Chapter 16

55 5 0
                                    

koreksi typonya bestie!

*happy reading*

.....


Sebuah kecelakaan mobil menimpa Dams ketika pria itu membawa mobil dalam keadaan mabuk. Seluruh ganti rugi telah Dams tanggung, tentu saja ia tidak lepas tanggung jawab. Pikiran Dams kacau balau, ia tidak berhenti memikirkan Aysel, tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan dirinya.

Jane menelpon Kale untuk segera datang, keadaan Dams memang cukup serius namun kini ia sudah sadar dan mendapatkan 10 jaitan di beberapa lengan dan dahinya.

Mobil Dams harus dibawa ke bengkel karena rusak cukup parah. Jane sudah mengurus semua pembayarannya, Kakak perempuannya sudah memperingatkan Dams agar tidak mengemudi dalam keadaan mabuk, tapi Dams nekat dan berakhir seperti itu.

Kale juga membawa Aysel ikut bersamanya, padahal ia sudah menasehati agar Aysel tetap dirumah, namun Aysel kekeuh untuk ikut karena khawatir juga dengan keadaan bossnya.

Kale menuju ruang receptions bersama Aysel, setelah tahu kamar Dams, ia segera menggandeng Aysel ke sana. Jane sedang duduk di tepi ranjang Dams, sedang si pria yang baru saja mengalami kejadian malang tersebut malah asyik bermain ponsel.

"Rest!" Panggil Kale hingga Dams terlonjal kaget. Bukannya menjawab Kale, Dams justru terfokus kepada Aysel, padahal baru kemarin saja ia tidak melihat wanita itu, tapi rasanya seperti sudah berpisah sangat lama. Aysel dengan balutan cardigan dan rambut yang dibiarkan terurai, sangat cantik.

Jane senang dengan kehadiran Kale dan Aysel, lalu mempersilahkan mereka untuk duduk. "Kamu tahu Kale, Forest itu sangat nakal. Lihatlah, bagaimana dia menghancurkan mobilnya sendiri."

"Seharusnya kamu menelepon aku jika mabuk, bukannya malah mencari petaka, bodoh!" geram Kale melihat luka-luka Dams yang seketika membuat lidahnya kelu.

"Pak Dams baik-baik saja? aku sangat khawatir mendengar kamu kecelakaan." sambung Aysel menatap lekat sorot Dams yang juga tak lepas memandanginya daritadi. Untuk melepas kecanggungan, Dams berdecak sebal.

"Apa kalian datang hanya untuk memarahiku? Jika iya, pergi sana!" sebalnya, menunjukkan raut kesal.

Aysel menggeleng cepat. "Tidak kok, kami datang untuk menjengukmu. Benar kan Kale?"

Kale membenarkan ucapan Aysel. "Jangan diulangi lagi Rest, kamu selalu membuat kami semua khawatir."

Kale meninggalkan Aysel bersama Dams, ia ingin berbicara dengan Jane sesuatu ang juga penting.

"Baiklah, ayo bicara di luar saja." balas Jane, lalu Kale pun keluar dari room Dams.

Sepeninggal Kale dan Jane, Dams mulai tak sibuk dengan ponsel, ia lebih suka melihat Aysel yang kini sibuk mondar-mandir meletakkan sesuatu yang tadi dibawa wanita itu. "Kamu bawa apa?"

"Ah ini ada bubur serta buah, apa Pak Dams mau makan?"

"Tidak usah panggil Pak, bisa?"

"Iyaudah nggak, jadi mau makan nggak?"

"Bawa kemari, kebetulan aku juga lapar."

Aysel menurut membawakan tepak box berisi bubur itu, lalu diserahkannya pada Dams.

"Kamu ini tidak lihat kalau aku sedang sakit? Suapi aku!" rengek Dams seperti anak kecil.

"Kamu kayak anak kecil!" Meskipun demikian Aysel tak sungkan menyuapi Dams perlahan, karena rambutnya terus mengalangi pandangan, ia terus menyelipkannya ke samping telinga, pemandangan itu begitu menyenangkan untuk Dams.

Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang