-31-

36 42 9
                                    

Keduanya semakin mendekati rel kereta yang perlahan mulai tertutup. Keduanya beroptimis bisa melampuinya, mereka mampu menerabas dengan selamat. Kereta tidak mungkin datang secepat itu.

Raka masih terus melempar tatapan sengit pada Kavi. Ia yang awalnya menahan emosi pun jadi terpancing sebab Raka semakin kelewat batas.

Kini portal itu telah menutup dua arah dengan sempurna. Reva berharap keduanya menyadari posisi portal dan menguarangi kecepatan. Willy pun sama, ia sudah menyiapkan badan untuk menghadang keduanya. Ia tidak masalah jika badannya akan terpental jauh yang terpenting keduanya bisa berhenti.

"KAVIII, RAKAA, KURANGIN KECEPATAN KALIAN!" Meskipun ia tidak yakin suaranya akan terdengar, ia tetap berteriak.

Bayu pun berulang kali mencoba menelpon Raka, barangkali dering ponselnya mampu mengalihkan perhatiannya dan memutuskan berhenti.

Sayang, yang dilakukan keduanya hanyalah sia-sia. Hujan semakin membasahi baju seorang gadis dan lelaki yang kini berdiri dengan penuh harap di portal utara.

Gilang terus berusaha fokus walaupun hujan semakin deras, begitupun dengan Adam dan Rehan.

"Mereka gak sadar sama sekali, Lang."

"Mereka gak akan terganggu cuman karena getar ponsel doang, apalagi ini juga hujan."

"Lang, gerbangnya tutup, Lang!" ucap Bayu yang semakin panik. "Duluin, Lang, hadang mereka."

Suara kereta semakin terdengar jelas, sedang mereka masih dalam kecepatan yang teramat tinggi.

Dari posisinya, Raka dan Kavi menajamkan pengelihatan mereka, memperhitungkan jarak mereka dengan harapan mereka bisa memburu melewati portal itu sebelum kereta datang.

Keduanya terus berdampingan. Bersamaan menambah satu tingkat kecepatan lagi.

BRAK! BRAK!

Sontak Gilang menginjak pedal rem kuat-kuat. Melihat keduanya yang gagal menerabas portal.

Suara benturan dan gesekan aspal begitu nyaring dan terdengar ngilu.

Motor keduanya rusak serusak-rusaknya dan berjarak jauh dengan masing-masing pemiliknya. Kavi dengan posisinya yang terlentang berusaha menahan sakit dipunggung dan kepalanya. Helm yang ia gunakan pun sudah terbelah dan terlepas dari kepalanya sebab benturan yang begitu keras.

Raka, lelaki itu mati-matian melambaikan tangannya berharap ada yang membantunya sekaligus memberi tanda bahwa ia sangat kesakitan sekarang. Helm yang ia gunakan tidak lagi ada di dekatnya, pasti terpental sebab tadi Raka tidak mengancingnya.

Bayu, Gilang, Rehan, Adam, mereka semua turun dari kendaraan mereka. Berlari berusaha menyelamatkan teman mereka.

Hal yang sama juga dilakukan Reva. Baru tiga langkah ia berlari, tangannya di cengkam kuat oleh Willy.

"Kita harus telepon ambulan, Rev. Kita gak bisa asal nolongin!" ucap Willy sedikit berteriak.

"Lepasin! Lo bego atau gimana sih? Teman dan sodara lo kecalakan anjing! Minimal kita angkat mereka ke tepi jalan!"

"Reva!"

Reva kembali berlari secepat mungkin dengan jarak dua puluh meter ia berharap bisa cepat menolong keduanya.

CIITTT!!!

AARRRGHHH!

"KAVIII!"

"RAKAA!"

Tak dipungkiri kereta lewat begitu cepat tanpa memberi jeda. Suara jerit kesakitan pun menghilang seiring nyaringnya suara decitan yang terdengar.

Sia-sia.

Answer! - [ END ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang