Tiga Puluh Empat

5.5K 865 34
                                    

Mobil Louis menepi diparkiran sekolah lima belas menit kemudian. Jantungku berdegup kencang entah karena aku gugup atau takut akan apa yang terjadi nantinya didalam.

"Kau siap?" tanya Louis disampingku.

"Siap,"

Kami berdua mengenakan topeng masing-masing, milik Louis menutupi separuh wajahnya. Warnanya putih dan ada hiasan berwarna emas dipinggir-pinggirnya. Baru aku sadar bahwa Louis tidak mengenakan dasi, ia dengan sengaja membiarkan kancing teratas kemeja putihnya terbuka, dan ia juga tidak memakai kacamatanya. Louis kemudian keluar dari mobil dan berjalan mengitari untuk sampai ke sisi pintu penumpang dan membukakannya untukku. Tanganku mengait dilengan Louis saat kami berdua melewati pintu masuk dan menunjukkan undangan kami.

Ruang auditorium yang kemarin terang dan sedikit berantakan kini disulap menjadi ruang gala dengan meja makan bundar disetiap sisi ruangan, lampu panggung menyinari ruangan dengan remang-remang dan satu meja panjang berisikan makanan, cemilan dan minuman. Dekorasinya juga sangat bagus, memberikan kesan mewah ditambah lagi vas-vas bunga yang ditata Lux.

"Karlie!" aku menoleh ketika seseorang memanggilku, ia mengenakan jas putih dan topeng jadi aku tidak mengenalinya namun sesaat kemudian ia menghampiri kami dan menunjukkan identitasnya. Niall.

"Oh, hai," kataku seraya memeluk Niall.

"Ayo bergabung dimeja kami," ia berdiri diantara Louis dan aku lalu merangkul kami berdua menuju meja yang dimaksud.

Dimeja tersebut sudah ada Nicky, Liam, Lux, Zayn dan Melissa. Louis menarikkan kursi untukku dan menawarkan untuk mengambilkan minum.

"Sebenarnya tidak boleh ada alkohol disini tetapi aku dan Niall diam-diam menuangkan sebotol whiskey didalam fruit punch dimangkok besar itu." kata Liam seraya menunjuk mangkok besar yang berisi cairan berwarna merah muda.

"Kalau guru-guru tahu bagaimana?" tanyaku.

"Tidak akan," jawabnya. Semenit kemudian Louis kembali dengan dua gelas fruit punch. Yang lainnya mengajak bersulang sambil mengangkat gelas masing-masing lalu berteriak "To senior year!"

Louis kemudian melakukan tugasnya, yaitu memutar playlist yang sudah ia buat. Beberapa lagu pertama yang dimainkan bergenre deep house dan electro, aku dan Lux menari-nari bersama yang lainnya diatas lantai dansa sampai musiknya berubah melow yang kuminta Louis putarkan dimulai.

"Karlie," Louis mengulurkan tangannya padaku mengajak berdansa. Aku setuju dan langsung melingkarkan kedua tanganku dilehernya, tubuhku terasa merinding ketika kedua tangan Louis memegang pinggulku. Selama ini yang pernah melakukan hal itu hanyalah Harry, dan jika tiba-tiba ada lelaki lain yang melakukannya rasanya...

"Kau terlihat cantik malam ini," pujinya.

"Aku mengenakan topeng jadi kau tidak bisa melihat wajahku," balasku.

"Aku sudah melihatmu tanpa topeng tadi dan kau terlihat cantik." ia tersenyum. Kami lanjut melangkah mengikuti alunan musik sampai kurang lebih setelah dua lagu terlewat, Louis mendekatkan wajahnya padaku dan sesaat aku mengira ia akan menciumku.

"Karlie,"

Aku tidak menjawab, hanya menatapnya balik.

"Aku.. aku menyukaimu."

Langkahku terhenti dan sama halnya dengan Louis. Aku menatapnya nanar, berharap kalau aku salah dengar.

"Kurasa akan romantis jika aku mengatakannya saat pesta dansa," katanya, "apa.. apa kau memiliki perasaan yang sama?"

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang