Tiga Belas

8.4K 974 27
                                    

Harry+Karlie pic to the side, maaf kalo jelek karena aku ga jago bikin manip lol

Sore harinya aku mengirim pesan pada Gemma, berpura-pura menanyakan dimana tempat untuk membeli jaket kulit yang bagus. Ia baru menjawab pesanku setelah beberapa jam jadi sekarang sudah terlanjur malam.

"Forever 21? Aku dulu pernah beli disana dan harganya lumayan sepadan untuk kualitasnya."

Aku mengirim pesan lagi padanya.

"Kemarin aku sempat lihat jaket kulit yang digantung dikamar Harry, itu milikmu atau miliknya? Modelnya lumayan bagus dan aku menginginkan yang seperti itu :)"

"Kurasa itu bukan milik Harry karena aku tidak pernah melihatnya mengenakan jaket kulit sebelumnya. Tapi memang jaket itu kuambil dari bangkai mobil Harry yang rongsok setelah kecelakaan, coba nanti kulihat merknya siapa tahu aku bisa menemukan tokonya untukmu."

"Oke terimakasih."

Mungkin ada baiknya jika aku menanyakan tentang jaket tersebut pada Harry. Baru aku membuka mulut hendak memanggil namanya, aku jadi teringat bahwa ia tidak bisa kemari karena mantra dari Anita belum pudar. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk dan mengerjakan tugas karya tulisku saja.

Death

Satu kata, terdiri dari tiga konsonan dan dua vokal. Jika kau mencari makna kata tersebut didalam kamus yang ada kau akan diberikan penjelasan singkat tentang kematian dan akhirat. Satu kata yang sangat kejam bagiku, satu kata yang memutuskan kontak fisikku dengan orang-orang yang kusayang. Orang-orang yang dulunya sangat berarti dalam hidupku, bahkan sampai sekarang. Salah satu orang yang kumaksud adalah ibuku, beliau meninggal tidak lama ini. Tidak sempat kubayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa sosoknya, tanpa seseorang yang menjaga dan merawatku walau sudah sebesar ini. Namun apa boleh buat jika memang hubungan antara kami harus terputus sementara dikarenakan maut yang datang memisahkan. Kubilang sementara karena aku percaya bahwa nanti dikehidupan setelah ini (afterlife) kami akan bertemu dan bersatu lagi sebagai keluarga.

Sedikit lebih dari seratus kata tetapi yang penting aku mengumpulkan tugas. Kulipat lembaran folio tugasku dan kumasukkan kedalam tas ransel sekolah agar tidak lupa. Turun kebawah aku berpamitan pada ayahku yang tengah berada diruang kerjanya.

"Yah, aku pergi dulu ya ada janji dengan Harry." kataku. Kali ini aku jujur karena memang tujuanku adalah kerumah kabin Harry. Ayahku mendongak dari tumpukan kertas kantornya dan menaikkan sebelah alis.

"Kau dan Harry sudah resmi berpacaran?" tanyanya. Mataku membelalak kaget, aku sendiri tidak tahu apa kami berpacaran. Maksudku, kami sudah berciuman beberapa kali tapi tidak ada satupun dari kami yang mengatakan bahwa kami saling memiliki perasaan yang sama. Kalaupun ada satu dari kami yang mengakuinya duluan, apa tidak aneh jika kami berpacaran? Bukannya aku keberatan tetapi aku hanya takut jika pada akhirnya ayahku tahu tentang Harry.

"Tidak, eh maksudku belum." jawabku.

"Ayah kira sudah. Karlie, ayah suka pada Harry, tunggu--maksud ayah bukan suka yang seperti itu. Ayah tidak akan merebutnya darimu," ujarnya sambil bercanda dan aku menemukan diriku tersenyum mendengarnya. "Ayah suka dia karena dia anak yang sopan, dan tampan. Dan ingatkan dia untuk makan malam bersama kita kapan-kapan," katanya. Aku mengangguk sebelum menutup pintu. Kupikir beliau tidak ingat soal janji makan malam itu, kalau sudah begini tidak mungkin kalau aku beralasan Harry sedang berpuasa terus menerus, ayah pasti akan curiga.

Begitu sampai dirumah kabin Harry, seperti kemarin aku memarkir mobilku agak jauh dari rumahnya agar tidak mencolok. Aku mengambil kunci dibawah keset seperti yang dilakukan Harry kemarin, memutar anak kunci dilubangnya masuk kedalam ruang tamu.

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang