-34 (END)-

63 51 58
                                    

Jika esok nanti
Kau sudah lebih baik
Jangan lupakan
Masa-masa sulitmu
Ceritakan kembali pada dunia
Caramu mengubah keluh
Jadi senyuman

🦋 Senyumlah - Andmesh🦋

***

Kepergian sosok berharga memang meninggalkan luka mendalam bagi masing-masing jiwa yang ditinggalkan, apalagi jika sosoknya tidak lagi bisa kita temui sejauh mana kita berjalan.

Hari-hari selanjutnya tidak lagi sama, kadang hampa dan hambar. Mau sebanyak apa kita bertemu dengan orang baru, tetap tidak ada yang bisa menggantikannya.

Mengenang adalah satu-satunya cara agar mereka tetap hidup dalam ingatan dan ikhlas menjadi pondasi agar kita tetap bergerak pada dunia yang terus berputar.

Sama seperti Reva yang perlahan terbiasa menjalani harinya tanpa Raka dan Kavi. Perlahan ia dapatkan kembali tawa dan senyumnya yang sempat hilang.

"Temenin gue yuk?"

"Kemana, Wil?"

"Beli bubur."

"Ish, beli sendiri aja sana, gue nitip aja. Gue masih mau beresin rumah."

"Makan dulu, Rev. Ayo, buruan! Nanti gue bantuin beres-beres deh."

Gemas melihat Reva yang melanjutkan kegiatan merapihkan buku-buku dan mengabaikannya, ia menarik tangan Reva dan menggeretnya hingga ke tukang bubur langganan mereka di ujung komplek. Tidak peduli dengan ocehan Reva yang tidak terima dibawa keluar dengan rambutnya yang penuh dengan roll rambut.

Berhubung hari ini Hari Minggu, Willy bebas menghabiskan waktunya bersama gadis itu. Sesekali ia juga akan menyempatkan waktu menginap di rumah Reva pada hari kerjanya. Ia tidak mau sampai Reva menjadi orang yang sangat tertutup dan banyak melamun sebab ditinggal sendiri.

"Angel apa kabar?" tanya Willy sembari mengaduk buburnya.

"Ekhem! Kenapa tiba-tiba tanya gitu?"

"Ck, tanya doang, siapa tau sekarang kalian udah nggak temenan." Reva tertawa. "Kenapa ketawa?"

"Lo nungguin gue musuhan sama dia? Gue pastiin kita akan temenan terus. Tapi, kalau ternyata dia kena seleksi alam sebagai temen gue ya gue bisa apa, haha."

"Trus jadinya kabar Angel gimana? Lanjut kemana dia?"

"Kabar dia baik, kebetulan kita baru aja teleponan dua hari yang lalu. Dia sama kayak lo, lanjutin bisnis keluarga dan nyoba beasiswa kuliah di USA."

Willy mengangguk mengerti.

"Lo gak mau lanjut di sini aja? Kan bisa bareng gue, jadi lo gak perlu adaptasi terlalu keras lagi."

Gadis itu menggeleng samar dan tersenyum tipis menatap mangkuk buburnya. "Tuhan udah bukain gue jalan buat wujudin mimpi gue kuliah di luar negeri, masa gak gue trabas. Lagi pula, kan gue udah wujudin harapan kecil Mamah biar gue bisa masak, sekarang gue udah jago. Bang Raka mau gue jadi lulusan terbaik, itu juga udah tercapai. Sekarang giliran mimpi gue sendiri."

Willy menatap bangga sepupu kesayangannya itu. Benar, sudah banyak harapan orang lain padanya yang sudah ia wujudkan. Bahkan Willy pun mengakui bahwa Reva sering mengabaikan mimpinya sendiri demi harapan orang lain.

Kuliah di luar negeri merupakan salah satu mimpi besar Reva yang ia ketahui. Ia sangat bangga ketika gadis itu begitu ambisi mewujudkannya. Semoga ia benar-benar menggapainya.

Willy semakin tenggelam kedalam manik kedua mata itu. Rasanya begitu hanyut hingga ia tidak sadar jarak antara keduanya kurang dari dua senti.

PLAKK!

Answer! - [ END ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang