Sambil menunggu Raka menghabiskan ramyeonnya, Diva kembali memerhatikan daftar menu yang ada. Matanya tertuju pada sebuah menu paket yang menurutnya lucu.
"Raka, nanti pesan ini ya, buat Reva," ujarnya antusias. Ia memperlihatkan sebuah menu paket anak-anak dengan wadah catering berkarakter dinosaurus berwarna biru muda. Menurut penglihatannya, Reva bukan tipe cewek yang suka warna pink, makanya dia pilih yang biru. Lumayan kan bisa jadi kenang-kenangan juga.
"Reva bukan anak kecil, Div."
"Ish, tapi ini lucu tau. Barangkali Reva suka. Lagi pula isinya enak-enak kok. Kalo lo gak mau beliin buat Reva, nanti gue deh yang bayarin yang ini."
Raka kembali melirik gadis di hadapannya itu. Hari ini sudah ia rencanakan agar ia yang menanggung semuanya. Itu artinya termasuk pesanan Diva untuk adiknya, Reva.
"Pesen aja. Nanti gue yang bayar. Lo gak boleh ngeluarin uang sepeser pun hari ini."
Dengan semangat, gadis itu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kasir. Ia benar memesan pilihannya itu untuk Reva. Bukan maksud apa, meskipun kedekatannya dengan Reva bisa terbilang masih singkat, ia sangat senang bisa kenal dan dekat dengan orang seperti Reva. Ia bukan tipikal orang yang mudah menilai sesuatu dari umur.
Ia kembali ke kursinya dan kembali menyalakan kameranya. Dengan sengaja ia mengambil potret Raka secara beruntun. Ia bukan makhluk egois, siapa pun yang bersenang-senang bersamanya, ia akan berusaha membuat orang itu senang juga. Termasuk mengabadikan diri dalam kamera, Raka juga harus ada dalam hasil potretnya.
Kali ini ia membuka kamera ponselnya, memotret Raka yang sedang memegang gelas berisi minuman berwarna biru pesanannya tadi, Elf Miracle di depan dadanya dan menoleh ke samping, ke arah dalam kafe.
Ia tidak menyangka, betapa tampannya Raka dilihat dari samping. Foto itu ia upload di story instagramnya tanpa mengetag Raka dan tanpa tambahan apa pun.
Lain dari itu, Raka juga memainkan jarinya di layar ponsel, membuka salah satu room chat yang ia sematkan dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Pulang. Bentar lagi gue balik."
***
Jauh dari sebelum Raka mengirimnya pesan, ternyata ia sudah lebih dulu sampai di rumah.
"REVAAA!!" Diva menubruk gadis itu untuk memeluknya. Yang dipeluk hanya terkekeh sambil menahan rasa sesaknya. Setelah Diva melepaskan pelukannya, barulah ia lega bernafas.
"Nih, gue beliin ini buat lo. Menurut gue enak, gak tau menurut lo gimana. Semoga lo suka. But, kalo lo gak suka sama wadahnya, tetep disimpan ya, jangan dibuang, hehe."
Mendengar hal itu, Reva antusias mengunboxing pemberian Diva.
Hal selanjutnya yang tidak Raka duga justru terjadi. "AAAA....LUCU BANGET, KAK!!! Makasih." Reva memeluk erat Diva. "Sumpah sih, kapan-kapan ke sana lagi, ayo, sama gue."
"Tuh, kan, gue bilang juga apa. Adek lo segede gini bukan berarti menolak benda-benda lucu."
Okeyy, Raka mengaku kalah. Memang hanya perempuan yang bisa mengerti perempuan lainnya.
"Cobain dong, enak tau." Reva mengikuti perintah Diva. Ia mengunyah lebih lambat dan menunjukkan ekspresi terkejutnya. "GILA! INI ENAK BANGET. Ayo ke sana lagi."
"Yeuh, ngesot sana sendirian," celetuk Raka yang menaiki anak tangga.
"Gue gak ngomong sama lo!"
"Ayo, kak, makan bareng. Gue tau bukan menu ini yang tadi lo pesen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Answer! - [ END ]✔️
Teen FictionHanya cerita tentang hari-hari setelah kepergian mamah. Menjadi beban Raka yang kini menjadi penopang hidupnya. Berusaha berdamai dengan keadaan, bangkit tanpa penyanggah, senyum tanpa beban, dan melangkah tanpa dorongan. Iya, hanya kisah pahit ma...