-🎶✨-
Selalu aku lihat
Belakang punggungmu
Disaat kau lihat belakang
Punggung wanita lain
Menunggu kau menoleh
Dan berlari ke arahku
Dan memelukku
Seerat-eratnya***
"Raka beneran belum pulang?"
"Belum. Mobilnya aja belum ada."
Tadi sore, Raka mengamanahi Willy untuk memulangkan Reva sebelum ia tiba di rumah. Willy kira, ia telat memulangkan Reva karena waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Tapi, ternyata Raka belum juga pulang.
"Kalau gue pulang sekarang gimana?"
"Ya gapapa, pulang aja. Paling entar lagi Bang Raka juga nyampe."
"Okey, gue pulang dulu ya, lo hati-hati di rumah."
"E-eh---"
"Mmph---"
***
Raka dan Diva cukup lama di makam Mamah. Beberapa hari lalu, gadis itu dengan senang hati menawarkan dirinya menemani Raka ke makam sang mamah. Di sana, Raka memperkenalkan Diva dan menceritakan kedekatan mereka di depan gudukan tanah yang sudah mengering. Meskipun obrolan tadi sore hanya searah, mereka yakin bahwa sebenarnya Mamah tahu hanya saja responnya tidak lagi nyata.
Raka mengantarkan Diva hingga depan pintu dan menyalimi tangan kedua orang tuanya.
"Maaf Om, Tante, saya kemaleman pulangin anak gadisnya. Tapi, kita gak kemana-mana kok, tadi cuman ke wisuda, makam mamah, dan mampir makan sebentar."
Pria di hadapannya tertawa mendengar rentetan kalimat itu. Baru kali ini anaknya mendapat teman lawan jenis yang langsung memberi penjelasan tiap waktu tanpa diminta.
"Tidak apa-apa. Kamu bisa memikirkan kebutuhan perut kalian saja itu sudah cukup."
"Dan yang terpenting kalian pulang dengan selamat," sambung wanita di samping pria itu.
"Kalau gitu saya pamit pulang, Om, Tante. Pulang dulu, Div." Gadis itu mengangguk menatap punggung Raka yang mulai memasuki mobil.
Di tengah perjalanan, Raka membuka layar ponselnya yang menampilkan sebuah pesan dari Willy. Cowok itu mengabarkan bahwa ia dan Reva sudah tiba di rumah. Pesan itu terkirim lima menit yang lalu.
Tidak ingin adiknya menunggu lama, ia menambahkan sedikit laju mobilnya agar tiba lebih cepat.
Raka mendengar ada percakapan kecil dari dalam rumahnya. Ah, ternyata Willy belum pulang.
"Okey, gue pulang dulu ya, lo hati-hati di rumah."
Tapi, saat dirinya berdiri di ambang pintu...
Dug!
"E-eh---"
"Mmph---"
"Dek?!" matanya membelalak menyaksikan kelakuan dua orang itu. Ia tidak menyangka akan melihat adiknya melakukan hal seperti itu tepat di depan matanya.
Saat itu juga Willy dan Reva menjauhkan wajah mereka. Gadis itu dengan kasar mengelap bibirnya dengan kedua tangan.
"Bang, kita gak kayak apa yang---"
"Jangan jadiin rumah ini sebagai tempat yang kotor!"
Raka pergi begitu saja melewati keduanya. Ini bahaya, kedua orang yang masih mematung di depan televisi memikirkan hal yang sama. Kemarahan Raka sudah di tahap tertinggi. Jika biasanya Raka akan meledak-ledak dengan ocehannya yang panjang lebar, barusan cowok itu hanya berkata satu kalimat dan meninggalkan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Answer! - [ END ]✔️
Ficção AdolescenteHanya cerita tentang hari-hari setelah kepergian mamah. Menjadi beban Raka yang kini menjadi penopang hidupnya. Berusaha berdamai dengan keadaan, bangkit tanpa penyanggah, senyum tanpa beban, dan melangkah tanpa dorongan. Iya, hanya kisah pahit ma...