Tujuh Belas

6.3K 921 47
                                    

Aku berjalan menaiki tangga sambil berdesak-desakkan dengan murid lainnya yang hendak turun. Tak jarang pula aku terdorong sehingga hampir terpeleset jatuh dari tangga. Setelah berada dilantai dua aku mendesah lega dan mulai mencari pintu menuju ruang kelas Sains. Aku tidak ada jadwal pelajaran Sains hari ini tetapi aku kemari karena ada perlu dengan seseorang. Begitu kubuka pintu tersebut, hanya ada satu lelaki yang duduk dibangku tengah sambil merapikan buku-bukunya dan hendak meninggalkan kelas.

"Louis, aku butuh bantuanmu." kataku.

****

"Ini handphone milik siapa?" tanya Louis sambil meraih handphone milik Harry dari tanganku. Aku langsung mengajaknya kerumahku setelah pulang sekolah untuk membantu meretas sandi handphone Harry.

"Milik temanku," jawabku singkat.

"Kau mau aku meretas handphone temanmu? Ini bukan barang curian kan?" tanyanya sambil membenahi letak kacamatanya. Aku memutar bola mataku mendengar pertanyaannya.

"Tentu saja bukan," gerutuku. Salah satu teman dikelas kimiaku memberitahu bahwa Louis adalah murid ahli dibidang IT di Oregon High, jadi setelah mendapat informasi tersebut aku langsung mengingatkan diriku untuk mencari murid bernama Louis Tomlinson.

Louis mengangguk dan mengeluarkan laptopnya, ia menyambungkan handphone Harry dengan laptopnya menggunakan kabel dan mulai mengetik dengan cepat.

"Berapa lama kira-kira kau bisa meretasnya?" tanyaku sambil menuangkan segelas jus jeruk untuk Louis.

"Seharusnya tidak lama, kau hanya ingin aku membuka sandinya saja atau?" ia menengadah dari laptopnya. Aku berpikir sejenak, menimbang-nimbang bantuan lain yang kuperlukan darinya.

"Apa kau bisa mengunduh semua daftar panggilan dari handphone itu?" tanyaku dan ia mengangguk.

"Baiklah, tolong unduh semua panggilan keluar, panggilan masuk, panggilan tidak terjawab dan pesan suara terhitung mundur dari tanggal dua Februari sampai.. sampai satu Januari. Pesan masuk dan pesan yang dikirim dalam kurun tanggal yang sama, dan semua foto juga memo dari handphone tersebut." jelasku. Louis mengangguk dan meneguk separuh jus jeruk yang kuberikan.

"Aku butuh flashdiskmu kalau begitu," ujarnya.

Setelah kurang lebih satu jam semua file yang kuminta sudah diunduh dan dimasukkan kedalam flashdiskku. Louis memasukkan sepotong brownies kedalam mulutnya sambil mengajakku untuk melihat hasil retasannya.

"Sudah semua?" tanyaku mengitari meja makan dan berdiri dibelakangnya.

"Sudah, kau mau aku membukanya sekarang?"

"Iya."

"File yang mana dulu?"

"Foto,"

Louis mengangguk dan membuka folder foto, jejeran gambar yang kutebak berjumlah ratusan muncul dilayar laptopnya.

"Hei, kau tidak bilang kalau temanmu adalah Harry." protesnya ketika mengamati foto-foto difolder tersebut.

"Kau kenal dia memangnya?" tanyaku.

"Tentu saja, siapa yang tak kenal Harry." jawabnya sambil tertawa kecil.

"Maksudmu?" tanyaku lagi, kini duduk dikursi sebelahnya.

"Well, ia dan teman-temannya dulu sering mengerjaiku ketika tahun-tahun pertama sekolah."

Aku mulai tertarik dengan topik ini, Harry tidak pernah cerita padaku bahwa dulunya ia seorang bully.

"Mengerjaimu bagaimana?" tanyaku santai, pura-pura tidak terlalu tertarik.

"Ia sering menyembunyikan kacamataku ketika aku sedang mandi setelah pelajaran olahraga dan aku harus bersusah payah menemukannya dengan pandangan buram, ia juga pernah mengempiskan ban mobilku sekali, menumpahkan minuman ke bajuku saat makan siang, dan lain-lain tetapi ia tidak pernah menyakitiku secara fisik."

Jujur aku tercengang mendengar cerita Louis barusan.

"Harry saja atau teman-temannya juga ikut mengerjaimu? Kenapa kau tidak melawan?"

"Teman-temannya juga, Zayn biasanya menjadi yang paling baik diantara mereka semua dan membelaku supaya Harry tidak menggangguku lagi." jawabnya.

Harry tidak pernah bercerita soal ini padaku, begitupun teman-teman lainnya disekolah. Aku mengembalikan perhatianku ke layar laptop Louis, yang ada kebanyakan adalah foto-foto saat berada dipesta atau hanya sekedar foto latihan sepak bola. Aku tidak sempat untuk melihat satu persatu foto tersebut jadi aku menyuruh Louis untuk mencabut flashdiskku dan aku akan mengecek semua filenya sendiri nanti dilaptopku. Aku tidak mau Louis curiga akan kenapa handphone Harry bisa berada ditanganku.

"Terimakasih banyak atas bantuanmu, haruskah aku membayarmu? Jika iya tidak apa-apa," tawarku.

"Tidak, tidak usah. Ini juga bukan hal yang sulit untuk kulakukan. Terimakasih juga atas kue dan minumannya, sampai bertemu disekolah." pamitnya. Aku mengangguk dan mengantarnya sampai pintu depan lalu kembali kedapur untuk membersihkan piring dan gelas yang kotor.

Mulai chapter selanjutnya kalian harus banyak mikir ya, biar tau pembunuhnya siapa lol. Anyway this amazing cover was made by @ladypokku thankyou so much for this piece of work! Leave your votes x

Half the love as always x.

And yes, louis kacamataan disini. How hot is that.

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang