Chapter 9

56 7 0
                                    

Awas typo!
Selamat sore semuanya, up lagi nih!

Masih simpen cerita ini kan pren? Yuklah dukung terus😍








"Pantaskah kekuranganmu dijadikan bahan lelucon?"

Happy Reading📖



Sudah dua puluh menit sejak Aysel masuk ke bilik toilet, namun belum ada tanda-tanda wanita itu akan keluar. Kale yang tidak sabaran pun  sampai ingin mendobrak pintu kamar mandi wanita tersebut. Benar, Kale sejak tadi menunggu Aysel, alasan ia ke toilet bukan semata-mata ingin buang air kecil, tapi hanya ingin menemui Aysel.

Hingga, pada saat Kale akan mengetuk pintu toilet, Aysel sudah lebih dulu membukanya, dan melotot sempurna saat Kale ada di depannya. "Kale ngapain?!"

"Aysel, kenapa lama sekali?" tidak mengindahkan pertanyaan Aysel, Kale justru berdecak sebal, sambil berkacak pinggang.

"Perut Aysel sakit, jadi Aysel sekalian buang air besar. Kenapa Kale mengantri di toilet wanita?"

Kale memutar bola matanya malas. "Aku tidak ngantri disini Ay, aku menunggu kamu keluar."

"Oh ya? Emangnya kenapa?"

"Tadi.. kenapa kamu mau berdansa dengan pria itu? Kamu kan tidak suka berbaur dengan orang yang baru kamu kenal."

"Tidak seperti itu juga kok. Tuan itu hanya ingin berdansa dengan Aysel, lagipula Aysel juga tidak keberatan."

"Kamu bisa menolaknya jika tidak mau Ay! jangan memaksakan diri seperti itu lagi!" geram Kale, mulai menunjukkan gurat-gurat akibat kesal atas jawaban Aysel.

Aysel yang tak mengerti situasi kini pun hanya terdiam. "Kamu ini kenapa sih Kal? Aysel itu cuma dansa sama Pak Aland, dia juga baik, kenapa Kale marah?" bingung Aysel.

"Baik? Sudah kenal berapa lama? Apa kamu tahu asal usulnya sampai bisa bilang dia itu baik? Apakah kamu benar senaif ini Ay?"

"Kok jadi marah sih?"

"Aku nggak tahu kenapa Kale bisa semarah ini. Tapi tolong, Aysel itu cuma dansa sama Pak Aland, sisanya nggak lebih!" tukas Aysel, mulai jengkel dengan sikap Kale.

"Aku tidak suka Ay! Apakah kamu mengerti sekarang?"

"Tidak suka apa maksudnya?"

"Aku tidak suka jika kamu berdansa dengan Aland, atau lelaki manapun! Melihatmu disentuh oleh mereka saja aku tidak terima, jadi jangan pernah untuk mendekat dengan pria manapun lagi, selain aku!"

"Kale ini sedang bercanda ya? Kale kan sudah punya pasangan dansa juga, kenapa masih melarang Aysel?"

"Dia Vela, dia sahabatku Ay. Jangan salah paham!" cetus Kale membenarkan.

"Lalu? Kalau aku sudah tahu dia sahabatmu, apa yang harus aku lakukan?"

"Sudah cukup perdebatan ini Ay. Kamu harus berada dalam jangkauanku, tidak peduli apapun."

"Lalu, bagaimana dengan sahabat Kale?"

"Aku akan mengenalkannya, dia juga sudah lama ingin bertemu denganmu."

Selepas dari kamar mandi, Kale dan Aysel kembali ke hiruk pikuk pesta di sana, Aysel tak lagi mengindahkan Aland meski beberapa kali pria itu memanggil namanya. Dalam hati, ia sungguh merasa bersalah telah mengabaikan orang yang tidak bersalah demi Kale. Karena tidak ingin membuat Kale marah, Aysel pun tampak tidak peduli dengan Aland.

Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang