang kini mengepungnya. Dahi Ehren mengerut, mengenali salah satunya. "Yaren?"
***
Dua mobil dengan perbandingan kasta yang bertolak belakang melaju sejajar di sepanjang jalan utama menuju pusat kota.
Mobil mewah dengan teknologi super canggih dan desain yang fancy dikendarai oleh si pengemudi, Lucecria, sembari berbincang dengan rekannya melalui panggilan jarak jauh. Rekannya, Tyler—atau yang lebih Lu kenal sebagai Trevor—berkendara sendiri dengan mobil butut milik bibi Ayla yang lampu seinnya rusak sehingga terus menyala sepanjang perjalanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
EVERARD MISSION
FantasyPada tahun 2800, wilayah kekuasaan terakhir manusia terbagi menjadi lima klan utama untuk mempertahankan bumi mereka yang terjajah.