Happy Reading
Maaf yaa lama up nya
Semoga kalian masih menanti cerita ini🤍If it is you-Jung Seung hwan
Saat ia membuka kelopak matanya, hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar terang serta keheningan sunyi. Aysel tidak ingat kapan ia beranjak menuju kamarnya setelah memuntahkan seluruh isi perutnya, ia hampir tiap menit bolak-balik kamar mandi lantaran mual yang dirasakannya. Ia tidak tahu harus berbuat apa, hanya ada satu cara untuk mengetahui penyebabnya. Aysel mengecek tanggal bulanannya, ia membelalak saat melihatnya, ini sudah telat sekali! Aysel menutup mulutnya tak percaya, apakah... ia hamil?
Dengan tubuhnya yang masih sangat lemas, ia paksakan untuk beranjak dari kasur, kemudian masuk ke kamar mandi, membersihkan diri. Selepas itu Aysel menuju ruang makan dan mengambil sehelai roti tawar serta selai nanas, kemudian Aysel pergi ke minimarket terdekat untuk membeli tespack.
Sembari menunggu hasil tespek, ia sangat gugup, jika ini benar, maka akan menjadi kabar bahagia untuk Kale dan juga dirinya.
Perlahan, Aysel mengintip hasil tespack itu, dan benar. Hasilnya menunjukkan garis dua, yang artinya ia hamil. Aysel membungkam mulutnya tak percaya, ia menitikkan air matanya, ia ingin sekali memeluk Kale saat ini, ia ingin bertemu suaminya. Aysel mulai memukul-mukul kepalanya, adakalanya seluruh tubuhnya membaik, namun dirinya tetaplah seorang wanita autisme.
"Aysel nakal ya sampai Kale tidak mau pulang? sungguh Aysel rindu sekali dengan Kale..." tak terasa pipinya terasa hangat, lagi-lagi ia menangis, entah untuk yang ke berapa.
Aysel akhirnya beranjak dan mengambil ponselnya, ia mengirim pesan kepada Dams bahwa hari ini ia tidak jadi masuk, lalu tertidur di tepi ranjang.
Di lain tempat, tepatnya di rumah sakit, Dams menjengkuk Phavela bersama kakaknya, Jane. Dams turut sedih atas kecelakaan yang menimpa Phavela, akan tetapi melihat Kale masih berada di sana membuat ia berdecak sebal, sebab pria itu sama sekali tidak menghiraukan Aysel.
Kale mengajak Dams untuk bicara di luar, karena ia sudah tahu dari tatapan pria itu kepadanya. Kale berkacak pinggang, mengusap kasar wajahnya. "Aysel, dia aman kan?" tanyanya, setelah diam cukup lama.
Dams melirik sinis, mendekat ke arah Kale yang sedikit lebih tinggi darinya. "Ngapain tanya gue? Lo pulang liat sendiri brengsek!"
Kale memicingkan matanya saat Dams mulai bicara dengan lo-gue, seperti saat mereka SMA, mereka sudah berjanji tidak akan menggunakan bahasa informal lagi, terkecuali jika ada masalah. "Denger rest, Phavela di sini membutuhkan gue, dia nggak bisa jauh dari gue, lo ngerti nggak?!" tegasnya.
"Seenggaknya lo bisa pulang sebentar, cek keadaan istri lo, inget dude, dia autis! dia bisa stress kalau lo begini." meskipun begitu, Dams mencoba untuk meredakan emosinya, jika Kale bukan sahabatnya, mungkin ia tak segan untuk menghajarnya, atau bahkan sebentar lagi.
Kale tahu jika apa yang dilakukannya salah, tidak seharusnya ia membiarkan Aysel sendirian, tapi harus bagaimana lagi? sementara di sini wanita yang juga berarti untuknya sedang terluka. "Oke, gue akan pulang." tapi ia mengurungkan niatnya, saat sorotnya bertatapan dengan mata teduh yang dirindukannya itu, wanita yang sedang dibicarakan oleh Dams dan Kale.
"Ay?" Kale cepat-cepat menghampiri Aysel, ia memeluk wanita itu erat, sembari mencium pucuk kepalanya. Aysel membalas pelukan Kale tak kalah erat, sampai tak terasa air matanya luluh lagi. Dams yang melihat pemandangan di hadapannya hanya bisa mendecak.
"Woi, ada orang juga di sini!" kesalnya, lalu ia memilih pergi ke luar untuk menjernihkan pikirannya.
Setelah itu Kale mengajak Aysel untuk berbincang di taman belakang rumah sakit. "Sayang, maafkan Kale untuk beberapa hari ini. Aku tidak tahu harus bagaimana, Phavela, dia..."
Telunjuk Aysel mengatupkan bibir Kale sebelum pria di hadapannya melanjutkan apa yang akan dia sampaikan, ia sudah tahu, ia mengerti. "Tidak apa-apa, nona Phavela saat ini lebih membutuhkan Kale, demi kesehatannya kan?"
Kale menatap Aysel haru, ia bersyukur wanitanya bisa mengerti keadaan sulit seperti sekarang, ia janji akan selalu menjaga kepercayaan Aysel. "Ay, sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan juga. Jadi begini, Papa dan Mama Vela ada pekerjaan penting yang tidak bisa mereka tinggalkan, kamu tahu kan sekarang mereka telah rujuk kembali. Mereka mulai memperhatikan Vela, aku sangat bahagia untuknya. Lalu, mereka dengan sangat memohon agar aku selalu menjaga Phavela, dia akan tinggal bersama kita, hanya untuk sementara waktu Ay, sampai semuanya membaik." jelas Kale, mencoba mengatur kata demi kata supaya tidak membuat Aysel tersinggung.
Aysel menolehkan wajahnya ke sembarang arah, berpikir cukup lama hingga helaan napasnya terdengar begitu halus ditelinga Kale. "Lakukan saja apa yang ingin Kale lakukan, jika memang itu yang terbaik." Kale tidak mengatakan apapun, ia menarik Aysel ke dalam dekapannya, cukup lama.
"Maaf Ay, aku harus kembali ke dalam, aku harus mengurus administrasi dan juga Phavela." Kale pergi begitu saja, laki-laki itu bahkan cukup terburu-buru, mungkin takut Phavela kenapa-napa. Sedang istrinya diam mematung, memperhatikan punggung pria yang dicintainya menjauh begitu saja. Aysel menelpon Dams berulang kali sampai pria itu menjawabnya.
"Aku mau pulang." ujarnya, seraya menarik lengan Dams erat. Tanpa mengatakan apapun, Dams menggenggam Aysel, pergi dari rumah sakit tersebut. Bahkan di dalam mobil pun, keduanya sama-sama bungkam, tapi bukan berarti Dams tidak tahu apa yang terjadi. Dia sangat tahu bagaimana sifat Phavela, dan hal ini selalu terjadi. "Jika dia menyakitimu, hubungi aku." Perkataan Dams membuat Aysel menoleh, memandang Dams penuh arti.
"Turun, kita sudah sampai." k"Aku berutang banyak sama kamu, akan aku usahakan untuk membayarnya, lain kali." setelah berujar, Aysel meninggalkan Dams yang masih mematung di dalam mobil, sambil sesekali melirik ke arah wanita itu.
"Kale sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You
RomanceTidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang yang sangat kamu cintai, segala usaha yang kamu lakukan untuk mempertahankan ikatan suci itu pun tak menyisakan apa-apa kecuali luka yang semakin menganga, hingga pada akhirnya kamu teta...