-19-

26 31 0
                                    

Waktu terus berjalan memporak-porandakan otak Raka yang terpaku pada satu nomor. Di kertasnya masih ada tujuh soal lagi yang belum terisi.

"Argh! Kenapa harus kimia, sih, di hari pertama?" geramnya kesal.

Ia melirik ke kanan dan ke kiri. Bagaimana bisa teman-teman seruangannya tampak begitu tenang? Ia kembali meneliti kertas ujiannya mencari soal yang lebih memungkinkan dari tujuh soal yang belum ia isi.

Argh, sial! Ia ingat, soal ini pernah di bahas guru kimianya saat bedah bank soal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Argh, sial! Ia ingat, soal ini pernah di bahas guru kimianya saat bedah bank soal. Sayangnya, ia lupa bagaimana cara menghitungnya dan apa jawabannya.

Di ruang sebelah, Willy juga terpaku dengan satu soal yang belum terisi. Bedanya, ia ragu harus menjawab apa karena ia memiliki dua jawaban. Setelah cang cing cup kembang kuncup dan merapalkan doa-doa, Willy memantapkan pilihannya. Ia mengecek kembali kertas jawabannya mulai dari identitas hingga soal terakhir. Ia hanya mengecek sudah terisi semua atau belum, bukan sudah benar semua atau belum.

***

"Sebenarnya kita ke sini mau ngapain? Dari tadi kamu belum kasih tau kita lho," ucap Reva membuka obrolan.

"Tau nih, gak jelas. Sambil di sana aja, yuk, ngobrolnya. Panas tau di sini." Angel menunjuk sebuah kursi panjang di bawah pohon beringin yang rindang, lalu disetujui Kavi dan Reva.

"Seru-seruan aja. Gue tau kalian tau banyak tempat di Jakarta yang mau kalian kunjungin."

Kedua gadis remaja itu tampak berpikir. Kavi mengamati gaya berpikir keduanya yang berbeda. Reva yang melihat kendaraan berlalu lalang dan Angel yang menunduk menatap sepatunya.

"Duh, gue bingung. Ke Kidzania, yok? Gimana?"

Kavi mengangguk setuju, lalu beralih menatap Angel. "Lo pilih tempat mana?"

Terlalu banyak destinasi di kepala Angel sampai ia bingung mana yang harus ia kunjungi lebih dulu. Semua terasa ingin ia kunjungi hari ini. Kapan lagi kan, ia ada waktu ke Jakarta?

"Gue usul ke Dufan, deh, sekalian habisin duit lo!" sontak kedua gadis itu tertawa sedang yang diledek menatap Angel kesal.

"Gue mau ke terowongan kendal aja, deh."

"Lo mau ngapain ke sana, Kav? Foto-foto doang masa."

"Itu cadangan tempat kalau duit gue beneran habis sama kalian."

Kavi menatap ponselnya yang bergetar menampilkan pesan dari seseorang, lalu kembali beralih pada dua gadis di hadapannya. "Oke, rutenya kita ke Kidzania dulu ya. Kalau diliat-liat kita bakal lewatin waktu dzuhur. Jadi, nanti mampir dulu ke Istiqlal baru lanjut ke Dufan sampai tutup."

"LET'S GO!!"

Ketiganya bersorak riang. Hari ini akan menjadi salah satu moment terindah di hidup mereka.

Kidzania. Salah satu tempat edukasi yang berisi simulator berbagai profesi. Ada maksud lain Reva mengusulkan tempat ini, ia ingin mengenang kembali masa-masa SMP-nya. Dulu ia dan Kavi study tour ke sini. Saat itu ia belum kenal Angel karena mereka tidak satu sekolah.

Angel yang belum pernah ke tempat seperti ini pun sangat antusias. Ia mencoba menjadi seorang presenter, Kavi dan Reva seakan penonton di rumah. Ekspresi Angel begitu menghayati sampai-sampai Reva tertawa geli.

"Ini mah bawa gosip namannya, bukan berita."

Kavi ikut tertawa seraya merangkul Reva. Melihat hal itu, Angel menambah kehebohan intonasinya bersamaan dengan naskah yang ia ubah.

"Itulah sekilas info dari kami yang hanya menjadi pajangan di tengah kesibukan masyarakat yang gila cinta. Sampai jumpa dan terima kasih."

Selesainya ia mengarang naskah, Angel keluar dari bilik siaran dan berlari menuju profesi lainnya.

Ia tidak peduli dengan Reva dan Kavi yang asik membucin. Yang penting ia bisa senang-senang sekarang.

Berikutnya mereka sepakat menjadi pemadam kebakaran. Seketika dua gadis remaja itu bergaya ala-ala cewek yang tangguh dan kuat bak pemadam kebakaran sejati yang gesit dan cekatan.

Kavi diam bukan berarti ia lupa. Ia masih ingat waktu awal-awal ia dan Reva jadian dan tak lama sekolah mengadakan study tour ke tempat ini. Kavi ingat jelas, dulu Reva pernah menangis saat Kavi mengcosplay menjadi pemadam kebakaran. Reva pikir, properti rumah itu benar terbakar dan ia takut jika Kavi mati terbakar.

Sekarang gadisnya itu tidak takut lagi karena sudah tahu kalau itu semua hanya properti.

Ada banyak cerita sederhana yang terukir di tempat ini. Bayang-bayang empat tahun lalu kembali terputar dalam benaknya. Lantas ia tersenyum, bersyukur pada Tuhan karena ia masih diberi kesempatan untuk terus bersama Reva.

Ada banyak hal yang nggak akan pernah kita tahu kedepannya. Dulu ia mengira akan menjadi asing setelah putus, nyatanya ia masih bisa berteman baik hingga sekarang. Dulu ia megira pasti tetap akan ada kecanggungan walaupun bisa berteman, nyatanya semua tetap berjalan baik seperti sebelumnya. Hari ini pun akan menjadi dulu di waktu yang akan datang dan ia tidak tahu bagaimana kedepannya. Semoga masih sama dan akan tetap sama.

Lelah bermain, mereka memilih berjalan santai menjelajah kidzania. Sebenarnya masih ada beberapa spot yang masih ingin mereka coba, namun rasa lelahnya mengalahkan rasa penasaran mereka.

Sesekali mereka mengabadikan foto bersama anak-anak pengunjung lain. Angel juga sempat mengajak mereka bercerita ria. Tenang rasanya Reva melihat sahabatnya itu kalem dan lemah lembut, biasanya ia akan berteriak seperti orang kesetanan.

Entah apa yang ada di pikiran ibu-ibu saat melihat Kavi bermain dengan anak mereka, sebagian dari mereka justru ada yang meminta foto bersama saat anak-anak mereka berada di gendongan Kavi.

Ada juga bumil yang ikut andil dengan alasan ngidam. Katanya...

"Saya mau minta foto bareng boleh? Barangkali anak saya bisa setampan kamu. Kalau saya masih gadis, saya pasti pilih kamu aja."

Sejujurnya Kavi tercengang dengan penuturan wanita itu. Tapi, tak apalah, buat orang lain bahagia itu kan baik.

"Besok kalau udah lahir kasih nama Kavi aja ya, Bu." Ia terkekeh di akhir kalimatnya yang diberi anggukan antusias dari wanita itu sebelum pamit.

Terlepas dari benar atau tidaknya namanya akan digunakan untuk anak ibu tadi, Kavi tetap merasa paling tampan seantero bumi, sekalipun ia bertemu dengan orang yang memiliki nama sama dengannya.

***

Next🚀

Answer! - [ END ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang