Sebelas

8.8K 1K 99
                                    

Pic of Liam in leather jacket

Keesokan paginya aku terbangun akibat deringan handphoneku, aku meraba-raba bantal disebelahku dan membuka mata perlahan untuk mendapati nama ayah tertera dilayar.

Oh sial.

"Halo, Yah?"

"Karlie, kau masih dirumah temanmu?" nada bicaranya biasa saja, tidak terkesan marah dan aku bersyukur atas itu.

"Hmm, iya aku baru saja bangun."

"Baiklah, pulang kerumah sesegera mungkin ya. Apa ayah harus menjemputmu?"

"Tidak, aku akan minta tolong temanku untuk mengantarku pulang saja."

"Baiklah, sampai bertemu dirumah."

Setelah beliau menutup teleponnya, aku dengan malas bangkit dari ranjang dan memasang sepatuku. Aku mengusap mataku sambil menguap dan memerhatikan pantulanku dicermin, tidak terlalu buruk hanya saja rambutku sedikit berantakan. Aku mengikat rambutku menjadi kuncir kuda dan beralih ke kamar Liam.

Zayn dan Lux tertidur pulas diranjang, Nicky disofa dan Niall tergeletak dilantai. Aku melirik jam di handphone, pukul tujuh pagi, pasti akan susah untuk membangunkan Nicky.

"Nicky," kataku pelan sambil menggoyang tubuhnya.

Tidak ada reaksi.

"Nicky.. bangunlah." kataku lagi dan kali ini dia bergumam, kalimat yang dikeluarkannya tidak jelas jadi aku menggoyang-goyangkan tubuhnya lagi.

"Satu jam lagi," erangnya dan aku memutar bola mataku. Tidak sengaja mataku melihat ke bingkai foto yang dipajang didinding, berisikan foto Liam, Niall, Harry, Zayn dan satu lelaki lagi yang tidak kukenal. Harus kuakui Liam tampak keren difoto tersebut, ia menggunakan jaket kulit dan kaos putih polos. Tapi Harry yang berada disebelahnya terlihat lebih keren, dengan kaos hitam polos dan apa itu? Tato? Aku melangkah lebih dekat untuk memperhatikan gambar kapal yang kelihatan separuh dari lengan kaos Harry, kenapa aku baru tahu sekarang?

Oh ya, karena ia selalu memakai sweater lengan panjang jadi aku tidak pernah melihat sedikitpun tinta permanen ditubuhnya. Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malam. Aku mencium Harry. Aku meminta Harry menemaniku tidur. Harry mencium kepalaku. Banyak hal aneh yang terjadi selama seminggu ini dan jujur aku tidak menyangka bahwa aku akan jatuh pada Harry secepat ini. Jatuh pada Harry? Yang benar saja, setelah ini jika aku bertemu dengannya pasti aku tidak akan merasakan apa-apa. Tadi malam mungkin aku hanya sedikit mabuk karena aku sempat menenggak habis dua gelas bir, jadi tidak mungkin aku merasakan apa-apa terhadapnya setelah ini.

Benar 'kan?

Aku menuruni tangga dan menangkap sosok Liam sedang memasukkan gelas-gelas bekas kedalam kantong plastik hitam besar, ia tersenyum ketika melihatku.

"Pagi," sapanya.

"Pagi,"

"Yang lain sudah bangun atau baru kau saja?" tanyanya, ia lanjut membungkuk mengambil sampah-sampah yang berserakkan dilantai dan karena merasa tidak enak aku ikut membungkuk dan membantunya.

"Baru aku saja." kataku sambil memasukkan kantong keripik kosong kedalam plastik sampah.

"Kau akan pulang sekarang?" tanyanya.

"Kurasa.., aku akan mencoba menelepon taksi."

"Taksi? Kau semalam kesini diantar siapa?" Liam menautkan kedua alisnya sambil memandangku.

"Nicky menjemputku, tadi aku sudah mencoba membangunkannya tapi ia susah sekali dibangunkan."

"Aku akan mengantarmu pulang kalau begitu,"

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang