Chapter 13

40 5 0
                                    

Koreksi apabila menemukan typo🙏

I feel You - Sandeul





Pesta berakhir dengan meriah, tapi tidak untuk suasana hati Aysel. Perempuan itu seddari tadi menahan tangis entah apa penyebabnya. Dia terus saja menggerutu kepada Dams untuk memberikannya permen warna hijau, dan semua yang berhubungan dengan hijau.

"Kamu kenapa sih Ay?" heran Dams. Pasalnya Aysel tampak baik-baik saja sebelum wanita itu kembali dari toilet.

"Aku mau pulang saja, aku tidak mau disini." alih Aysel tak mengindahkan pertanyaan Dams.

Dams menahan kekesalannya, sementara itu Kale datang dan mengatakan kalau ia yang akan mengantar Aysel pulang. "Tapi dia berangkat bersamaku, biar aku juga yang mengantarnya pulang." tutur Dams.

"Rest, aku akan segera memberitahumu tentang aku dan Aysel. Biar aku saja, kamu tolong temani Phavela."

Kale sudah tidak peduli dengan cuitan Forest, dia membawa Aysel pergi dari rumah Dams, bahkan tidak berpamitan dengan kedua orangtua sahabatnya itu.

Aysel benar-benar menutup rapat mulutnya, ia bahkan memalingkan muka tidak mau menatap Kale.

"Ay, lihat aku." ucapnya seraya fokus menyetir. Sedang wanita yang kini terbalut jas Kale malah terdiam entah memikirkan apa.

Kale tidak mau memperburuk suasana hati Aysel, ia pun kembali fokus untuk mengemudi, nanti Aysel pasti akan mengerti setelah ia menjelaskan semuanya.

Sampai di depan pekarangan panti, Aysel segera keluar dari mobil Kale tak lupa melepas jas lelaki itu. Kale segera menyusul dan memeluk Aysel dari belakang dengan sangat erat.

"Jangan mendiamkan aku Ay. Aku tidak mau kamu seperti ini." lirih Kale berbisik di antara ceruk leher Aysel.

Wanita itu mengedipkan matanya dua kali, menahan sesuatu yang terasa hangat di pelupuk matanya.

"Ay, meskipun Phavela mengatakan hal itu, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Phavela adalah sahabatku Ay, dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Jika kamu ingin tahu apakah dulu aku pernah menyukai Vela, maka iya. Aku pernah mencintainya, tapi tidak lagi Ay. Yang tersisa kini hanya kamu Ay."

Aysel berbalik seraya melepaskan dekapan Kale meskipun itu terasa sangat menenangkan, karena tidak ada seorangpun yang pernah memeluknya seerat Kale dan dapat Aysel rasakan ketulusannya.

"Meskipun aku mencoba mencerna semua yang Kale katakan, tetap saja aku ini anak autis. Apa yang Kale harapkan dariku? Apakah Kale mau diejek oleh orang-orang di dunia ini?"

"Aku tidak akan membiarkan mereka mengejekmu atau kita, aku tidak peduli Ay. Aku... Hanya menginginkan kamu."

"Tunggu sebentar lagi Ay. Aku harus berusaha keras lagi supaya dunia menerima kita. Tidak akan lama, aku hanya harus melangkah sedikit lagi, dan kamu akan menjadi milikku seutuhnya."

Kale mendekati Aysel, lalu tanpa aba-aba seperti biasa, Kale menarik ceruk Aysel dan memagut bibir merah muda wanita tersebut. Ia sedikit memperdalam ciumannya sampai wanita itu terengah-engah.

Aysel mendorong dada bidang Kale, lalu berhambur memeluk Kale, menenggelamkan wajahnya di sana.
"Kale, jangan tinggalkan aku, ya?" pinta Aysel.

Kale balas memeluk tubuh Aysel yang baginya sangat mungil, ia mengusap lembut punggung wanitanya itu sambil tersenyum lega.
"Tidak akan, tidak pernah Ay."

***

Kale menemui Phavela sesuai janji mereka berdua, kali ini mereka tidak bertemu di caffe atau restoran melainkan di kantor Phavela. Dilihatnya Phavela tengah duduk melamun di kursi besar itu, tatapannya kosong, sebelum sesaat Kale masuk dan mereka pun masuk ke ruang privasi Phavela.

Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang