Dua Puluh Sembilan

5.6K 864 45
                                    

Saat jam makan siang aku menyempatkan untuk singgah ke loker dulu dan meletakkan buku-buku pelajaranku sebelum pergi kekantin. Disaat yang bersamaan Louis memanggilku dan berlari kecil menyusulku yang kini sudah berada didepan loker.

"Hai, Lou," sapaku.

"Hai," sapanya balik sambil mengacak rambutnya sedikit.

"Kau mau makan siang bersama?" tanyaku sambil sibuk memasukkan buku-buku kedalam loker.

"Uh, ya tentu. Karlie, ini untukmu." ia menyerahkan sebuah kotak hitam berhiaskan pita merah muda.

"Oh, apa ini?" tanyaku.

"Buka saja,"

Kuambil kotak tersebut dari tangannya dan dengan hati-hati membuka hiasan pitanya, saat kuangkat tutup kotak tersebut ternyata yang ada didalamnya adalah bufet yang berisi cokelat kecil-kecil yang tampak enak dan menggoda. Dibalik tutup kotaknya tertempel kartu putih yang bertuliskan;

Prom? ツ

Louis mengajakku ke pesta dansa sebagai pasangannya?

"Lou.." kataku sambil menutup kotak tersebut.

"Kau sudah punya pasangan ya? Maaf aku tidak tahu," katanya sambil terdengar panik.

"Tidak-tidak, aku mau pergi ke pesta dansa bersamamu." kataku. Louis tampak senang dan canggung disaat yang bersamaan, ia membenahi letak kacamatanya sambil tersenyum lebar.

"Terimakasih, uh.. akan kujemput kau minggu depan, tetapi aku tidak tahu alamatmu." ujarnya salah tingkah.

"Aku akan mengirim alamatku padamu nanti," kataku sambil tertawa, "Terimakasih untuk cokelatnya, omong-omong."

"Tidak masalah. Ke kantin sekarang?" tawarnya. Aku mengangguk dan menyimpan cokelat yang diberikannya didalam tasku karena aku terlalu egois untuk membaginya dengan orang lain.

****

"Gemma?" kataku kaget ketika keluar dari pintu utama sekolah dan mendapati Gemma berdiri diparkiran.

"Karlie. Detektif Wilden meneleponku pagi ini," katanya buru-buru.

"Oke, ada apa?"

"Sidik jari yang menempel disetir mobil Harry adalah milik Zayn dan Liam. Detektif Wilden sudah menghubungi pihak sekolah dan meminta teman-teman dekat Harry untuk memberi kesaksian dikantor polisi besok."

"Siapa saja?"

"Liam, Zayn, Niall, Lux, dan lain-lain. Mereka tidak akan masuk sekolah besok dan akan langsung ke kantor polisi. Detektif Wilden juga sudah meminta ijin agar kau tidak masuk besok, aku butuh kau bersamaku dikantor polisi."

Aku mengerjapkan mata mencoba mencerna informasi dari Gemma. "Baiklah, besok pukul berapa?"

"Sembilan pagi,"

****

"Karlie, Gemma, kalian akan menunggu disini bersamaku. Anak buahku yang akan menginterogasi teman-teman Harry," perintah Detektif Wilden. Kami bertiga berdiri disuatu ruangan dengan kaca yang memantul keruangan sebelah kami, jadi kami bisa melihat jalannya interogasi dari sini namun orang yang berada diruang sebelah kami tidak bisa melihat apa-apa, hanya kaca cermin besar yang terpasang didinding. Seorang petugas polisi masuk kedalam ruangan tersebut sambil membawa beberapa berkas ditangannya, dan kemudian disusul oleh Niall. Kenapa Niall yang pertama diinterogasi?

"Kenapa dia duluan?" tanyaku pada Detektif Wilden.

"Anak itu yang datang paling pertama," jawabnya seraya menunjuk Niall. Petugas polisi tadi berdehem memulai interogasi.

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang