29. Underwater Pirate Attack

364 71 1
                                    

Dengan sangat emosional, Ehren membenturkan kepalanya di atas mesin kendali Trevas. Seluruh anggota klannya—Dreamweaver seakan telah dimusnahkan sekilas pandang. Dalam beberapa jam terakhir ini, ia membawa Trevas mengelilingi kota bawah laut untuk mencari para Dreamweaver yang telah tumbang, yang masih bisa diselamatkan—dan ia baru mendapat satu.

Seorang wanita bernama Rise Dreamweaver berhasil selamat dalam kondisi kritis dan telah dievakuasi di Trevas. Bibi Ayla telah melakukan berbagai macam cara untuk menyelamatkannya dan proses itu berjalan dengan baik. Setelah tugasnya selesai, Bibi Ayla menghampiri Ehren di ruang komando.

"Ehren? Kau baik-baik saja?" tanya Bibi Ayla.

Jawaban hening dari Ehren telah menunjukkan bagaimana perasaannya. Pikirannya kacau dan hatinya hancur, rasanya seperti tak ingin bicara dengan siapapun.

"Rise sudah bisa bernapas dengan baik. Ia akan tersadar beberapa menit lagi. Kita hebat, Ehren. Kita berhasil menyelamatkan—"

"Satu? Lalu 900 nyawa Dreamweaver yang lain bukan apa-apa bagimu? Hampir seluruh populasi klan kita mati di tempat."

Respon mengejutkan dari Ehren sempat membuat Bibi Ayla tertegun. Kemudian secara panjang lebar, ia memberi penjelasan. "Seratus tahun yang lalu, aku juga pernah berada dalam situasi seperti ini. Aku telah belajar banyak dari pengalaman. Diam dan menangis—tidak akan menyelesaikan masalah. Jika kita ditakdirkan untuk tetap hidup, maka teruslah berjuang.

Mereka bukan korban, mereka berkorban. Kematian mereka tidak sia-sia dan kita tak perlu menangisinya. Sebagai seorang Dreamweaver, seharusnya kau tahu bahwa kita dilahirkan menjadi tameng terluar Everard yang selalu siap untuk bertumpah darah, demi apapun.

Jika nanti di antara kita bertiga, aku, kau dan Rise harus menghadapi pertempuran maut lagi, bagi yang selamat, berjanjilah untuk terus berjuang."

Penjelasan panjang lebar untuk meningkatkan motivasi semacam itu sudah sering Ehren dengar sebelumnya, tapi kali ini Ehren merasa sangat muak.

Seketika, pintu ruang komando terbuka dengan kasar. Sosok yang tak diharapkan—Robin Atlantos—masuk ke dalam ruangan dalam kondisi tubuh yang sudah separuh terbakar karena terkontaminasi oleh serbuk Eveleum. Tatapan penuh dendam disorotkan pada dua manusia Dreamweaver di dalam.

"Shit! Kau masih hidup!" umpatan Ehren dalam hati tak sempat disampaikan karena sontak Robin langsung menyerang dengan brutal.

Hanya mengandalkan kekuatan fisik, dua tentara Dreamweaver harus mempertahankan nyawa mereka dalam melawan serangan satu tentara Atlantos. Dalam pergelutan sengit di ruang komando, Robin mendominasi serangan terhadap Ehren.

"Tikus kecil! Kau akan mati ditanganku malam ini!" Robin menggeram sambil tangannya yang kekar mencekik kuat leher Ehren.

Mengambil kesempatan di tengah pertikaian, Bibi Ayla akhirnya berhasil menggeret Ehren keluar dari ruangan yang mengawali aksi kejar mengejar di sepanjang lorong Trevas.

"Ehren! Pergi ke pusat kendali dan blokir hall utama dengan serbuk Eveleum! Cepat! Aku akan alihkan Robin ke hall!" Perintah Bibi Ayla yang dituruti oleh Ehren dengan tanggap.

Ehren segera berbelok ke pusat kendali dan menyebarkan seluruh serbuk Eveleum tersisa untuk memblokade hall utama. Kabut biru yang tebal langsung memenuhi ruang. Dalam sekejap, hall berkabut itu menjadi panggung gelut Robin dan Ayla.

Beberapa menit berlalu dan Ehren baru saja tiba di lokasi pertengkaran yang tampak kabur, karena gas Eveleum beracun menghalangi pandangan. Ia melangkah perlahan menembus kabut tebal, hingga akhirnya mendapati tubuh seorang wanita dewasa terbujur kaku—Ayla Dreamweaver—seseorang yang sangat berjasa selama pelaksanaan misi. Perasaan itu menyerang lagi, perasaan aneh yang sering dirasakan oleh seorang Dreamweaver ketika mendapati rekannya tumbang dalam perang.

EVERARD MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang