Chapter 22

73 4 0
                                    

Halo Everyone! Update lagi nich! Losing You chapter 22
Don't forget to vote yuhuu

Awas ada typooo

Mulmed - Cobalah Mengerti by Geisha
Say you won't let go by James Arthur

-HAPPY READING-





Saat hujan deras mengguyur Jakarta sore itu, seorang gadis kecil berlarian menutupi kepalanya dengan telapak tangan.

Aysel Saavitara, namanya. Gadis kecil yang selalu membawa nampan berisi kue-kue tradisional untuk dijual kepada orang-orang. Gadis kecil berusia lima tahun yang berbeda dari anak-anak kebanyakan, orang sering menyebutnya autis, atau anak berkebutuhan khusus.

Tapi Aysel sangat berbeda. Ia cerdas, meskipun ia selalu di-bully. Ibunya tidak akan mengizinkannya pulang atau makan sampai kue-kue yang dibuatnya habis terjual, jika ia berani pulang, maka sudah pasti ia akan dikurung di kamar mandi, dengan cambukan di sekujur tubuhnya.

Tidak ada yang ditakuti Aysel di dunia ini, kecuali ayah dan ibunya sendiri. Meskipun beberapa orang sering memanggilnya dengan sebutan yang tidak pantas, namun masih banyak orang yang bersikap baik padanya.

Aysel, dengan tubuhnya yang kecil dan rapuh, terlihat kedinginan karena hujan yang turun begitu deras disertai angin kencang. Gadis berusia lima tahun itu berteduh di terminal bus sambil memegangi lututnya karena kedinginan hingga bibirnya membiru.

Dagangannya sudah ludes terjual dan hanya tersisa satu kue. Aysel bingung harus menjualnya kepada siapa lagi karena hari sudah malam, dan beberapa orang dewasa di terminal bus tampak menunggu bus yang akan datang.

Aysel menawarkan kue yang tersisa kepada seorang pria dewasa dengan suaranya yang lembut.

Entah merasa kasihan atau tidak, pria tersebut akhirnya membeli kue Aysel, gadis kecil itu tersenyum lebar, dan bersorak karena dagangannya habis.

Pada saat yang sama hujan mulai reda dan Aysel melanjutkan perjalanan pulang. Anak kecil itu melewati jalan yang berliku untuk sampai ke rumahnya. Tidak sekali pun ada orang yang berbuat jahat kepadanya, mereka menawarkan untuk mengantarnya pulang, tetapi Aysel menolak karena dia suka berjalan kaki.

Tetangga Aysel sangat baik, tidak seperti orang tuanya sendiri.

Tanpa sepengetahuan Aysel, malam itu adalah bencana besar dan menyedihkan baginya. Sesampainya di rumah, suara pecahan botol minuman keras terdengar, bersamaan dengan jeritan ayah dan ibunya. Hujan telah berhenti namun masih ada beberapa rintik di luar, Aysel masuk dalam keadaan basah kuyup, ia tahu bahwa ia akan masuk angin esok hari.

Ayahnya membanting televisi dan perabotan lainnya, sekarang pria paruh baya itu sangat mabuk dan berteriak-teriak kepada istrinya dan mengumpat tak jelas.

Aysel ketakutan melihat ayahnya sendiri, ia ingin menghampiri ibunya yang kini terduduk lemas di samping kursi. Namun ayahnya terlebih dahulu menyeret Aysel ke kamar mandi, ia mulai menyiksa Aysel dengan menyiramkan seember air lalu mencambuk punggung Aysel berulang kali dengan menggunakan tambang.

"Ay sakit sekali Ayah... Sudah Ayah..." Aysel terisak sambil menggoyang-goyangkan kaki ayahnya.

Kondisi ayahnya sudah tidak tertolong, dia menyeret Aysel ke dapur, mengambil pisau dan hendak menusukkannya ke leher gadis malang itu.

Sebelum semuanya menjadi gelap dan pria itu pingsan. Ya, ibunya telah memukul ayahnya dengan palu yang biasa digunakan untuk bekerja.

Gadis kecil yang tak berdosa itu sudah berlumuran darah di wajahnya dan memar di sekujur tubuhnya. Bibirnya bergetar dan air matanya tak lagi menetes, hanya tatapan kosong ke arah ibunya.

Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang