Sebagai distrik yang memiliki kualitas udara terbaik, wilayah kekuasaan Lighttable dijuluki sebagai paru-paru dunia. Klan ini bertanggungjawab terhadap kesehatan bumi karena di era teknologi ini sudah terlalu banyak tindakan manusia-manusia egois yang tanpa sadar telah merusak alam.
Populasi Lighttable telah mencapai lebih dari 3 ribu jiwa dan penduduknya sangat disegani oleh distrik lain karena memberi banyak keuntungan. Contohnya adalah menghasilkan sumber bahan pangan seperti padi, gandum, hingga beternak hewan. Selain itu, sebagai penghasil oksigen paling bersih, Lighttable memiliki perusahaan besar yaitu Oxygen Export Center atau OEC yang bertugas mengekspor oksigen bersih ke distrik-distrik lain, secara sukarela.
Bumi juga harus berterimakasih pada Lighttable karena selain mengambil sumber daya alam, mereka tetap berperan dalam pelestarian flora dan fauna langka.
Lighttable mengajarkan kita untuk bisa bertahan hidup tanpa harus bergantung pada teknologi. Karena tidak ada yang bisa memprediksiㅡsiapa tahuㅡratusan tahun mendatang, ada bencana besar yang memorak-porandakan dunia. Ketika hukum rimba kembali berlaku, tanpa skill bertahan hidup yang cukup, kita tidak akan bisa bertahan.
KONDISI GEOGRAFISㅡManusia-manusia Lighttable mendekam di wilayah tropis yang hampir 50%-nya berwujud hutan belantara. Penduduk setempat menyebutnya Hutan Elwood. Jenis hutannya heterogen, memiliki berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan.
Dari kaki gunung Andsand, mengalirlah Sungai Elnero yang membelah dua Hutan Elwood. Itu adalah sungai besar yang bermuara di Samudera Pasifik.
Sementara itu, wilayah yang tersisa diisi dengan padang rumput, ladang, perkebunan, peternakan, cagar alam, dan beberapa kelompok permukiman kecil.
Karena sebagian besar penduduk Lighttable hidup dengan sistem nomaden atau berpindah-pindah, mereka tidak terlalu banyak membangun permukiman. Penduduknya lebih suka bermalam di alam bebas atau setidaknya membangun tenda mereka sendiri di tengah hutan.
PEREKONOMIAN DAN MATA PENCAHARIANㅡMenyatu dengan alam, rata-rata penduduk Lighttable berprofesi sebagai pemburu, petani, peternak, penggembala, atau menjadi karyawan di OEC. Beberapa pekerja yang terikat oleh suatu instansi hidup dengan cara bermukim, sisanya hidup dengan berpindah-pindah.
Kegiatan produksi dan distribusi di Lighttable berjalan dengan sangat lancar. Beberapa dari mereka sudah menggunakan mesin panen otomatis untuk memetik buah dari pohon hingga menciptakan kolam air tawar yang cukup besar untuk ternak ikan. Namun, sebagian dari mereka masih memilih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri seperti bercocok tanam atau berburu.
Lighttable memang terlihat ketinggalan zaman, namun kemandirian dan keahlian mereka dalam bertahan hidup tidak ada duanya.
KARAKTERISTIK PENDUDUKㅡHidup tanpa ketergantungan membuat penduduk Lighttable menjadi seseorang yang mandiri dan tidak manja. Mereka cerdik dan banyak akal karena sudah terbiasa diberi kebebasan sehingga wawasannya sudah luas sejak dini.
Namun, jarang hidup bermukim membuat penduduknya kurang suka bersosialisasi, dan lebih bahagia menikmati waktu mereka sendiri. Mereka adalah kaum introvert berjiwa bebas.
Mereka juga memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Karena hidupnya membaur dengan berbagai macam spesies binatang, membuat mereka paham bahwa semua makhluk tuhan itu sama berharganya. Tidak ada yang lebih rendah derajatnya dari manusia, dan tidak ada pula yang lebih tinggi.
***
12 Oktober 2799
Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Matahari yang bersembunyi di balik awan petang merah perlahan mulai turun ke garis cakrawala. Pemandangan matahari terbenam itu dinikmati oleh seorang pemuda yang menjadikan cabang pohon sebagai tempat duduknya.
Salah satu kakinya diangkat, digunakan sebagai penyangga tangan. Sementara kedua tangannya sibuk mengukir logam dengan alat ukir khusus, membuat sebuah lencana perak berbentuk siluet kepala kelinci. Aimer - Brave Shine melantun lembut di earphone-nya.
Setelah membersihkan serbuk logam, lencana perak itu menjadi lebih mengkilap, memantulkan bayangan wajahnya yang tampan, ia tersenyum.
Pemuda itu bernama lengkap Silver Lighttable. Rambutnya hitam pekat, tubuhnya agak besar dan tinggi, 195 cm. Seperti namanya—Silver—ia adalah seorang pengrajin lencana di salah satu perusahaan pertambangan perak. Pekerjaannya sangat kuno, tetapi memang hampir semua penghuni Lighttable berjiwa primitif.
Ketika langit mulai gelap, Silver mengaktifkan fitur mode malam pada lensa matanya, sehingga membuatnya mampu melihat dengan jelas di kegelapan malam. Setelah melepas earphone, ia hendak melompat dari cabang pohon, namun ia mengurungkan niatnya ketika melihat seekor kelinci hutan berkeliaran di bawah, di atas tanah yang beralaskan dedaunan kering.
Santapan makan malam, itulah yang terlintas di kepala Silver. Silver segera mengambil busur panahnya. Tangannya mulai mengambil salah satu anak panah yang ditumpu di punggungnya, mencari posisi yang tepat untuk menembakkan anak panah pada mangsanya.
Namun, fokusnya tiba-tiba teralihkan ketika mendengar suara geraman hewan lain. Di sisi lain, ada seekora serigala yang sepertinya juga akan memangsa kelinci hutan malang itu. Memperebutkan mangsa yang sama, Silver tak mau kalah, ia kembali fokus berkonsentrasi.
Anak panah yang Silver lepaskan meluncur dengan kecepatan tinggi. Tetapi, salah sasaran. Anak panahnya malah mengenai serigala putih yang sedang menerkam kelinci tersebut. Serigala itu tumbang, dan kelincinya bisa lolos. Secara tidak langsung, Silver menyelamatkan nyawa kelinci tersebut.
Sekarang Silver sedang dibuat panik. Silver tahu apa yang akan terjadi setelah ia membunuh seekor serigala. Teman-teman serigalanya yang lain akan datang, jadi Silver segera turun dari pohon dan berlari mengamankan diri.
Ia mulai mengaktifkan fitur kedap suara yang membuat suara hentakan kakinya tak terdengar, serta fitur anti gravitasi yang membuatnya tubuhnya tiga kali lipat lebih ringan sehingga bisa bergerak dengan lihai atau membuat lompatan-lompatan besar. Dan benar saja, jauh di belakangnya, beberapa ekor serigala putih sudah mengejar.
Silver terus berlari melewati pohon yang rimbun, menyelamatkan dirinya. Di wilayah yang agak terbuka, tubuhnya ditubruk oleh seekor serigala putih dari belakang. Silver terjatuh, dan kedua makhluk itu saling bergelut di tanah.
Ketika sedang asyik berguling-guling di tanah, serigala putih yang menerkam Silver tiba-tiba tumbang dan tak sadarkan diri. Ada seorang gadis yang menembakkan revolver berisi peluru penenang pada serigala itu.
Kemudian, sang gadis melemparkan satu buah revolver lain pada Silver. Silver bangkit. Mereka berdua pun bekerja sama menembak setiap serigala yang datang dengan obat penenang. Setelah semua serigala pingsan, gadis itu malah protes, "Kau tidak berterima kasih?"
Silver agak kaget, jadi ia langsung membalas, "Terima kasih."
"Lucecria. Kau bisa panggil aku Lucy atau Lu," ujar gadis itu sambil mengulurkan tangan, memperkenalkan diri.
Silver menjabat tangannya dengan ragu. "Silver."
Gadis itu mengangguk. "Ya, aku tahu. Silver. Silver Lighttable."
"Lucecria ... juga dari Lighttable?"
"Bukan."
"Lalu?"
Lu tersenyum. Ia berjalan membelakangi Silver dan mendongakkan kepalanya, memandangi pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang terlihat samar di balik kabut. Lu bertanya, "Kau tahu tempat itu? Gedung-gedung bertingkat itu?"
"Bluefish?"
"Kudengar di sana ada sebuah laboratorium besar."
"Bluefish Lab?"
"Ya. Bluefish Lab. Kau bisa memberitahuku jalur untuk pergi ke sana?" tanya Lu sambil berbalik. Pupil matanya yang ungu menatap Silver. Lu menyeringai. "Bawa aku ke sana."
Silver melangkah mundur. Seluruh tubuhnya merinding hebat karena baru saja menyadari bahwa makhluk di hadapannya ini bukanlah manusia.
—TO BE CONTINUE—
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERARD MISSION
FantasiaPada tahun 2800, wilayah kekuasaan terakhir manusia terbagi menjadi lima klan utama untuk mempertahankan bumi mereka yang terjajah.