Delapan Belas

6.1K 917 32
                                    

Malam itu aku melihat semua foto yang diunduh Louis kedalam flashdiskku satu persatu. Tidak ada foto yang aneh atau mencurigakan tetapi memang ada beberapa foto yang diambil dimalam pesta ulang tahun Harry, beberapa diantaranya juga termasuk Liam yang mengenakan jaket kulit tersebut. Dugaanku semakin kuat setelah melihat foto-foto Liam, tampak jelas sekali bahwa ia adalah pembunuhnya tetapi aku tidak boleh gegabah, aku masih butuh bukti-bukti kuat lainnya agar aku bisa membuktikan bahwa memang benar ialah pembunuhnya.

Mataku sudah lelah setelah mengecek ratusan foto tersebut tetapi aku memutuskan untuk melihat daftar panggilan Harry.

Panggilan masuk ditanggal 31 Januari 2015 berasal dari;

Dad 12:35
Lux 16:07
Max's Bar and Lounge 18:56

Panggilan masuk ditanggal 1 Februari 2015;

Liam 06:28
Lux 11:30
Melissa 13:57
Niall 14:08

Panggilan keluar ditanggal 1 Januari 2015;

Dad 13:36
Lux 17:00

Panggilan tidak terjawab ditanggal 31 Januari 2015 kosong
Tanggal 1 Februari;

Liam 05:59
Liam 06:03
Liam 06:12
Liam 06:17
Zayn 06:18
Zayn 06:20
Liam 06:25

Tanggal 2 Februari 2015;

Gemma 07:16
Gemma 07:17
Gemma 07:18
Gemma 08:20
Gemma 08:21
Mom 09:34
Mom 09:36
Mom 10:35
Liam 10:48
Liam 10:51
Niall 10:52
Dad 11:00
Dad 11:01
Lux 13:02
Gemma 14:45

Terhitung dari tanggal 2 Februari sampai 4 Februari 2015 banyak sekali panggilan masuk yang tidak terjawab, pasti karena mereka yang menelepon bingung karena Harry tidak kunjung pulang kerumah. Tetapi ada yang janggal disitu, kenapa Liam menelepon Harry kalau memang ia yang membunuhnya? Mestinya ia sudah tahu Harry tidak akan mengangkat lalu kenapa susah-susah menelepon? Atau bisa saja ia hanya ingin mencari perhatian dan pura-pura khawatir akan keadaan Harry. Aku terlalu lelah untuk membuka file yang berisi pesan-pesan dari handphone Harry jadi aku menutup laptopku dan mematikan lampu lalu tertidur pulas sambil memimpikan sepasang bola mata hijau dan lelaki berambut rambut cokelat keriting.

****

Keesokkan paginya aku dengan malas menyiapkan diri sebelum berangkat kesekolah. Setelah selesai mandi dan membuat roti lapis untuk kumakan diperjalanan akhirnya aku mengunci pintu rumah dan berjalan menuju mobilku yang terparkir didepan pagar.

"Pagi,"

Aku menoleh sambil meletakkan kedua tangan didadaku karena saking terkejutnya mendengar suara Harry dari jok belakang.

"Kau!" gerutuku dan ia justru tertawa.

"Kenapa kau tidak memanggilku samasekali kemarin?" ia mencondongkan tubuhnya dan mengisirahatkan kedua sikunya ditengah-tengah jok pengemudi dan penumpang.

"Kenapa kau tidak langsung datang menemuiku saja?" tanyaku balik.

"Aku kira kau marah karena aku tidak sengaja melempar batu ke hidungmu waktu itu," jawabnya. Kini giliranku yang tertawa.

"Tidak, kemarin aku meminta tolong Louis untuk membuka sandi handphone-mu."

"Louis, apa kabar dia? Masih culun dengan kacamata dan laptop kesayangannya yang selalu dibawa kemana-mana?" ujarnya dengan nada bercanda.

"Ia anak yang baik, dan dia berhasil mengunduh semua data yang kuminta dari handphone-mu kedalam flashdisk-ku." kataku sambil mengunyah roti lapis yang kubawa.

"Informasi apa saja yang kau dapat dari file-file itu?"

"Aku baru memeriksa beberapa saja, belum semuanya. Kita bicarakan nanti sepulang sekolah?" tanyaku tepat saat berbelok memasuki lahan parkiran sekolah.

"Tentu. Aku akan menunggu disini sepanjang enam jam yang membosankan." gumamnya. Aku melemparkan senyum simpatik kearahnya dan mencium keningnya sebelum turun dari mobil.

Saat pergantian jam pelajaran, aku berlari kecil ke toilet perempuan karena sudah tidak tahan lagi untuk buang air kecil. Untungnya, semua biliknya sedang kosong jadi aku mendorong salah satu pintu bilik dan menguncinya rapat-rapat. Belum sempat aku menekan tombol flush dikloset yang kududuki, tiba-tiba terdengar suara isak tangis seseorang dan suara berbisik orang lain. Dengan sengaja aku mencondongkan tubuhku dan berusaha mencari tahu kedua suara tersebut berasal dari siapa.

"Ssshhh, berhentilah menangis. Orang-orang akan curiga," Nicky. Bisa dipastikan itu tadi suara Nicky. Aku hafal betul aksennya.

"Tidak bisa. Kau tak tahu seburuk apa perasaanku saat ini! Aku merasa berdosa atas apa yang kulakukan, aku tidak bisa menahannya terus, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang." sahut suara lainnya masih sambil menangis terisak-isak.

"Lux! Lux! Dengarkan aku! Kau berhenti menangis sekarang juga!" bentak Nicky. Jadi yang menangis itu adalah Lux?

"Nicky, kau yang dengarkan aku! Aku berhak untuk menangis dan membenci diriku sendiri karena aku membunuhnya! Aku seorang pembunuh Nicky! Aku tidak tahu harus bagaimana lagi selain menangis dan menyakiti diriku sendiri!" serunya. Lux seorang pembunuh? Siapa yang telah ia bunuh? Jangan bilang..

"Aku bilang diam! Tak seorangpun boleh tahu tentang ini semua!" bentak Nicky lagi yang kemudian disusul dengan suara tamparan dan tangisan Lux yang semakin meledak-ledak.

Vote+comment+follow

Oh and good luck buat semua yang unas tgl 4 mei nanti semoga kita semua lancar unasnya amin wkwkwk

Half the love x.

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang